âKemiskinan, ketimpangan sosial, dan kebodohan memang masih terjadi, namun kita tidak boleh letih mencintai republik ini. Kita harus selalu optimis dan menghadapi semua tantangan itu dengan rasional dan realistis.â Pernyataan tersebut disampaikan Fadjroel Rahman dalam kuliah umum di hari ketiga Pengenalan Kampus Science Awal Kuliah (PASCAL) Fakultas MIPA UGM (21/8). Fadjroel mengungkapkan hal tersebut sebagai bentuk refleksi bagi 65 Tahun kemerdekaan Republik ini.
Menurutnya, meskipun sudah merdeka dari penjajahan secara fisik, negeri ini masih dijajah oleh banyak hal. Pengisapan, penindasan, serta penghinaan oleh manusia lainnya masih sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Penduduk Indonesia pun belum bisa lepas dari kemiskinan struktural yang masih melekat. âFaktanya,â ungkap Fadjroel, âsetelah 65 tahun merdeka, 35 juta penduduk Indonesia berstatus miskin.â
Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan ini mengatakan bahwa ketimpangan sosial juga terlihat dalam bidang pendidikan. Sebelas juta anak mengalami buta huruf, 4.370.492 anak putus SD, dan 18.296.332 putus SMP. Kondisi ini diperparah dengan perilaku anggota Dewan yang memikirkan kepentingan sendiri. Simak saja ketika dalam kondisi yang masih memprihatinkan saat ini, anggota DPR justru mengusulkan rumah aspirasi didanai APBN senilai Rp 200 juta per orang per tahun.
âMeskipun demikian, kita tidak boleh pesimisâ, ungkapnya. Optimisme harus terus dijaga oleh anak-anak muda, terutama bagi mereka yang beruntung bisa kuliah di perguruan tinggi. âManfaatkan waktu 5 tahun kuliah semaksimal mungkin. Perkaya modal sosial, keterampilan, dan teman,â pungkas Fadjroel. [Anki, Wisnu]