Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS) melayangkan somasi kepada artis Deddy Corbuzier dan komedian Mongol atas video berjudul “Orang Gila Bebas Covid!” pada Rabu (30-6). Yeni Rosa Damayanti selaku Ketua PJS merilis somasi tersebut melalui kanal YouTube PJS. Reggie Pranoto, Pendiri Komunitas sekaligus penyintas Borderline Personality Disorder; Jesus Anam, penyintas gangguan Skizofrenia; Ratna Dewi, penyintas Bipolar Disorder; dan Maulani Rotinsulu, Ketua Himpunan Wanita Penyandang Disabilitas turut mendukung upaya PJS melawan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) tersebut.
“Pernyataan yang termuat dalam video Deddy telah memantik kemarahan kelompok disabilitas,” tegas Yeni. Pasalnya, kelompok disabilitas, khususnya disabilitas mental, sering menjadi bahan olokan masyarakat. Yeni juga menambahkan bahwa sudah saatnya PJS mengambil sikap untuk menanggapi hal tersebut.
Somasi ini telah ditandatangani oleh 91 organisasi dan 76 individu yang mendukung hak-hak kelompok disabilitas. Ada beberapa poin yang ditekankan dalam somasi ini. Pertama, penggunaan kata “gila” untuk melabeli ODGJ yang lekat dengan stigma negatif. PJS dan organisasi disabilitas lainnya menyerukan bahwa hak bebas dari ODGJ termasuk bebas dari stigma dan penghinaan.
Kedua, pernyataan Deddy terkait ODGJ, yang tidak terinfeksi COVID-19, kontradiktif dengan fakta dan data di lapangan. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ODGJ yang terpapar COVID-19 di tahun 2020 telah menyentuh angka 1.105 jiwa dan untuk tahun 2021 sebanyak 829 jiwa. “Pernyataan Deddy merupakan pembodohan publik dan melanggengkan opini yang tidak tepat di masyarakat,” tutur Anam. Ia juga menambahkan bahwa penyintas disabilitas mental memiliki kerentanan yang sama untuk terpapar COVID-19.
Ketiga, pengaruh Deddy Corbuzier yang berpotensi melanggengkan stigmatisasi negatif dan diskriminasi terhadap kelompok ODGJ. “Pernyataan bernada penghinaan terhadap ODGJ menunjukkan ketidaktahuan yang menyesatkan,” jelas Yeni. Hal ini juga disesalkan oleh Maulani sebab Deddy Corbuzier merupakan salah satu figur publik yang diundang dalam perayaan Hari Disabilitas Sedunia.
Anam menyoroti stigmatisasi yang ditujukan kepada ODGJ. Menurutnya, stigmatisasi lingkungan sosial berpengaruh terhadap cara pandang ODGJ terhadap diri. “Hal ini bisa mengganggu proses pengobatan ODGJ,” jelasnya. Oleh karena itu, sebagai penyintas, Anam mengaku marah sebab video tersebut menggeneralisasi stigma terhadap ODGJ yang menyesatkan.
Sejalan dengan Anam, Dewi menyatakan bahwa ketidakadilan dan diskriminasi masih dirasakan oleh penyintas disabilitas mental. Hal itu juga ia alami ketika mengalami Pemutusan Hubungan Kerja karena memiliki disabilitas mental. “Disabilitas mental tidak dianggap memiliki urgensi yang sama dengan penyakit fisik,” tandasnya. Sebab, menurutnya, disabilitas mental merupakan disabilitas yang tak nampak, sehingga kurang mendapatkan perhatian.
Dewi juga menambahkan bahwa penyintas disabilitas mental masih luput dari perhatian pemerintah. Ia menyoroti kesempatan kerja yang tidak inklusif bagi ODGJ. “Ketentuan syarat bekerja seperti keterangan sehat dan bebas narkoba menyulitkan kami dalam mencari pekerjaan,” jelasnya. Pasalnya, ODGJ harus mengonsumsi obat-obatan yang masuk dalam kategori narkotik. Ia harap, pemerintah dapat membuat kebijakan yang mendukung ODGJ untuk meningkatkan produktivitas mereka.
Reggie turut menyayangkan tindakan eksploitasi ODGJ untuk kepentingan pribadi. Alih-alih memberikan edukasi dan menyebarkan kepedulian terhadap disabilitas mental, Deddy memanfaatkan kondisi disabilitas mental untuk mendapatkan keuntungan. “Saat ini, yang dibutuhkan adalah menghentikan stigmatisasi dan disinformasi terhadap ODGJ,” tuturnya.
Menanggapi somasi tersebut, Deddy pun meminta maaf dan mengaku tidak mengetahui istilah ODGJ. Deddy mengelak melakukan diskriminasi terhadap ODGJ dengan dalih bahwa pernyataannya dalam video itu hanyalah lelucon. “Saya rasa itu hanya dalam konteks komedi, komedi memang tidak masuk dengan kenyataan dan logika,” kata Deddy melalui media sosial pribadinya.
Maulani prihatin atas keabaian Deddy dalam videonya yang telah merendahkan penyintas disabilitas mental. Menanggapi hal tersebut, Maulani menyatakan perlu komitmen dari kelompok gerakan disabilitas untuk mengawal stigmatisasi dan diskriminasi bagi penyintas. “Kita perlu mendorong pemerintah agar membuat regulasi yang dapat menghentikan eksploitasi dan perlakuan buruk terhadap ODGJ,” pungkasnya.
Penulis: Salsabella ATP
Penyunting: Nadia Intan Fajarlie