Hentakan kaki anak-anak memecah kesunyian pagi pada Minggu (30/8). Hanya berselang belasan menit, lapangan Timpasko, RW 7 Kelurahan Purbayaan Kotagede dipadati anak-anak yang membawa slogan. âSedikit banyak tetap saja namanya korupsi!â diakhiri dengan tiga tanda seru, kalimat itu mampu menyorot perhatian ibu-ibu dan bapak-bapak, warga setempat. âMenanamkan semangat anti korupsi memang seharusnya sejak dini seperti ini,âujar Tri Raharjo, Ketua RT 29 setempat.
Keriuhan bertambah ketika mahasiswa Kuliah Kerja Nyata yang ditempatkan pada wilayah itu membagikan bendera kecil. Seakan tak mau kalah, bapak-bapak dan ibu-ibu melambai-lambaikan bendera yang dibagikan. Sebagai atribut jalan sehat yang diselenggarakan demi menutup perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, bendera itu  menyerukan pesan anti korupsi. âMerdeka itu bebas dari korupsi.,âungkap Khoirul Umam Marjanto, Koordinator Mahasiswa Unit YK-01. Ia menambahkan, jalan sehat anti korupsi ini dieselenggarakan supaya Yogyakarta berhenti mendapat status darurat korupsi.
Selepas puluhan warga berkumpul, seorang lelaki meraih map merah yang ada di sisi pos kamling. Selaku ketua RW 7 ia melafalkan deklarasi melawan korupsi yang diikuti seluruh warga. Isi deklarasi tersebut menggambarkan keseriusan warga dalam memerangi korupsi. menurut Erwito, Ketua RW 7 ini korupsi adalah penyakit masyarakat. âKita tidak bisa membasminya dengan instan. Perlu upaya-upaya sederhana seperti halnya acara hari ini, menanamkan nilai anti korupsi dari kalangan akar rumput,â tambahnya.
Tak berhenti sampai di situ, deklarasi perempuan anti korupsi juga dibacakan oleh seluruh kaum hawa yang hadir saat itu. Sambil menggenggam bendera kecil dan memasang pin kecil di dada yang bertuliskan âSaya Perempuan Anti Korupsiâ, Â mereka melafalkan deklarasi dengan sungguh-sungguh. mereka percaya bahwa peran wanita dalam keluarga sangat besar untuk memutus tali kejahatan korupsi. Herawati, salah seorang ibu menuturkan nilai anti korupsi dapat ditanamkan sejak dini untuk tidak berbohong. Tak hanya berurusan dengan penanaman nilai pada buah hatinya, peran wanita memang sangat besar. Ia berkata, âPerempuan memiliki peran yang penting. Sekarang perempuan sudah banyak yang bekerja, perannya setara dengan pria. Bahkan mengatur uang belanja keluarga pun harus dengan jujur.â
Usai mendeklarasikan pesan anti korupsi, seluruh warga tergabung dalam satu barisan. Mereka berbondong-bondong berjalan mengitari perkampungan. Nampak beberapa warga yang tadinya di dalam rumah, kemudian keluar untuk menyaksikan slogan-slogan yang dibawa anak-anak. Menurut Erwito hal ini membuktikan meski sederhana namun pesan anti korupsi telah sampai. Ia menjelaskan bahwa korupsi tak hanya berupa materil namun juga non-materil. Sikap pembiaran terhadap hal-hal yang salah akan membuat suatu kebiasaan. âJangan sampai korupsi justru menjadi membudaya,â tandasnya.[Nuresti Tristya Astarina]