Tak selamanya pahlawan selalu bertindak tanpa pamrih. Terkadang, pahlawan juga memiliki tujuan buruk dibalik tindakan heroiknya.
Judul Buku : The Count of Monte Cristo
Judul Asli : Le Comte de Monte-Cristo
Penulis : Alexandre Dumas
Penerjemah : Nin Bakdi Soemanto
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2023
Tebal : 628 halaman
ISBN : 978-623-186-074-3
Suatu hari di musim panas tahun 1844, Alexandre Dumas, seorang penulis kontrak, diminta penerbitnya untuk menulis cerita serial. Ia diminta untuk menuliskan kisah semacam The Mysteries of Paris karya Eugène Sue yang sedang tenar pada masa itu. Dumas pun mengiyakan permintaan penerbitnya. Dalam rentang waktu setahun, lahirlah sebuah kisah petualangan dan kejahatan populer yang tercatat dalam sejarah sastra Prancis bahkan dunia, yaitu The Count of Monte Cristo (Jedamski 2002).
Apa keistimewaan The Count of Monte Cristo? Novel tersebut menceritakan petualangan seseorang yang awalnya lugu menjadi seorang tokoh pahlawan yang disegani. Dengan dibalut narasi sejarah masa Restorasi Perancis, Dumas membuat cerita ini menjadi sangat kompleks dan menegangkan. Pembaca akan merasakan petualangan sang tokoh utama, Edmond Dantès, yang termotivasi untuk balas dendam kepada orang yang telah mencampakkannya. Dantès yang menjadi konglomerat menghalalkan segala cara untuk balas dendam. Di satu sisi, Dantès juga menyelamatkan orang-orang di sekitarnya sehingga ia dianggap sebagai pahlawan.
Garis besar cerita dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berlatar era Restorasi Bourbon I pada tahun 1815, menceritakan kehidupan Edmond Dantès sebagai seorang pelaut muda. Dalam kurun waktu ini, kegemilangan karier Dantès sebagai pelaut harus hancur ketika ia dituduh sebagai Bonapartis. Bagian kedua menceritakan titik balik kehidupan Dantès yang bertemu dengan Abbe Faria, teman sesama tahanan. Abbe Faria mengajari bermacam-macam pengetahuan agar Dantès bisa membalas dendam kepada musuh-musuhnya dan mendapatkan harta karun di pulau Monte Cristo. Berbekal semua itu, Dantès lahir kembali menjadi Count Monte Cristo, sebuah gelar penguasa pulau Monte Cristo. Dantès siap untuk balas dendam dan melindungi orang-orang yang baik.
Pahlawan dan Tindakan-Tindakan Heroiknya
Pahlawan hadir dari berbagai bentuk, bisa dari kenyataan atau fiksi. Kata pahlawan berasal dari bahasa Yunani, yakni heros ‘pelindung’ atau ‘pembela’. Joseph Campbell, seorang ahli mitologi, mendefinisikan pahlawan sebagai tindakan luar biasa dari prajurit yang mendapat panggilan petualangan. Pahlawan kerap dipandang sebagai sosok yang berkelana ke tempat jauh, bertahan dalam ujian dan godaan, serta kembali dengan penuh kemuliaan kepada rakyatnya. Wujud pahlawan juga dapat dilihat melalui sosok dewa-dewi mitologi Yunani Kuno, yang merupakan salah satu simbol manusia berkekuatan super. Para pahlawan tersebut dapat melintasi batas antara kehidupan sehari-hari dan alam para dewa serta setan. Mereka pun acap kali digambarkan sebagai manusia setengah dewa (Giesen 2015). Fenomena semacam ini bisa disebut juga sebagai heroisme.
Kemudian, konsep pahlawan berkembang lebih luas lagi, salah satunya dari Zeno Franco dan Philip Zimbardo. Mereka memperkenalkan konsep banality of heroism, konsep yang menunjukkan bahwa semua manusia berpotensi melakukan tindakan heroik. Potensi terjadinya tindakan heroik pada manusia didasarkan kepada salah satu sifat manusia yang mampu berkorban bagi orang lain dan membuat pembelaan moral tertentu. Hal tersebut dilatarbelakangi dengan kehadiran imajinasi heroik di dalam diri seseorang. Imajinasi heroik dipahami sebagai kemampuan untuk menggambarkan situasi yang berisiko baik fisik atau sosial, untuk menghadapi masalah yang timbul dari situasi tersebut, serta pertimbangan atas tindakan dan konsekuensinya.
Dalam The Count of Monte Cristo, Edmond Dantès pun bertransformasi menjadi pahlawan setelah melarikan diri dari penjara terpencil, Chateau d’If. Di penjara, Dantès syok berat karena kebahagiaannya sirna. Rasa putus asa yang dialaminya sampai membuat Dantès memiliki keinginan untuk bunuh diri. Dantès mengalami perubahan setelah pertemuannya dengan Abbe Faria. Sosok Abbe Faria seakan menjadi teladan bagi Dantès yang berhasil memantiknya untuk tetap hidup. Ia pun menggunakan pengetahuan dan warisan harta karun di Pulau Monte Cristo dari Abbe Faria untuk melancarkan balas dendam. Dantès yang sebelumnya lugu, berubah menjadi sosok cerdas dan dermawan dengan gelar Count Monte Cristo. Inilah tindakan heroik yang muncul dalam diri Dantès.
Di samping itu, ada beberapa tindakan lain Dantès yang mendudukkannya sebagai pahlawan oleh beberapa tokoh di dalam novel. Pertama, ketika Dantès mulai membantu mantan bosnya saat masih menjadi kelasi kapal Pharaon, yaitu Morell. Kondisi Morell hampir bangkrut, bahkan sudah mencoba bunuh diri karena banyak utang yang tak bisa dibayar. Dantès dengan kekayaannya sebagai Count membantu Morell membayar utang-utangnya dan menggagalkan kebangkrutan bisnis Morell. Keluarga Morell yang telah diselamatkan menganggap Dantès adalah seorang malaikat yang diturunkan Tuhan untuk membantu mereka.
Situasi yang menempatkan Dantès sebagai pahlawan lain juga dapat ditemukan kala ia berada di Roma. Saat itu, Dantès bertemu dengan Albert dan Franz, bangsawan Paris yang sedang liburan di hotel yang sama. Mereka pun berteman dan terkadang melakukan kegiatan bersama. Tak jarang, Dantès meminjami keretanya kepada Albert dan Franz untuk jalan-jalan. Dalam salah satu acara, Albert dijebak oleh komplotan bandit Luigi Vampa, lalu ia ditangkap oleh bandit tersebut. Suruhan Vampa meminta uang tebusan kepada teman Albert. Franz yang bingung harus berbuat apa karena uangnya tak cukup meminta bantuan Dantès. Dantès ternyata sosok yang ditakuti dan disegani oleh Vampa karena Vampa pernah ditolong Dantès. Ia sepakat tak akan mengganggu Dantès dan orang berhubungan dengan Dantès. Setelah kejadian ini, Albert menggambarkan Dantès sebagai pahlawan dari kisah 1001 Malam dan seorang penyihir dari Abad Pertengahan.
Tokoh lain yang menganggap Dantès sebagai pahlawan adalah Haydee, seorang budak perempuan asal Yunani. Hydee menganggap Dantès sebagai penyelamatnya karena telah membebaskan dirinya dari perbudakan. Haydee anak dari Ali Pasha, raja Albania, yang harus bernasib buruk karena pengkhianatan dari Fernand seorang opsir Prancis. Peristiwa itu membuat Haydee dijual menjadi seorang budak. Kemudian, Dantès membeli Haydee dan membebaskannya ketika bertemu dengannya di Perancis. Di Perancis, Dantès memberikan rumah dan kekayaan yang melimpah kepada Haydee layaknya seorang istri. Hal ini membuat Haydee sangat mencintai Dantès.
Kepahlawanan Hanya Kedok Semata
Konsep heroisme selalu identik dengan kekuatan fisik seperti peperangan atau pencapaian besar di panggung publik. Hal tersebut cenderung menggambarkan heroisme sebagai fenomena yang bernilai positif. Meskipun begitu, heroisme tak selalu mencerminkan hal yang baik. Heroisme bisa berangkat dari kasus perilaku egois yang tinggi dalam diri manusia. Heroisme juga bisa memunculkan keserakahan, keras kepala, pelanggaran hukum dan pemberontakan. Hal negatif lainnya, heroisme selalu condong dengan sifat maskulin yang selalu berkaitan dengan kekuatan fisik (Frisk, 2019).
Hal ini juga terjadi pada tokoh utama di dalam novel The Count of Monte Cristo. Dantès yang naik derajatnya secara sosial dan politik, serta selalu menolong orang-orang tidak berdaya membuatnya dipandang sebagai pahlawan. Para pemujanya menganggap kekayaan, kebaikan hati, dan kecerdasan Dantès pantas untuk dipuja, yang sebenarnya tindakan-tindakan heroiknya hanya kedok untuk memuluskan rencana balas dendam.
Sosok Dantès adalah bentuk dari pembalikan nasib buruk manusia kelas menengah yang berubah menjadi pahlawan tak terkalahkan yang haus balas dendam. Ia mengambil gelar bangsawan dan mengambil posisi masyarakat kelas atas agar setara dengan musuh-musuhnya. Semua tindakan-tindakan yang dianggap heroik hanyalah upaya-upaya Dantès untuk memuluskan balas dendam. Namun, bagi Dantès tindakan yang ia lakukan sudah benar dengan berkata, “Aku telah menggantikan diriku sendiri sebagai Tuhan dalam mengganjar yang baik.”
Aksi-aksi balas dendam Dantès tak luput dari kematian orang-orang yang tak bersalah. Saat melancarkan balasan kepada Gérard de Villefort, hakim yang menjebloskan Dantès ke penjara, Dantès memamerkan kecerdasannya meracik obat kepada Héloïse, istri kedua Villefort. Héloïse ingin menggunakan racikan obat dari Dantès untuk membunuh keluarga suaminya. Dantès tahu jika Héloïse ingin anaknya yang mendapat warisan. Sedangkan, anak pertama Villefort dari istri pertama, Valentine memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapat warisan. Héloïse pun tertarik dan meminta Dantès beberapa racik obat dengan dosis tinggi. Namun, Héloïse hanya berhasil membunuh kedua mertuanya.
Bantuan yang diberikan Dantès kepada keluarga Morell pun memiliki niat terselubung didalamnya. Dantès mengincar salah satu investor di perusahaan Morell, Monsieur de Boville seorang inspektur penjara. Dengan kekayaan yang ia miliki, Dantès membeli investasi dari inspektur penjara itu dengan harga yang sama dengan catatan narapidana. Dantès mencari catatan itu agar memuluskan strategi balas dendamnya.
Saat Dantès membantu Albert pun ia sudah tahu bahwa Albert adalah anak dari Fernand, musuh yang menjebloskannya di penjara. Sebelum kejadian penculikan, Dantès memang sudah sangat baik kepada Albert. Pengetahuan Dantès tentang Roma dan kekayaannya yang tiada batas membuat Albert kagum. Dantès juga beberapa kali meminjami Albert kereta kuda yang bagus untuk jalan-jalan di Roma. Tujuannya agar Albert berutang budi kepada Dantès, sehingga balas dendam Dantès ke ayah Albert semakin mulus.
Begitu juga yang terjadi pada Haydee, ia hanyalah bagian dari strategi balas dendam Dantès. Dantès tahu bahwa orang yang membunuh Ali Pasha adalah Fernand. Nantinya, Dantès akan membongkar kejahatan Fernand dengan melemparkan berita lewat surat kabar. Berita itu berisi tentang kejahatan Fernand yang telah menjadi Count sebagai tersangka pembunuhan Ali Pasha. Dengan begitu, Haydee bersedia untuk bersaksi di pengadilan karena mengetahui orang yang membunuh ayahnya telah terungkap di publik.
Pada akhirnya, tidak ada tindakan Dantès yang benar-benar murni berkorban demi orang lain. Dantès hanya pahlawan bagi para pemujanya berdasarkan materi yang ia diberikan kepada mereka. Tindakan-tindakan Dantès yang dianggap heroik hanyalah manifestasi dari perilaku egoisnya untuk memuluskan rencana balas dendam.
Penulis : Ahmad Arinal Haq
Penyunting : Elsya Dewi Arifah
Ilustrator : Ilham Jaya Saputra
Daftar Pustaka
Franco, Zeno, and Philip Zimbardo. “The Banality of Heroism.” Greater Good, September 1, 2006. https://greatergood.berkeley.edu/article/item/the_banality_of_heroism.
Frisk, Kristian. “What makes a hero? Theorising the social structuring of heroism.” Sociology 53, no. 1 (2019): 87-103.
Giesen, Bernhard, and Shmuel Noah Eisenstadt. Triumph and trauma. Routledge, 2015.
Jedamski, Doris. “Popular literature and postcolonial subjectivities: Robinson Crusoe, the Count of Monte Cristo and Sherlock Holmes in colonial Indonesia.” In Clearing a Space, pp. 19-47. Brill, 2002.