“Kami menolak dipindah! Tunda hingga wabah COVID-19 usai!” Protes beberapa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UGM di story Instagram mereka masing-masing pada April 2020. Aksi tersebut merupakan bentuk protes anggota UKM terhadap pemindahan barang-barang UKM yang tidak disertai dengan komunikasi yang baik.
Menurut Satriya Umbu, Ketua Forum Komunikasi (Forkom) UKM UGM periode 2020, pekerja Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) UGM tetiba memindahkan barang-barang UKM tanpa melibatkan anggota UKM. Tidak hanya itu, beberapa barang bahkan ada yang hilang dalam proses tersebut. Sampai sekarang Ditmawa belum mengganti barang-barang yang hilang tersebut, meskipun sudah dilaporkan.
“Sebenarnya Direktorat Aset dan Perencanaan sudah memberitahu mengenai rencana pengosongan Gelanggang Mahasiswa,” ungkap Umbu. Ia menuturkan bahwa rencana pengosongan Gelanggang Mahasiswa bertepatan dengan agenda renovasi Gelanggang Mahasiswa. Namun, pada akhir Februari 2020, UGM menutup akses masuk sebab pandemi COVID-19. Banyak anggota UKM pulang ke kampung masing-masing. Akibatnya, tutur Umbu, pemindahan barang UKM menjadi sulit dilakukan.
Selama pandemi, Gelanggang Mahasiswa beralih fungsi menjadi posko relawan penanganan COVID-19, Gelanggang Bergerak. Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) Gelanggang dan mahasiswalah yang berinisiasi mendirikan posko tersebut.
Umbu menyatakan bahwa seharusnya alih fungsi Gelanggang Mahasiswa dapat menunda pemindahan barang UKM hingga keadaan lebih kondusif. Namun, pada kenyataannya, sebagaimana Umbu ungkapkan bahwa pemindahan barang tersebut tetap terjadi. “Bahkan, pemindahan tersebut terjadi tanpa keterlibatan UKM yang bersangkutan,” ungkap Umbu.
“Pemindahan paksa barang-barang UKM pada saat pandemi menunjukkan kurangnya rasa krisis dari pihak universitas,” ungkap Maheswara Nusantoro, Anggota Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa (MWA UM) UGM. Menurut Laki-laki yang akrab disapa Hesa itu, pemindahan paksa tersebut merupakan implikasi dari kurangnya dialog antara pihak universitas dan pengguna Gelanggang Mahasiswa. Dia juga mengungkapkan bahwa dialog antara pihak universitas dan pengguna gelanggang mengenai agenda renovasi Gelanggang Mahasiswa baru terjadi sebanyak dua kali.
Dialog yang pertama terjadi antara Forkom UKM, MWA UM, dan Direktorat Perencanaan UGM pada awal Februari. Dari dialog tersebut, pihak gelanggang mendapat sosialisasi desain renovasi Gelanggang Mahasiswa dari Direktorat Perencanaan. Dialog yang kedua terjadi antara pihak universitas dan pengguna gelanggang pada 19 Februari 2020. Dalam dialog tersebut, MWA UM mengusulkan kepada rektor untuk mengadakan rapat koordinasi supaya aspirasi mahasiswa dapat diimplementasikan dalam rencana renovasi Gelanggang Mahasiswa. Namun, hingga kini, pihak universitas tidak menindaklanjuti usulan tersebut.
Menurut Hesa, dialog yang baru terjadi dua kali tersebut belum memaksimalkan partisipasi mahasiswa dalam perencanaan renovasi Gelanggang Mahasiswa. Akibatnya, sebagaimana diungkapkan oleh Hesa, kebutuhan mahasiswa mengenai Gelanggang Mahasiswa menjadi kurang terpenuhi. “Salah satu kebutuhan mahasiswa yang tidak terpenuhi dalam desain renovasi Gelanggang Mahasiswa adalah sekretariat,” tutur Hesa.
Senada dengan Hesa, Rahman Hidajat selaku Dewan Pembina Kagama Gelanggang juga mengungkapkan bahwa pihak universitas kurang berdialog dengan pengguna gelanggang, dalam hal ini Kagama Gelanggang. Pria yang akrab disapa Cak Man tersebut menuturkan bahwa pihak universitas sama sekali tidak pernah berdialog dengan Kagama Gelanggang untuk menyusun rencana renovasi Gelanggang Mahasiswa. Akibatnya, tutur Cak Man, desain renovasi Gelanggang Mahasiswa menghapuskan unsur penting, yaitu sekretariat.
Sekretariat di Gelanggang Mahasiswa akan digantikan oleh co-working space. Berdasarkan desain renovasi Gelanggang Mahasiswa, co-working space tersebut merupakan tempat terbuka yang meniadakan sekat antar ruang, tidak seperti sekretariat. Menurut Cak Man, sekretariat menjadi penting karena fokus dari UKM bukan hanya untuk mengasah bakat, melainkan juga melatih kemampuan organisasi. “Di gelanggang, kami tidak hanya sekadar berlatih, tetapi juga memperluas jaringan dengan mahasiswa-mahasiswa lain lintas fakultas,” tegas Cak Man.
Sependapat dengan Cak Man, Umbu juga mengungkapkan bahwa peran sekretariat di Gelanggang Mahasiswa sangatlah penting. Menurutnya, ada beberapa jenis pekerjaan UKM yang tidak bisa dikerjakan di tempat terbuka. Beberapa pekerjaan tersebut, antara lain, pengadaan rapat internal organisasi, penyimpanan barang berharga, penyimpanan arsip, dan lain sebagainya.
Meskipun demikian, dia juga berpendapat bahwa Gelanggang Mahasiswa memerlukan keberadaan ruang terbuka. Sebab, menurutnya, selama ini para anggota UKM selalu mengeluhkan kurangnya keberadaan ruang terbuka di Gelanggang Mahasiswa untuk melakukan kegiatan rapat berskala besar. “Jadi, dalam renovasi tersebut, kalau bisa dua-duanya ada, baik sekretariat maupun co-working space, bukan malah menghilangkan salah satunya,” tegas Umbu.
Menindaklanjuti hal tersebut, pada 25 April 2020, pihak universitas dan pihak gelanggang kembali mengadakan dialog. Dalam dialog tersebut, pihak gelanggang menyampaikan beberapa usulan terkait dengan renovasi Gelanggang Mahasiswa. Selain itu, pihak gelanggang juga menyampaikan permohonan kepada pimpinan universitas untuk melibatkan mahasiswa dalam renovasi Gelanggang Mahasiswa melalui komunikasi yang baik.
Putut Ariwibowo selaku Ketua Kagama Gelanggang juga menyampaikan sebuah usulan dalam dialog tersebut. Menurut Putut, pihak universitas juga harus melibatkan komunitas di Gelanggang Mahasiswa dalam proses renovasi Gelanggang Mahasiswa. Namun, sampai sekarang, komunikasi yang buruk antara pihak universitas dan pihak gelanggang masih saja terjadi. “Bahkan, karena komunikasi yang buruk, aula Gelanggang Mahasiswa yang seharusnya tidak boleh dirobohkan, malah dirobohkan,” tutur Hesa.
Menurut Umbu, komunikasi yang baik merupakan kunci agar kepentingan semua pihak yang terkait dengan renovasi dapat terakomodasi. Umbu kemudian menyebut pembangunan di CIMB Niaga Digital Lounge di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM yang tidak dibarengi dengan komunikasi yang baik. Pihak dekanat FEB tidak melibatkan mahasiswa secara signifikan dalam prosesnya. Akibatnya, sekretariat organisasi diubah menjadi co-working space seperti perencanaan di Gelanggang Mahasiswa.
Muhammad Fuadi Najiyulloh, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UGM periode 2020, mengungkapkan bahwa pihak dekanat FEB UGM baru menghubungi mahasiswa untuk melakukan dialog ketika kontrak pembangunan sudah ditandatangani. Pembangunan CIMB Niaga digital lounge sendiri sudah diresmikan pada 17 Februari 2020. Padahal, isu pembangunan tersebut sudah muncul sejak tahun 2017. “Kurang lebih kasusnya hampir mirip seperti di Gelanggang Mahasiswa, bedanya barang-barang milik organisasi dipindahkan oleh anggota organisasi sendiri,” ungkap Fuad.
Ketidakjelasan Penanggung Jawab
Menanggapi minimnya sosialisasi terkait renovasi Gelanggang Mahasiswa, tim BALAIRUNG mencoba untuk menghubungi pihak universitas. Budi Prayitno, selaku Direktur Perencanaan UGM, mengungkapkan bahwa Ketua MWA UGM, Pratikno, merupakan pihak yang berhak mengambil berbagai keputusan terkait agenda renovasi Gelanggang Mahasiswa. Namun, ketika dihubungi, Pratikno justru mengungkapkan bahwa dia tidak mengurusi hal tersebut. “Itu urusan rektorat,” ungkap Pratikno melalui pesan WhatsApp. Pratikno kemudian meminta kami untuk mewawancarai Direktur Perencanaan UGM, Budi Prayitno.
Budi kemudian bercerita bahwa rencana pendanaan renovasi Gelanggang Mahasiswa telah mengalami beberapa kali perubahan. Pada tahun 2018, Tahir Foundation berencana untuk mendanai renovasi Gelanggang Mahasiswa. Namun, pada tahun 2020, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia menggantikan Tahir Foundation dalam mendanai renovasi tersebut.
Menurut Umbu, Kementerian PUPR mendanai renovasi Gelanggang Mahasiswa menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Budi turut mengafirmasi pernyataan Umbu. “Benar, renovasi Gelanggang Mahasiswa ke depannya memang menggunakan dana APBN,” tegas Budi saat diwawancarai pada November 2020.
Budi juga bercerita bahwa dirinya sempat menjadi arsitek renovasi Gelanggang Mahasiswa. Sebagai arsitek, Budi sudah memaparkan desain renovasi Gelanggang Mahasiswa kepada Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, dan Pratikno. Selain itu, dia juga sudah menyosialisasikan desain yang dia buat kepada anggota dan pembina UKM UGM.
“Kini saya sudah tidak menjadi arsitek lagi dalam rencana renovasi tersebut, desain renovasi Gelanggang Mahasiswa pun berubah lagi,” ucap Budi. Menurutnya, salah satu perubahan krusial dalam desain terbaru adalah adanya sekat di co-working space yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa. Berbeda dengan desain Budi, co-working space tanpa sekat.
Budi kemudian mengatakan bahwa Ditmawa merupakan pihak yang mengurus sosialisasi desain renovasi Gelanggang Mahasiswa terbaru. Namun, Direktur Kemahasiswaan UGM, Suharyadi, justru mengatakan bahwa Ditmawa sama sekali tidak mengurusi hal-hal terkait renovasi Gelanggang Mahasiswa, termasuk sosialisasi desain terbaru. “Keputusan terkait renovasi itu ada di Direktorat Perencanaan, bukan Ditmawa,” ungkapnya melalui pesan WhatsApp.
Menanggapi berbagai ketidakjelasan renovasi Gelanggang Mahasiswa, Hesa berharap bahwa kebijakan terkait renovasi tersebut dapat berubah supaya lebih mengakomodasi kepentingan mahasiswa. Sebab, apabila renovasi sudah selesai, mahasiswalah yang akan merasakan dampak berbagai kebijakan tersebut secara langsung. “Untuk mencapai semua itu, bisa dimulai dengan membangun komunikasi yang baik antara mahasiswa dan pihak universitas,” pungkas Hesa.
Penulis: Bangkit Adhi Wiguna
Penyunting: Deatry Kharisma Karim
Ilustrator: Zufar Marsa Elmy