Pelabuhan Balohan, Sabang menjadi ramai ketika Kapal Motor Penyeberangan (KMP) BRR bertolak dari dermaga menuju Aceh pada Sabtu siang, (19/11). Tidak hanya ramai oleh petugas yang lalu lalang, tetapi juga kendaraan yang menyemut menanti gilliran masuk ke dalam lambung kapal. Beberapaa truk muatan logistik, sayur melintasi jembatan penyeberangan. Pelabuhan Balohan telah menjadi pelabuhan perdagangan yang strategis sejak terusan Zues dibuka dan laut Malaka menjadi jalur perdagangan dunia. Pada masa kolonial, pelabuhan Balohan memiliki nama Sabang Maatschappij (1895).
Anak-anak lokal berusia sekitar 8-12 tahun bergerombol di trestel ujung dermaga. Teriknya matahari, tak menyurutkan semangat mereka untuk menceburkan diri ke air laut yang jernih. Satu, dua tangan penumpang terjulur dari dekkapal sembari melemparkan uang koin. Atraksi salto dan berburu koin di dasar laut dari anak-anak Balohan menjadi tontonan pengunjung pulau Weh. Di satu sisi, anak-anak sebayanya yang berada di atas geladak kapal menyangga pipi mereka dengan kedua tangan. Menyaksikan anak-anak Balohan menyelam ke dasar laut, satau mengapung, bermain kecipak air.Terkadang, teriakan mereka bersaing dengan peluit penanda keberangkatan kapal. “Lemparkan uang kertas,” kata mereka sambil tengadah. Beberapa penumpang menyanggupi dengan syarat bahwa mereka harus berada di ujung trestel. Lagi, mereka berlomba salto ketika lembaran uang kertas melayang ketika kapal berderak menjauh dari pelabuhan Balohan. Teriakan gembira anak-anak Balohan bergaung ketika mendapatkan lembaran uang tersebut, dan lambaian tangan mengantar KMP BRR mengarungi selat antara pulau Sabang-Banda Aceh dua jam kemudian.
Foto dan Teks: Khumairoh