“Naik-naik, BBM naik, tinggi-tinggi sekali. Kiri-kanan, kulihat saja, banyak rakyat sengsara!”. Kalimat tersebut adalah penggalan salah satu lagu anak-anak yang diparodikan dengan kompak oleh massa aksi pada Rabu (07-09). Ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) tersebut memadati depan gerbang kantor DPRD Yogyakarta hingga menutup Jalan Malioboro. Kenaikan harga bahan pokok yang merupakan imbas kenaikan harga BBM menjadi wacana yang disuarakan dalam aksi ini.
Massa tiba di depan gerbang Kantor DPRD Yogyakarta pada pukul 15.30 WIB dan mulai melakukan orasi. Selain ARB, Komunitas Pedagang Kaki Lima dan Becak Motor Malioboro juga turut meramaikan aksi dengan ikut berorasi demi memberikan dukungan kepada massa aksi yang lain.
Aldi, humas ARB, menerangkan pentingnya pemenuhan kebutuhan pokok. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan pokok adalah bukti kesejahteraan. Aldi menyayangkan banyaknya anggaran negara yang dialokasi untuk hal-hal yang kurang penting, seperti gaji anggota DPR dan militer. “Seharusnya pemerintah melihat bagaimana kondisi kebutuhan pokok kita ini terlebih dahulu,” ujarnya.
Pedagang asongan di sekitar lokasi aksi juga turut mengeluhkan naiknya harga bahan pokok dagangan mereka. Mereka mengaku terpaksa mengurangi keuntungan karena tidak berani menaikkan harga. “Keuntungan memang berkurang separuh dari biasanya, tapi mau gimana lagi, daripada nganggur,” ujar salah satu pedagang es cendol yang tidak berkenan disebutkan namanya.
Pedagang tersebut merasa lega bahwa suaranya terwakilkan oleh massa aksi. Selama ini, ia mengaku tak berani bersuara karena takut direpresi. Terlebih, sejak pandemi COVID-19, ia dan teman-temannya sudah mati-matian bertahan. Namun nahas, usaha demi usaha ternyata tak selalu membuahkan hasil yang baik. Teman-temannya akhirnya terpaksa pergi dari Yogyakarta karena tuntutan ekonomi. “Dulu kita di kontrakan ada 10 orang, sekarang tinggal 4 orang,” tambahnya.
Di sisi lain, Muhammad yang juga merupakan humas ARB merasakan keberatan atas adanya perusahaan sawit dan batu bara yang menduduki posisi sentral di pemerintahan. Ia mengatakan ada kepentingan oligarki di balik naiknya harga BBM. “Ada oligarki di sana, elite-elite yang ada di Senayan yang kemudian memiliki usaha sawit dan batu bara di Sumatera dan Kalimantan,” tutur Muhammad.
Jika pemerintah masih bersikukuh mempertahankan harga BBM, Muhammad mengatakan ARB akan mengadakan aksi yang lebih besar. ARB berniat mengadakan konsolidasi dalam skala nasional. “ARB akan mengoordinasi dan memobilisasi kawan-kawan nasional dan daerah lain,” jelas Muhammad.
Orasi demi orasi dilakukan hingga pada akhirnya situasi semakin panas. Pada pukul 16.51 WIB, beberapa massa aksi berusaha merobohkan gerbang gedung DPRD. Mereka lalu memaksa masuk ke dalam gedung. Melihat hal tersebut, massa aksi yang lainnya menenangkan mereka dan menghalau upaya masuk agar mencegah bentrok dengan aparat.
Reporter: Fauzi Ramadhan dan Sidney Alvionita
Penulis: Lindra Prastica dan Salma Shidqiyah
Penyunting: Alfredo Putrawidjoyo
Fotografer: Winda Hapsari