Kamis, 22 Maret 2012 ribuan umat Hindu mengikuti upacara Tawur Agung dalam rangka perayaan Hari Raya Nyepi Tahun 1934 Saka di pelataran candi Prambanan. Upacara ini dihadiri oleh sejumlah pejabat, antara lain Menteri Agama Republik Indonesia, Suryadharma Ali dan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo. Upacara diawali dengan pengambilan air suci. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan tarian sebagai persembahan. Setelah itu, ritual sembahyang pun dimulai dengan dipimpin oleh para pedande. Upacara ini diakhiri dengan “pertarungan” antara tiga ogoh-ogoh sebagai wujud pemusnahan hal-hal yang tercela. [Anugraheni Tri Hapsari, Faizal Afnan, Hary Prasojo Syafa’atillah]
Para pemimpin pura berjalan menuju Candi Prambanan untuk mengarak air suci dari Candi Boko. Upacara ini diawali dengan pengambilan air suci dari Candi Boko yang kemudian dibawa mengelilingi Candi Shiva sebanyak tiga.kali, prosesi ini bertujuan untuk menyucikan air sebelum didoakan.
Gunungan yang berisi aneka hasil bumi diarak menuju pelataran Candi Prambanan. Dalam upacara Tawur Agung, gunungan adalah simbol kesucian.
Menteri Agama RI dan beberapa pejabat yang lain tiba di pelataran Candi Prambanan untuk menghadiri perayaan Tawur Agung.
Dalam upacara Tawur Agung ini terdapat empat tarian yang ditampilkan. Tarian yang ditampilkan tidak hanya bernuansa Bali, terdapat salah satu tarian yang bernuansa Jawa, yaitu tari Gambyong Parianom.
Sekitar pukul 12.00 WIB umat mulai bersembahyang dipimpin oleh para pedande. Seusai bersembahyang, para pemimpin pura berkeliling memercikan air suci yang telah didoakan kepada para umat.
Ketiga ogoh-ogoh “dipertarungkan” pada penghujung Upacara Tawur Agung. Ogoh-ogoh adalah simbolisasi angkara murka. Pada malam harinya ogoh-ogoh akan dihancurkan dan dibakar sebagai wujud hancurnya sifat tercela di atas bumi.