Arah
Tentang virus yang menerpa dunia
Tentang cerita beruraikan air mata
Para pekerja di-PHK
Para perantau tak pulang ke keluarga
Pada arah tak tentu
Hidup membatu, menuai pilu;
Hidup berani, menuai sorak sorai
Kemudian, pilihlah sesuai arahmu
Bayang
Bayang virus menghantui
Perlu istirahat dengan menepi
Meski hati ingin kembali
Namun harus tetap jaga diri
Pandemi, aku tak tahu kapan engkau pergi
Kuharap, sedih segera tanggal
Lalu, bahagia tinggal
Kuharap, semua akan baik-baik saja
Jalanan
Kayu dibakar api terhasil abu
Lelah dibakar matahari terhasil pundi
Kerja di jalan kadang abai kesehatan
Yang penting, uang sampai di tangan
Sinarnya yang terik tak melemaskan usaha
Keringatnya yang bercucur tak mengapa
Hidup sekali dibuat sederhana
Hingga saat pandemi ada tetap bersikap biasa
Kerja
Pada masa pandemi
Ada yang tetap berusaha untuk menafkahi
Dengan usaha pantang menyerah
Yang lelahnya tak bisa aku bantah
Walau hidup terus berputar
Usaha mereka tidak memudar
Laksana kayu yang dibakar
Tetap berkobar meski tak pasti kabar
Pandemi Januari
Makhluk kecil menyebar ke penjuru bumi
Keseharian yang ramai, sekarang sepi
Angan tentang kesenangan di luar sembari berkelakar
Sirna bagai kuntum bunga yang layu setelah mekar
Aku tak tahu kapan ini akan berakhir
Yang penting aku tetap sabar dengan takdir
Kuharap segera membaik
Lalu, hidup bisa kembali tanpa pelik
Kontributor: Maulana Marquez
Tulisan ini merupakan kontribusi dalam “Berbagi dalam Pandemi”, sebuah proyek penggalangan dana untuk pihak terdampak COVID-19. Proyek ini merupakan kerja sama dengan Clapeyron dan BPPM Equilibrium dan tulisan-tulisan kontribusi lainnya dapat dibaca dengan mengunjungi situs tersebut.