
©Rizky/BAL
Senin (28-10), Aliansi Rakyat Bergerak kembali melaksanakan aksi bertajuk “Karnaval Demokrasi dan Panggung Rakyat”. Karnaval Demokrasi dilakukan dalam bentuk longmars dari Bundaran UGM sampai Monumen Tugu Pal Putih. Setelah longmars, aksi dilanjutkan dengan penampilan Panggung Rakyat. Panggung yang bertempat di depan Tugu Golong Gilig kawasan Tugu Pal Putih ini dimulai sekitar pukul 17.00 WIB.
Setelah sebelumnya aksi Gejayan Memanggil satu dan dua, kini aksi ketiga mengajak penggiat seni Yogyakarta untuk tampil di Panggung Rakyat tersebut. “Kita sebut ‘Panggung Rakyat’ karena kita pengin rakyat benar-benar menikmati pertunjukan ini sambil menyebarkan kesadaran terkait isu-isu yang ada,” terang M Atiatul Muqtadir, Ketua BEM KM UGM. Menurut Fathur, sapaan akrabnya, aksi ini juga menunjukkan bahwa banyak tuntutan yang sampai saat ini belum dipenuhi. Ia menjelaskan bahwa aksi yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda ini merupakan hasil dari kerja kolektif seluruh elemen masyarakat, sehingga dapat menghadirkan pertunjukan musik dan seni lainnya.
Sesuai dengan tagarnya yaitu #MelawanDenganSantuy, aksi ini diramaikan oleh berbagai elemen penggiat seni. Mulai dari musikalisasi puisi, tarian, hingga pertunjukan musik. Salah satu penampilan dalam Panggung Rakyat yaitu tarian berjudul “Wanita Tanah Jahanam” yang dimainkan oleh Jessica Amuba. Tarian tersebut bercerita tentang wanita yang dianggap jahanam karena melawan. “Jadi, saya mewakili rakyat, khususnya wanita yang tertindas,” jelas Jessica. Menurutnya, hingga saat ini, perempuan dan keberagaman gender masih dianggap sebagai minoritas.
Jessica juga berpendapat bahwa kini kekerasan pada perempuan sudah berlapis, bukan hanya tentang seksual, tetapi juga menyangkut agama. Selain itu, kesempatan terhadap perempuan cerdas menurutnya tetap akan kalah dengan laki-laki cerdas. Sehingga, Jessica juga menanggapi bahwa aksi kali itu masih terasa aura maskulinitas. “Masih terasa maskulinnya, karena penampil perempuannya hanya dua termasuk saya,” lanjutnya. Namun, di balik itu, Jessica mengaku bangga bisa mewakili teman-teman perempuan yang tertindas.
Selain Jessica, beberapa pengisi acara lainnya juga mengaku sangat bahagia ketika diajak bergabung untuk tampil di panggung rakyat. “Acara seperti ini yang bisa menepis ketakutan massa terhadap aksi yang identik dengan kerusuhan,” ucap Fyan Sinner, vokalis band Rebellion Rose usai tampil di Panggung Rakyat. Fyan juga menyatakan bahwa aksi yang dibuat rakyat dengan bertajuk seni dan kebudayaan perlu untuk ditingkatkan.
Menurutnya, suara rakyat seperti malam itu jarang diekspos di media-media arus utama sehingga dapat menjadi media belajar bersama. Fyan memberikan pesan untuk para peserta yang hadir malam itu untuk mendengar dan mencermati setiap pesan kebenaran yang diorasikan. “Jangan hanya datang, harus ada sesuatu yang diambil dari kegiatan positif seperti ini,” imbuhnya.
Tak berbeda jauh dengan Fyan, Bagus Dwi Danto, vokalis band Sisir Tanah, sepakat bahwa gerakan Aliansi Rakyat Bergerak menjadi media koreksi untuk Indonesia di masa depan. “Mereka punya poin-poin yang memang secara umum bersinergi dengan gerakan rakyat se-Indonesia, jadi itu terkonsolidasi dengan baik,” lanjutnya. Danto menambahkan bahwa kehadirannya dalam aksi ini merupakan wujud tanggung jawabnya sebagai bagian dari rakyat.
Menanggapi soal keterlibatan penggiat seni dalam aksi di Yogyakarta, Danto berpendapat bahwa semakin banyak yang terlibat akan meyakinkan masyarakat bahwa aksi ini mendapat dukungan dari banyak pihak. Tidak hanya dari mahasiswa, tetapi juga elemen rakyat yang selama ini terlihat apolitis atau apatis. “Jadi kalau bisa merengkuh sampai ke level itu, aku pikir keren, berarti gerakan ini punya teman,” imbuhnya. Dia juga menambahkan bahwa teman-teman yang menyuarakan aksi ini memiliki kemampuan untuk melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia. Menurutnya, aksi ini penting untuk terus didukung supaya dapat menunjukkan bahwa Indonesia memang sedang tidak baik-baik saja.
Reporter: Salwa Azzahra (Magang)
Penulis: Anis Nurul Ngadzimah
Penyunting: Rasya Swarnasta
Fotografer: Rizky Ramadhika