Diperkosa ketika KKN, Agni terus berusaha menagih hak dan keadilan kepada pihak UGM. Sementara pelaku melenggang menuju kelulusan.
Peringatan! Tulisan di bawah ini mengandung konten eksplisit. Kronologi kekerasan seksual yang tertera dalam tulisan ini sudah mendapatkan persetujuan dari pihak penyintas untuk dimuat.
Pertengahan bulan Desember tahun 2017, pada forum diskusi daring di salah satu media sosial, beredar desas-desus yang mengabarkan adanya kasus kekerasan seksual. Sebuah foto tangkapan layar dari percakapan beberapa orang menunjukkan bahwa kejadian tersebut diduga terjadi di lokasi KKN Mahasiswa UGM di Maluku. Ada beberapa versi cerita yang beredar terkait dengan kasus tersebut. Kami bertanya kepada beberapa mahasiswa yang diketahui mengikuti KKN di Maluku mengenai kebenaran kabar tersebut, akan tetapi mereka membantahnya. Mereka mengatakan bahwa kejadian tersebut hanya desas-desus dan tidak pernah terjadi. Ada pula di antara mereka yang mengatakan bahwa kejadian tersebut dialami oleh warga setempat dan tidak berhubungan sama sekali dengan mahasiswa UGM.
Februari 2018, Tim BPPM Balairung berkesempatan mewawancarai salah seorang pejabat Departemen Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM, dulunya LPPM). Melalui wawancara tersebut, kami berhasil menemukan fakta bahwa kejadian yang terjadi beberapa waktu silam adalah benar adanya. “Kalau disebut benar, ya benar ada. Tapi itu sudah saya tarik langsung (terlapor) dan sudah ada hukumannya,” kata beliau. Pejabat yang tidak ingin disebutkan identitasnya tersebut turut mengonfirmasi bahwa baik pelapor (selanjutnya disebut sebagai penyintas) dan terlapor (selanjutnya disebut pelaku) adalah mahasiswa UGM.
Dalam pemaparannya, setelah mendapat laporan dari lokasi kejadian, pihak DPkM mencabut dan membatalkan KKN pelaku serta mengirimkan perwakilan untuk penyelidikan. Sampai pada titik ini, pihak DPkM menilai bahwa pembatalan mata kuliah KKN adalah bentuk pemberian sanksi kepada pelaku dan dengan demikian kasus dianggap selesai. Pada kesempatan wawancara yang sama, kami mendapatkan nama-nama pihak yang turut terlibat dalam penyelesaian kasus kekerasan seksual tersebut.
Setelah melalui berbagai penelusuran, kami berhasil mengetahui identitas penyintas pada Maret 2018. Kami pun menghubungi Agni (bukan nama sesungguhnya) untuk menyimak penuturannya. Namun, karena beberapa hal yang berkaitan dengan kesediaan penyintas, kami baru berhasil mewawancarainya pada Agustus 2018. Segala detail informasi yang kami sajikan telah mendapat persetujuan dengan penyintas dengan berbagai pertimbangan.
***
Sorot mata Agni kosong. Pandangannya menerawang jauh. Dalam kepalanya, ia berusaha memanggil ulang seluruh memori tentang apa saja yang telah ia lewati sejauh ini. Kejadian itu telah berlalu setahun yang lalu. Namun, Agni masih kerap takut dan trauma ketika membayangkannya kembali. Menurut pengakuannya, ia beberapa kali ketakutan saat malam hari sehingga tidak tidur seharian dan sempat berpikir untuk bunuh diri karena kejadian tersebut.
Agni adalah seorang mahasiswa Fisipol angkatan 2014. Ia mengikuti program KKN ke Pulau Seram, Maluku pada bulan Juni 2017. Dirinya mengambil program KKN antarsemester yang berada dalam rentang bulan Juni hingga Agustus. Saat KKN, Agni mengalami kekerasan seksual oleh teman satu timnya sendiri.
Hari Jumat, tanggal 30 Juni 2017, Agni hendak menemui salah satu teman perempuannya untuk membicarakan program KKN. Lokasi pondokan temannya berjarak cukup jauh, sementara hari yang beranjak malam dan listrik yang mati membuat kondisi desa gelap. Tidak hanya itu, di sekitar lingkungan tersebut juga terdapat babi hutan berkeliaran. Akhirnya, Agni mampir ke pondokan laki-laki yang berada di antara rumah inap Agni dan pondokan temannya yang ia tuju. Pikirnya sekalian mencari teman untuk menemaninya pergi. Tak lama setelah kedatangannya, sekitar pukul tujuh, hujan turun. Ada empat orang di pondokan tersebut, dua orang di antaranya adalah teman subunit Agni, dan sisanya pemuda setempat yang kebetulan singgah. Sementara bapak dan ibu pemilik rumah berada di dalam pondokan. “Sambil menunggu hujan reda, aku ngobrol dengan mereka di ruang tamu,” kata Agni.
Hujan reda sekitar tengah malam. Agni merasa tidak enak hati pulang larut malam dan membangunkan pemilik rumah, sebab pintu rumah pasti sudah dikunci dan ia tidak membawa kunci cadangan. Agni pun memutuskan menginap. Kala itu, tersisa tiga orang di pondokan tersebut yaitu HS (inisial) dan dua pemuda desa. Namun, selang beberapa saat setelah hujan reda, kedua pemuda desa pulang ke rumah masing-masing.
Setelah pemuda desa pulang, HS pun mempersilakan Agni beristirahat di kamar. Di rumah tersebut hanya ada satu kamar yang disediakan untuk mahasiswa KKN. Terbatasnya tempat dan segala kondisi di luar membuat Agni dan HS pun tidur satu kamar dengan posisi tidur yang berjauhan. Dini hari Agni terbangun karena merasa gerah. Masih dengan mata terpejam, ia merasakan tangan HS memeluk tubuhnya. Setelah itu, HS mulai meraba dada dan mencium bibir Agni. Agni masih memejamkan mata, memutuskan untuk pura-pura tidur dan berharap pelaku segera menghentikan perbuatannya. Agni mengatakan bahwa ia takut bila berteriak warga yang datang justru menilai bahwa kejadian tersebut memang dikehendakinya.
Agni sempat membalikkan badan menjauhi HS, tetapi HS menarik badannya hingga telentang kembali dan mengulangi perbuatannya. Pelaku menyingkap baju Agni dan menyentuh serta mencium dadanya. Tidak berhenti di sana, ia juga menyentuh dan memasukkan jarinya pada kemaluan Agni. Pelaku juga mengarahkan tangan Agni untuk menyentuh kemaluannya. Pada titik di mana Agni merasakan sakit pada kemaluannya, ia akhirnya memberanikan diri untuk bangun dan mendorong HS menjauhi dirinya. “Saat itu aku tidak mampu berkata-kata. Aku hanya tanya ‘kamu ngapain?’ dengan nada sedikit tinggi, padahal sebenarnya aku sangat marah,” terang Agni sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
Esok harinya Agni memutuskan untuk menghubungi temannya yang di Jogja untuk bercerita karena merasa gelisah. Teman Agni lantas menyuruhnya untuk melaporkan pelaku kepada Koordinator Mahasiswa Subunit (Kormasit), Koordinator Mahasiswa Unit (Kormanit), dan Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Agni ragu, takut teman-temannya tidak percaya dan justru menyalahkannya. Namun akhirnya, teman Agni segera menghubungi beberapa anggota subunit Agni dan menceritakan kejadian tersebut.
Tak butuh waktu lama sampai kejadian tersebut diketahui seluruh anggota subunit. Mereka pun sepakat melaporkan HS kepada Adam Pamudji Rahardjo, DPL mereka. Teman-temannya meminta HS mengakui perbuatannya melalui telepon kepada Adam. Lewat pengeras suara, Agni mendengar percakapan mereka dan merasa bahwa cerita yang disampaikan HS kepada Adam kurang sesuai dengan yang terjadi sesungguhnya. HS hanya mengatakan bahwa ia khilaf meraba dan memainkan bagian tubuh Agni, tanpa menyebutkan bahwa tindakan itu dilakukan tanpa izin. HS juga tidak menyampaikan bahwa kejadian tersebut dilakukannya ketika Agni tertidur dengan berpakaian lengkap dan berkerudung. Pada titik itu, Agni mulai khawatir bila informasi yang disampaikan HS secara tidak lengkap tersebut membuat Adam menilai bahwa peristiwa yang dialaminya terjadi atas dasar saling suka.
Kekhawatiran Agni terbukti dengan pernyataan salah satu pejabat di DPkM yang tidak ingin disebutkan identitasnya. Atas kejadian tersebut, pejabat tersebut menilai bahwa penyintas turut bersalah. Selain menilai bahwa Agni ikut berperan dalam terjadinya kejadian, ia juga menyayangkan Agni yang melibatkan pihak luar, yaitu Rifka Annisa. Menurutnya kasus Agni lebih baik diselesaikan secara baik-baik dan kekeluargaan, sehingga tidak mengakibatkan keributan. “Jangan menyebut dia (Agni) korban dulu. Ibarat kucing kalau diberi gereh (ikan asin dalam bahasa jawa) pasti kan setidak-tidaknya akan dicium-cium atau dimakan,” tuturnya menganalogikan.
Begitu laporan tersebut sampai, Adam memutuskan untuk mengusulkan penarikan HS kepada Korwil Maluku, Heru Sasongko, pada tanggal 7 Juli 2017. Namun, dasar penarikan tersebut adalah HS sudah tidak diterima oleh teman-temannya sehingga tidak lagi kondusif menjalankan program. HS pun ditarik dari lokasi KKN dan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 2017.
Seminggu setelah ditariknya HS dari lokasi kejadian, pada tanggal 16 Juli 2017, beberapa pejabat DPkM mengunjungi lokasi kejadian. Mereka adalah Adam (DPL), Heru (Korwil), dan Djaka Marwasta (Kepala Subdirektorat KKN). Pada saat bertemu dengan Agni itu pula Djaka menyatakan bahwa dirinya tidak bisa memberikan sanksi DO kepada HS. Alasannya sanksi DO harus melalui prosedur pengajuan aduan ke komite etik UGM. Sementara kasus kekerasan seksual yang dialami Agni dianggap bukan termasuk pelanggaran berat sehingga tidak perlu penanganan yang serius.
Alasan yang dimaksud Djaka mengacu pada Keputusan Rektor UGM No. 1699/UN1.P/SK/HUKOR/2016 tentang Pedoman Pelecehan di Lingkungan UGM. Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa insiden pelecehan yang berkaitan dengan lebih dari satu departemen akan dibentuk tim investigasi untuk menyelidiki kasus. Mengingat HS berasal dari Fakultas Teknik dan Agni dari Fisipol, maka penyelesaian kasus tersebut seharusnya memang melibatkan tim investigasi, bukan perwakilan DPkM secara sepihak. Sayangnya, menurut pengakuan Agni, ketika itu Djaka bahkan tidak memberitahu peraturan dan prosedur penyampaian aduan kepada Agni. “Beliau hanya sempat mengatakan, kalau tim investigasi atau polisi terlibat, maka prosesnya akan lebih menyakitkan bagiku,” jelas Agni.
Terus Mengadvokasi Diri
Sejak kunjungan pihak DPkM ke lokasi KKN-nya, Agni ragu tentang pandangan pihak-pihak tersebut atas kasusnya. Sejak pulang dari KKN, penyintas terus mengumpulkan keterangan dari beberapa pihak yang terlibat dalam penyelesaian kasus ini. Awal bulan September 2017, ia berusaha menemui Djaka untuk menanyakan apakah DPkM mengirimkan laporan atau surat rekomendasi kepada Fakultas Teknik (selaku fakultas HS) atas kejadian yang ia alami. “Aku berusaha mencapai beliau dengan mengirimkan pesan, surel, bahkan beberapa kali berkunjung ke kantor LPPM (kala itu) dan Fakultas Geografi, tetapi hasilnya nihil. Beliau (Djaka) menolak kuajak bicara.” kata Agni.
Pertengahan bulan November, ia mendapati nilai KKN-nya C. Agni tentu kecewa. Baginya, nilai itu tidak sepadan karena ia merasa telah melaksanakan program KKN sebaik teman-temannya yang mendapat nilai varian A. Agni pun mengirim pesan pada DPL, menanyakan perihal nilai tersebut. Akan tetapi, Adam menyuruh Agni untuk menanyakan langsung pada ketua KKN yaitu Djaka. Berdasarkan pengakuan Agni, Adam mengatakan bahwa nilainya termasuk dalam salah satu hak prerogatif Djaka. Namun sayang, Agni mengatakan bahwa ketika ditemui Djaka menolak menjawab dan menyuruh DPL yang bicara padanya. “Hak prerogatif? Apa itu hak prerogatif?” kata Agni menirukan Djaka yang balik bertanya.
Ketika Agni menemui Adam, ia pun sependapat dengan penilaian pejabat DPkM yang menganggap bahwa Agni turut bersalah. Ia mengaku, sejak pertemuan di lokasi KKN kala itu, baik dirinya, Heru, maupun Djaka memutuskan untuk memberi sanksi kepada Agni dan HS. Mereka menilai bahwa baik Agni maupun HS sama-sama berkontribusi pada terjadinya peristiwa tersebut. “Ini sudah berlalu, sudah terjadi seperti itu. Diterimalah, sebagai pengalaman. Mau apa lagi? Saya sendiri merasa malu dengan warga di sana,” kata Adam pada Agni. Tidak hanya itu, Agni juga mengatakan bahwa Adam sempat memintanya untuk bertobat atas perbuatannya.
Beberapa saat setelah mengetahui nilainya, penyintas mendapati HS telah menjalani KKN tepat di periode selanjutnya setelah ia dijatuhi sanksi. Atas kejanggalan tersebut, penyintas membulatkan tekad untuk melaporkan kasusnya secara resmi. “Semenjak pulang KKN aku memutuskan untuk melaporkan peristiwa ini, tetapi aku tidak tahu jalannya ke mana. Jadi aku mencari-cari sendiri dengan cara mencoba-coba menemui beberapa pihak,” kata Agni.
Pertengahan bulan Desember 2017, penyintas berhasil menemui Poppy Sulistyaning Winanti (Wakil Dekan Fisipol Bidang Kerjasama, Alumni dan Penelitian) dan Wawan Mas’udi (Wakil Dekan Fisipol bagian Akademik dan Kemahasiswaan). Dari pertemuan tersebut Agni pun menceritakan detail kejadian yang ia alami, termasuk tentang nilai KKN-nya. Laporannya mulai diproses secara resmi di tingkat fakultas dan diupayakan penyelesaiannya sampai taraf universitas.
Gayung bersambut. Tak lama setelah laporan tersebut resmi masuk ke Rektorat, penyintas bertemu Ika Dewi Ana, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Dalam pertemuan tersebut, ada beberapa pihak yang turut hadir yaitu Poppy selaku perwakilan Fisipol, Ambar Kusumandari selaku Kepala Subdirektorat KKN yang baru, serta Budi Wulandari dan Sofia Rahmawati sebagai perwakilan dari Rifka Annisa. “Dalam forum tersebut, saya menyampaikan bahwa saya ingin HS dikeluarkan dan dosen-dosen yang terlibat dalam hal ini turut bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan,” tutur Agni.
Menanggapi tuntutan Agni, Ambar justru membenarkan pemberian nilai C oleh DPL, setelah sebelumnya mengonfirmasi bahwa jarak pondokan HS tidak jauh dari pondokan Agni. “Kalau gitu, berarti Pak Adam tidak sepenuhnya bersalah. Seandainya kamu tidak menginap di sana kan tidak akan terjadi, tho?” begitu yang Agni ingat atas ucapan Ambar. Namun, setelah kami berusaha untuk meminta keterangan Ambar mengenai hal ini, ia menolak untuk diwawancara karena alasan kesibukan.
Tidak Kunjung Mendapat Rasa Aman
Setelah pertemuan tersebut, investigasi pun dimulai. Investigasi berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Tri Hayuning Tyas, Koordinator Tim Investigasi sekaligus psikolog, mengatakan ada beberapa hal yang timnya lakukan. Perempuan yang akrab disapa Nuning ini menjelaskan bahwa mereka melihat rangkaian cerita dari berbagai perspektif baik pelaku maupun penyintas. Ia menambahkan bahwa timnya juga turut melihat seluruh rangkaian cerita yang pernah terjadi pada kehidupan kedua belah pihak. “Kami melihat dari lokus ceritanya, jadi bukan hanya lokus kejadiannya itu saja, tetapi rangkaian cerita sampai menjadikan hal tersebut terjadi,” jelas Nuning.
Setelah proses investigasi selesai, Tim Investigasi memberikan dua jenis rekomendasi. Pertama, ditujukan bagi Agni selaku penyintas. Salah satu rekomendasi yang diberikan adalah perbaikan nilai KKN. Nuning mengatakan bahwa Tim Investigasi berhasil mengusulkan perubahan nilai yang sesuai dengan kontribusi Agni selama KKN. Per tanggal 14 September silam, Agni mengakui bahwa nilainya kini telah menjadi A/B. Tidak hanya itu, Nuning juga mengatakan bahwa Agni berhak mendapatkan ganti rugi atas uang kuliahnya dan mendapat fasilitas konseling. Penggantian uang kuliah didasarkan karena peristiwa tersebut mengakibatkan kurang kondusifnya perkuliahan Agni sehingga UGM perlu bertanggung jawab. Sedangkan fasilitas konseling juga bentuk tanggung jawab UGM, terlebih sebelumnya Agni menanggung sendiri semua biaya pengobatannya ke psikolog dan psikiater yang tidaklah murah.
Rekomendasi kedua menyangkut sanksi yang diberikan bagi HS. Menurut penjelasan Nuning, HS wajib memberikan surat permohonan maaf yang ditandatangani oleh orang tuanya. HS juga diharuskan mengikuti konseling selama 2-6 bulan, sampai dirasa konseling telah mencapai hasil yang diharapkan. Mengenai tuntutan Agni, Nuning menjelaskan bahwa tidak ada rubrik yang mengatur pengeluaran mahasiswa untuk kasus pelecehan seksual. “Berbeda kalau dosen memberi mahasiswa nilai A, B, C, D, itu kan ada ada rubriknya, sedangkan ini tidak. Ini menjadi salah satu masukan dari kami,” tuturnya.
Tidak adanya panduan yang dimaksud Nuning mengacu pada Peraturan Rektor UGM No. 711/P/SK/HT/2013 tentang Tata Perilaku Mahasiswa UGM. Ada tiga tingkatan sanksi yang ditetapkan bagi mahasiswa yang melanggarnya. Sesuai Pasal 22 Ayat 1, sanksi pelanggaran atas tata perilaku tersebut terdiri dari sanksi ringan, sedang, dan berat. Sanksi ringan meliputi teguran dan pernyataan permohonan maaf (dan sejenisnya). Sedangkan sanksi sedang adalah surat peringatan, pembatalan nilai mata kuliah tertentu atau selama satu semester, dan skorsing selama 1-2 semester berturut-turut. Sementara sanksi berat yaitu diberhentikan secara tidak hormat sebagai mahasiswa. Pada Pasal 24 dijelaskan lebih lanjut bahwa pelanggaran terhadap perilaku mengenai kesusilaan (Pasal 5 Huruf m) dikenai paling rendah sanksi ringan hingga sanksi berat. Penentuan sanksi dilakukan berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Komite Etik. Dalam konteks kasus pelecehan, tugas dan fungsi tim investigasi sama dengan komite etik.
Menanggapi hal tersebut, Nuning mengatakan bahwa ada pertimbangan indikasi-indikasi tertentu yang didapatkan dari kumpulan cerita yang dikumpulkan selama investigasi. Menanggapi HS yang belakangan diketahui telah melakukan sidang pendadaran pada 6 Agustus 2018, Nuning mengaku bahwa HS memang boleh melakukan sidang. Namun, ia mengatakan bahwa HS tetap tidak diperkenankan yudisium sampai konselingnya dinyatakan selesai. Nuning turut menjelaskan bahwa konseling yang wajib dilakukan HS bertujuan untuk memberikan pendampingan dan pengarahan kepada pelaku. “Fasilitas konseling ini juga diberikan kepada penyintas sebagai bentuk pemulihan psikologis atas trauma yang dialaminya,” kata Nuning.
Akhir Agustus lalu, Ika Dewi Ana selaku Warek Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat mengatakan bahwa laporan Agni telah diproses dan investigasi juga sudah dilakukan. “Sudah selesai kok, yang bermasalah juga sudah diselesaikan,” begitu jelasnya.
Sependapat dengan Ika, Erwan Agus Purwanto selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga mengatakan bahwa laporan yang sempat masuk kala itu telah ditindaklanjuti dan telah menghasilkan penjatuhan sanksi kepada terlapor. Erwan juga menjelaskan bahwa pihaknya terus mendampingi penyintas. “Kalau sudah dijatuhkan sanksi, kan berarti sudah selesai ya. Itu yang kasus terakhir adalah implementasi dari peraturan rektor,” kata Erwan.
Terkait pemberian sanksi untuk HS, Muhamad Wildan Waziz selaku Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Teknik mengatakan bahwa dirinya belum menerima sama sekali rekomendasi Tim Investigasi. Waziz mengaku bahwa dirinya hanya diminta untuk menahan yudisium HS. “Mungkin dikirim ke Pak Dekan dan saya belum menerima. Menjelang Juli akhir ini saya hanya diberi pesan untuk menahan yudisium yang bersangkutan karena katanya masih dalam proses. Proses dan sanksinya seperti apa, saya tidak tahu,” jelas Waziz. Namun sayangnya, Nizam selaku Dekan Fakultas Teknik tidak merespon kami ketika hendak dimintai keterangan mengenai hal ini.
Waziz turut berpendapat bahwa terkait sanksi DO, selama hal tersebut merupakan hasil rekomendasi Tim Investigasi, ia bersedia melakukannya. Waziz pun menceritakan bahwa dirinya sering mengeluarkan mahasiswa Fakultas Teknik terkait pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, salah satunya terkait masa studi. Menurut Waziz, Tim Investigasi memiliki kewenangan terkait pemberian sanksi. “Mereka berwenang menentukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yang dapat memperberat atau meringankan sanksi yang bersangkutan,” kata Waziz.
Menanggapi hasil rekomendasi yang dikeluarkan oleh Tim Investigasi, Sofia Rahmawati selaku selaku Konselor Hukum Rifka Annisa yang turut menjadi pendamping penyintas menduga bahwa jalan keluar yang digunakan oleh Tim Investigasi merupakan salah satu bentuk restorative justice. Konsep ini kerap ditemui dalam beberapa kasus hukum di mana pelaku menunjukkan iktikad baik terkait kasus yang dialaminya. Iktikad baik yang biasa muncul dalam kasus-kasus umum berupa upaya meminta maaf atau memberikan uang ganti rugi kepada pihak korban. Syarat substantif dari konsep ini adalah pelaku harus menyadari perbuatannya dan bersedia bertanggung jawab dan memperbaiki diri.
Menurut pemaparan Sofia, perlu ada indikator yang jelas mengenai iktikad baik yang dimaksud. Baginya, pelaku pada kasus apapun bisa saja bertindak seakan-akan merasa bersalah bahkan berbohong ketika dimintai keterangan. Ia turut menyayangkan tidak adanya ahli hukum dalam tim investigasi tersebut. “Di Indonesia, proses mediasi atau konsep restorative justice untuk kasus perkosaan jarang digunakan karena kita belum siap. Lembaga-lembaga pemulihan untuk korban di sini belum bagus,” katanya.
Budi Wulandari selaku pendamping Agni dari Rifka Annisa juga menyayangkan pandangan beberapa pihak yang mulanya menilai ini bukan perkosaan. Perempuan yang kerap disapa Wulan itu menilai bahwa segala rangkaian yang dialami penyintas jelas merupakan perkosaan. Wulan berpendapat bahwa pandangan yang kurang peka kepada penyintas membuat kasus Agni tidak diselesaikan secara serius sejak laporan pertama kali dilayangkan kepada pihak DPkM. Akibatnya, Agni harus melalui proses panjang untuk mengadvokasi dirinya sendiri. “Kegigihannya membuat kami mau membantu dia mendapatkan hak-haknya. Terserahlah sanksinya apa yang penting ada sanksi yang tepat untuk pelaku,” jelas Wulan.
Definisi perkosaan yang dimaksud Wulan sesuai dengan yang dirilis oleh Komnas Perempuan. Dalam buklet “15 Bentuk Kekerasan Seksual” yang dirilis di laman mereka, perkosaan dapat diidentifikasi dengan adanya pemaksaan hubungan seksual dengan memakai penis, jari tangan, atau benda lainnya ke arah kemaluan, anus, atau pun mulut korban.
Tidak hanya itu, hingga berita ini diterbitkan (tiga bulan sejak Tim Investigasi menyampaikan rekomendasinya ke Rektor), penyintas mengaku belum dihubungi pihak Rektorat meski tim investigasi telah dibubarkan. Penyintas mengatakan bahwa hasil rekomendasi yang dikeluarkan oleh Tim Investigasi diketahuinya karena ia sendiri yang datang dan bertanya. “Sempat disebutkan kalau aku mendapat layanan konseling, tapi bagaimana prosedurnya dan aku harus ke mana, aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu apakah HS sudah menjalani sanksinya atau belum,” kata Agni.
Kasus kekerasan seksual yang dialami Agni bukanlah satu-satunya perkara yang terjadi di ruang lingkup kampus. Dalam berita yang berjudul “Malang Melintang Penanganan Pelecehan Seksual di Kampus” (Majalah Balairung Edisi 54/TH. XXXIII/2018) telah disebutkan bahwa pelecehan seksual dapat terjadi di banyak lingkup kegiatan mahasiswa. Kasus Agni, dan kasus-kasus lain di lingkungan kampus yang telah bermunculan di media sosial maupun portal berita lain ibarat puncak gunung es. Bahkan, atas peristiwa yang secara resmi telah dilaporkan seperti kasus Agni pun penyintas belum mendapatkan perlakuan yang mampu mengembalikan rasa amannya. “Aku ingin mengusahakan apa yang bisa kuusahakan, dalam hal ini mendesak kampus untuk menanggapi kekerasan seksual dengan serius dan berpihak kepada penyintas,” jelas Agni.
Penulis: Citra Maudy
Penyunting: Thovan Sugandi
501 komentar
itu tolong ceritanya jangan sedetail itu, kesannya seperti cerita panas.
Apaan sih, itu kan demi kejelasan kronologi. Anda saja yang pikirannya kotor.
Indonesia ini kan kaya akan kata, kan bisa dipilih diksi yang lebih tidak vulgar to yoo nduk
kalo kronologi emang harus dijelaskan secara detail, penggunaan kata juga saya rasa sudah cukup untuk tulisan ini. anda saja yang masih mental mesum
Kita semua manusia yang punya akal, mau tulis kata vagina, penis, payudara sekalipun, konteksnya tetap bagian tubuh manusia. Karena artikel sedang membahas investigasi penulis terhadap kronologi kejadian. Berbeda jika Bapak membuka website porno.
Elunya aja yang sangean lol
Kalo menurut bapak penis, anus, atau vagina itu vulgar, ya fix bapak aja yg kotor. Wong kata-kata itu sudah kata paling baku, istilah-istilah yg dipakai di kedokteran juga kok.
Perhatian anda tidak nyambung. Diperhatikan masalah yang disuguhkan, bukan malah mengomentari isi artikel seperti cerita panas atau tidak.
Menurut saya ini diksinya sudah tepat, objektif, dan tidak mengundang nafsu. Anda ambil air wudhu sana.
Eh bro, kan udah sudah dibilang dari awal, eksplisit! Bisa Iqra’ nggak sih? Kalau saya malah terkesan ngeri loh, perempuan digituin. Situnya aja yg otak mesum. Dan yah memang harus jelas, sejelas2nya. Kalau menurut saya malah harus lebih jelas, biar semua perempuan harus mengantisipasi tindakan2 brengsek yg bisa aja terjadi pada perempuan, di manapun berada. Salam!
bahkan deskripsi ttg kejadian cuma 1 paragraf dan malah itu yang anda highlight dari berita mengerikan ini? it says a lot about your dirty mind than about the journalist
Saya baca biasa saja, tidak terfikirkan bahwa ini seperti cerita panas. bersihkan pikiran Pak,
Mana yang vulgar, anda saja yang memang otaknya mesum fokusnya jadi kesitu, saya saja baca biasa saja. Ginian saja greget, kurang piknik itu pikiran anda.
Turn back eufemisme kayak zaman Orba gitu?
setujuuuu
Makannya jangan kebanyakan baca cerita panas mas.
otak lu aja yang vulgar
Buka jasa baru aja mas… Kan ada tuh grab, uber, gojek.. Saya saranin namanya go-blok
Diksi yg tidak vulgar? Diksi yg dipakai memang kata2 yg seharusnya dipakai kok. Mungkin anda saja yg terlalu berlebihan memaknai diksi tersebut, anda masih terkungkung dalam ketabuan sehingga menganggap diksi tersebut vulgar. Coba banyak baca lagi ya mas, supaya kaya akan bahasa dan wawasannya luas.
ngacengan masnya ini. mas mas, baca musibah ada kata² bagian tubuh wanita aja ngaceng.
iya jadi tegang e baca berita nya
Bapak yang baik. Tolong cerdas sedikit (saja). Anda berkomentar bukan pada substansi isi tulisan. Dan tolong pahami lagi definisi vulgar itu apa. Sederhananya, banyak baca biar wawasannya luas. Malu loh nanti diledekin pembaca lain.
Terima kasih
Mas nya sangean wkwkwk
Sudah dikatakan di awal tulisan, bahwa tulisannya bersifat eksplisit. Eksplisit berarti dipaparkan secara jelas dan agar mudah dipahami pembaca. Tidak samar-samar.
Anda yang pikirannya selalu internet positif. Ketahuan hobinya baca begituan.
Salam.
Begini Pak, diceritakan seperti di atas justru biar orang lain tahu bagaimana kekerasan seksual it terjadi.. Semenyakitkan dan semenjijikkan apa. Bukannya malah yang dipikirkan cerita panas. Bapak saja yang mungkin pikirannya melenceng ke sana. Lagi pula ini media diskusi dan wajar saja penulis menuliskan apa yang dialami dan dirasakan korban atau penyintas. Bahas masalahnya lalu beri solusi. Bukannya menyinggung hal yang seharusnya jadi perhatian orang banyak.
Menurut saya, mau tidak mau kita harus sadar kalau kasus kekerasan seksual sampai pemerkosaan ini sudah banyak terjadi. Kasus ini saja sudah jalan setahun baru tertangkap media sosial. Saya harap Agni bisa segera mendapatkan keadilannya dan HS terima ganjaran atas perbuatannya. Dan kita sebagai masyarakat, sebaiknya lebih kritis terhadap satu masalah. Fokus pada masalah dan bukan mencari celah untuk menyinyir.
Terima kasih.
Salam
Saya setuju dengan anda, ini media investigasi jadi apa yg diungkap harus detail dan sebenarnya, tanpa ada yg ditutupi, sehingga solusi yg dihasilkan sesuai dengan yang seharusnya.
saya juga setuju, semoga AGNI mendapat hak-haknya kembali secara utuh sesuai seharusnya tanpa dikurangi dan/ atau dicurangi, sedangkan HS mendapatkan hukuman yang seharusnya diterimanya baik secara HUKUM PIDANA maupun sanksi-sanksi sesuai Peraturan yang berlaku di UGM tanpa ada yg diselewengkan. Hal ini perlu ditekankan mengingat komentar pihak2 terkait dari UGM berkesan ada yang disembunyikan dan memojokkan korban.
komentar-komentar tersebut dapat dibaca dari tulisan-tulisan2 diatas
Halah .. memang harus detail … hati lo sj yg panas. Mungkin lo alumni UGM .. ? Bela almamater sih boleh tapi janganlah fanatik. Coba lo yg jadi korban !!!
Ini memang panas bung
owalah memangnya cerita panas seperti itu ya mas? baca dimana biasanyaa? hehehe
*byurrr (nyiram masnya pake air dingin)
uda enakan toh mas?
Emang dasar pikiran lo aja yang ngeres!
Panas atau tidak itu tergantung pada isi kepala anda masing-masing.
semacam baca koran Merapi dulu, gak punya etika menulis!
itu bukan kronologi, tapi buka aib!
saya lgsg stop baca!
Kan identitas penyintas disamarkan, masak buka aib?
“Agni adalah seorang mahasiswa Fisipol angkatan 2014. Ia mengikuti program KKN ke Pulau Seram, Maluku pada bulan Juni 2017. Dirinya mengambil program KKN antarsemester yang berada dalam rentang bulan Juni hingga Agustus. Saat KKN, Agni mengalami kekerasan seksual oleh teman satu timnya sendiri. ”
Saya sendiri ragu apakah identitas korban benar benar di sarankan memang tidak menyebutkan nama aslinya . terlihat jelas idenditas korban sedikit di jelaskan dari angkatan,fakultas dan lokasi KKN waktu KKnya kapan
Udah dikasih kata peringatan bung
sediakan tisu mas, nanti tercecer kemana”..
sediakan tisu mas, nanti tercecer
Kebanyakan nonton film bokep kali ya. Anda pasti akan berpikir lain kalo istri atau anak perempuan anda, atau bahkan ibunda anda yg mengalamai tindakan pelecehan yg anda sebut “panas” tadi.
Sekarang sudah 2021. Saya mengetahui kabar bahwa HS sudah lulus, dan entah bagaimana nasib Agni.
Padahal harusnya HS dikeluarkan dengan tidak hormat, dihukum cambuk, dan diasingkan (ini berdasarkan keyakinan saya). Sedangkan Agni lebih baik diberikan pendampingan psikologi oleh kampus hingga mentalnya pulih dan kasusnya dikawal sampai tuntas.
Dari pengalaman penanganan kasus kejahatan seksual oleh pihak kampus, jujur saya kecewa. Lebih kecewa lagi ketika mengetahui sebagian netizen/warganet yang mempermasalahkan diksi, padahal bahasa yang digunakan sudah baku dan kalau diperhalus lagi, justru esensi berita sesungguhnya jadi kabur.
Satu-satunya cara mengubah sistem pendidikan formal konvensional yang serba sungkan ini dan menghasilkan ketidakadilan ini hanya ROMBAK TOTAL, sebab sudah terlalu kusut mengalahkan benang bundet.
Tidak ada gunanya mendebat warganet. Toh semua orang benci disalahkan, bukan?
Tuhan membuat cobaan dan hukuman sesuai tempatnya, salah satunya melalui Covid-19.
Tapi sayangnya, sistem pendidikan formal konvensional belum bisa dirombak total dengan adanya Covid-19. Baru sarana belajarnya yang tampak berubah sejauh ini (daring dan pertemuan tatap muka terbatas).
Memang akan banyak orang yang berusaha mengaburkan inti dari kebenaran yang terjadi. Saya kira Balairung dapat menjadi contoh baik untuk media kampus lain. Tetap semangat, doa saya untuk para penyintas.
bukan hanya media kampus lain, tp media pada umumnya yang … ah sudah lah
pikiran anda saja yang mengarahnya pada cerita panas. tolong bedakan antara sedang membaca laporan dengan membaca cerita panas!.
mas nya mudah ereksi ya? sampai kronologinya saja dibilang kesannya seperti cerita panas? mas nya sering baca cerita panas ya?
hus…kamu ini sama aja ngmngnya jorok.
Bapak seandainya anak balak yg mengalaminya, ketika dia bercerita sederail mungkin, apakah bapak akan berkata hal yang sama juga?
Bapak tidak berada dalam posisi wanita tersebut. Tolong hargai.
Bapak seandainya anak bapak yg mengalaminya, ketika dia bercerita sederail mungkin, apakah bapak akan berkata hal yang sama juga?
Bapak tidak berada dalam posisi wanita tersebut. Tolong hargai.
Mohon maaf bagi saya yg terbiasa membaca cerita panas, membaca cerita ini tidak ada panasnya sedikitpun, dan kronologis yg ditulis pihak balairung tidak sedikitpun mendekati cerita panas. Sekian terima kasih.
Kurang banyak nonton “film” nya bang, ini niatnya bukan untuk panas seperti yang abang maksud. Lagian biasa aja sih sebenernya
Dasar Mesum !!!!
Ini orang2 yg bilang kalo baca pikirannya jangan kotor coba dilia kode etik jurnalistik pada Pemberitaan Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan menurut Pasal 4 tentang Wartawan yang tidak membuat berita penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. Dan Pasal 5 yang tidak memperbolehkan penyebutan identitas atau informasi yang menyangkut korban kejahatan seksual.
Mari kita gunakan kacamata objektif cause,
Saya sebagai pembaca menanggapi hal ini Sebaiknya mas/mbak coba dilihat titik fokus permasalahannya apa, yang di bahas apa, jangan main hanyut kedalam hasrat pribadi,
1. Jika mendengar penjelasan yang di kutip diatas dari pihak penyintas menceritakan dengan sangat detail tujuannya mendapatkan keadilan, berbanding terbalik dengan cerita si pelaku karena dia melakukan pembelaan diri supaya tidak mendapat hukuman berat.
Pertanyaan sy, kenapa ketika penyintas mulai di lecehkan tidak melakukan pembelaan diri seketika itu juga dengan cara berteriak meminta tolong atau melakukan bela diri? Kenapa pura-pura tidak tidur?
Melihat kasus seperti ini marilah mas/mbak mulailah “Berlaku Adil Sejak Dalam Kandungan /Fikiran”
Supaya kasus ini tidak terjadi kepada diri kita/keluarga atau bahkan anak kita. Mulailah tanam kebaikan niscaya kita akan memanen kebaikan (jika tidak di dunia maka di akhirat),
Lanjutkan perjuangan mu mbak agnia, atas nama Gender, Emansipasi, Keadilan & Hak Asasi Manusia.
Yang benar harus merasakan keamanan, yang salah harus mengakui kesalahan dan mendapat hukuman yg setimpal
Harusnya anda malu dengan sudut pandang yang anda ambil disini…
Posisikan diri anda sebagai korban, betapa tertekannya dia ketika segala upaya sudah dilakukan “dilepeh” sama pihak kampus. Kalo artikel ini gak diplubikasi seperti sekarang, anda pikir kami-kami, para alumnus, bisa tau soal kasus ini?
Masih mau ngomongin diksi? Pikir lagi dengan akal cerdasmu. Sudah banyak kasus pelecehan seksual yang melibatkan pihak kampus tertelan begitu saja (baik itu yang dilakukan oleh oknum dosen mesum). Predator punya banyak topeng buat nutupin perbuatannya, kenapa harus dilindungi?
-Alumnus FISIPOL-
Mesum
Otak lu gagal di upgrade.
Saya bacanya biasa aja, ngga ada pikiran yg aneh2 kaya situ. Situnya aja yang sange.
Berita itu ditulis dengan kronologi yang lengkap biar jelas, jadi untuk membuktikan kebenaran dan publik bisa menilai mana yang benar mana yang salah. Kalau ada istilah2 Penis, Vagina dll ya itu emang nama bagian2 tubuh manusia.
Komentar2 yang bilang kalau artikel ini terlalu frontal atau apalah, itu menunjukkan kalau pikiran kalian sempit dan bisa jadi emang kebanyakan baca/nonton porno
Mas nya kurang sering baca cerita panas, jadi salfok ke bagian yang cuma sedikit banget itu. Saya malah ngerasa ini narasinya agak kaku dan melelahkan bacanya.
kebenaran memang harus di ungkapkan. kebenaran tidak pernah mati.
Makanya sholat dan puasa (kalau muslim), atau ke gereja dan kebaktian (kalau nasrani), intinya banyakin ibadah, jangan mikir mesum aha
panas ndasmu
dasar ngacengan
Kalo d lapor ke polisi bisa ga sih?
Gue pengen si HS di penjaraaa.
Baru tau saya tolol itu tak lekang oleh waktu. seperti komentar anda ini.
Dasar pikiran kotor….
Kebanyakan nonton film bokep kali ya. Anda pasti akan berpikir lain kalo istri atau anak perempuan anda, atau bahkan ibunda anda yg mengalamai tindakan pelecehan yg anda sebut “panas” tadi.
kowe iki jan kebacut bodo e.
Mas, sebagai mahasiswa linguistik saya cuma mau bilang, penggunaan diksi-diksi organ tubuh (vagina, penis, payudara) itu tidak mengindikasikan ceritanya menjadi cerita panas. Diksi-diksi yang digunakan dalam menceritakan kronologi kejadian itu sudah yang sangat “halus” dan memang bahasa yang lumrah untuk digunakan. Tidak ada yang salah dengan vagina, karena memang itulah namanya secara ilmiah, harfiah, resmi, dan sopan. Begitupula untuk kata-kata lain seperti penis dan payudara. Mas, ada baiknya sebelum berkomentar tentang penggunaan kata-kata tersebut, hendaknya dipelajari lebih jauh tentang bahasa, tata bahasa, dan kosakata yang semestinya dipakai sesuai dengan konteks. Saya harap mas bisa belajar lebih lanjut lagi tentang bahasa ya, mas.
Namanya kronologi harus detail, diksi yang digunakan harus jelas dan tidak rancu. Kalau menggunakan kata lain dikhawatirkan tidak dimengerti beberapa pihak, mohon maaf bapak, dgn hormat saya rasa tidak ada masalah tolol
Namanya juga kronologi, masa udah sagne hanya dengan baca kronologi? Banyak- banyak ibadah gih, kalo dipersidangan malah lebih jelas lagi.
Sebagai mahasiswa kesehatan, bagi saya kata kata yang dipakai sudah pas. Tidak bermaksud vulgar apalagi cerita panas. Apalagi untuk menjelaskan kronologi agar tidak salah tangkap. Jika merasa hal seperti ini vulgar. Sepertinya bapak perlu belajar lagi masalah bahasa.
Aku baca komentar nya malah jadi ngakak
Yg menganggap deskripsi kjadian vulgar/erotis mungkin pikiran anda sma dposisi pelaku jika anda bca deskripsi kjadian trsebut mrasa marah anda diposisi korban .
Otak lo benerin dulu bos !
Syukurlah ternyata bukan cma gw yg ngrasa ceritanya hot… Wkwkwk
Tp tenang gaes gw tetep fokus kok..
Aku heran sama kamu mas!!!!
Otak kau kotor
Mau disebut Vagina (B. Indo), Memek ( B. Daerah Sunda), Tempik(B. Jawa), Puki (B. Melayu), Lubang Kenikmatan (Kiasan) semuanya merujuk pada hal yg sama : organ kemaluan wanita, dan itu ILMIAH dan LEGAL. Anda TIDAK AKAN masuk bui karena menulis dengan kosakata tsb.
Kerudung? Terlepas dari berkerudung atau tidak, kenapa mesti disebutkan bahwa Agni ini berkerudung? Seolah ingin menonjolkan identitas, nanti timbul pertanyaan2 selanjutnya ttg identitas juga, tentang: apakah Agni ini termasuk kategori Berkerudung buka tutup, atau kerudung ketat, atau Aktivis Mesjid Kampus? Jadi, sdr penulis harap pertanggung jawabkan tulisan anda, harap dijawab sdri. Agni termasuk berkerudung yang mana?
BPK ini benar, tidak perlu ada cerita seperti ini. Dmn kedewasaan kalian mahasiswa. Sudah sekali diingatkan.
manyala abangku 🔥🔥🔥 gaskan dia
Hi, sy Nadira alumni Kebidanan SV.
Sebelumnya, terima kasih atas artikel yg luar biasa ini. Artikel ini bener2 membuka mata sy akan sisi yg lain dr kampus UGM.
Pertama kali membaca artikel ini sy bener2 gak menyangka ada kejadian seperti itu, lebih2 kejadian terjadi pada saat KKN yg dilakukan oleh teman KKNnya sendiri. Sy harap kasus ini segera selesai dg akhir yg adil untuk korban. Dan semoga pelaku bisa diadili serta mempertanggung jawabkan apa yg sudah dia lakukan.
Setuju bro! Hahaha terlalu detil banget itu
Kasih sanksi sosial aja deh sampe seluruh Indonesia tau siapa HS, sama DO. Minta maaf sm Agni, yg HS renggut dari Agni terlalu banyak. Jadi laki-laki terlalu hina
APAKAH PIHAK BALAIRUNG PRESS TIDAK TAU CARA MENULIS REDAKSI DENGAN BAHASA YANG SOPAN DAN TIDAK FULGAR? MOHON DIKOREKSI.
Sorry sebelumnya. Tapi saat saya bacanya malah kaya cerita sex . Tulisan yang memalukan
karena tulisan ini kasus ini jadi berita nasional,masuk beberapa portal berita besar.artinya bagus karena mendapat perhatian publik yang lebih besar,UGM pasti tertekan untuk menyelsaikan kasus ini.masalah detil cerita memang seharusnya seperti itu,untuk menggambarkan kondisi sebenarnya nama juga disamarkan,kalo sampe terangsang baca tulisan itu berarti ada yang salah dengan otak anda.
Salahkan otak anda kalau begitu. Dari begitu banyak penjelasan ttg langkah2 perjuangan yg diambil korban tapi anda malah fokus ke kronologi kejadian yg anda sebut cerita ‘sex’.
Otakmu aja yg mesum
Anda terlau sering membaca artikel seks sepertinya, saya kira yang dituturkan di artikel ini sangat jelas untuk kepentingan mengurai kronologis kejadian, bukan dalam hal usaha untuk mengeksplorasi sisi seksual yang membuat otak kotor Anda berfantasi seperti ketika Anda membaca cerita seksual fiktif. Komentar Anda sebenarnya yang saya kira memalukan, menunjukkan Anda sering mengkonsumsi cerita kotor.
kok tau “kaya cerita sex?” brarti situ dah pernah baca cerita sex. hehe
Apakah Anda sendiri tidak tahu cara menulis yang sopan dan benar?
ini malah pada debat kusir,
apa menulis harus dengan bahasa yang sopan dan di buat-buat? jika kenyataan nya memilukan seperti itu? dimana hati nurani anda ? bagaimana jika korban teman atau saudara anda?
malah kayak cerita sex? ketauan sering baca cerita sex hahahaha bodoh bodoh bodoh
Fulgar atau Vulgar, sex atau seks..sampeyan aja nulisnya ngga bener kok!
Otak masnya aja yang mesum, kebanyakan nonton film pornografi dan baca cerita gituan.
Definitely miss the point. Just shut up if you can’t say anything nice.
owalah memangnya cerita sex seperti itu ya mas? baca dimana biasanyaa? hehehe
Pak, maaf sebelum Bapak mendikte orang lain, tolong cermin diri sendiri dulu. Apalagi soal tulisan.
Vulgar yang benar, bukan fulgar.
oh gitu. Bahasa Inggrisnya “Full Guard” ya.
Tulisan anda yang salah nulis vulgar aja udah memalukan. Belajar bahasa Indonesia lagi sana, jangan cuma mikirin porno melulu.
Maaf bung sepertinya pemikiran anda saja yang mesum. Artikel ini menuntut kebenaran dan harus jujur dalam setiap sisi, agar benar-benar detail kronologisnya.
Tolong yah, bedain mana yang mesum, mana yang menyampaikan kronologis. Ini artikel murni kronologis dan penyampaian “kronologis bentuk pelecehannya” juga sedikit banget. Bedain juga, mana F dan mana V. Vulgar, bro!
OH MY FUCKING GOD. INI GAK ADA SEKSUAL2NYA DAN HANYA SEKEDAR NGASIH TAU KRONOLOGISNYA DOANG. Kadang2 kita harus menyebarkan cerita SECARA RAW DAN APA ADANYA supaya orang-orang TAU BETAPA MENGERIKANNYA KEJADIAN ITU.
Goblok.
KAMU TOLOL. NAMANYA JUGA MENCERITAKAN KRONOLOGI DENGAN DETAIL DAN JELAS
Kau baca hanya di paragraf kronologi “di kasur” nya saja mas
Perbaiki pikiran anda Pak jngan sering baca artikel seks, biar gak mikir aneh2
Pake V, vulgar, bukan F.
Tolong dong makhluk kaya gini berpikir lagi kalo mau ngomong , jgn melenceng dari pembicaraan. Fokus utamanya bukan itu masnya. Jgn mencari cela untuk nyinyir
Otaknya aja yg ngeres. 😐
Artikelnya sudah ditulis tidak dengan maksud menjadi cerita panas, melainkan untuk memberi informasi kronologi lengkap, sehingga kita tau cerita sebenarnya. Jangan nanti ada yg melebih-lebihkan ataupun menganggap pelecehan yg dialami tidak seberapa.
READ THE DISCLAIMER
Peringatan! Tulisan di bawah ini mengandung konten eksplisit. Kronologi kekerasan seksual yang tertera dalam tulisan ini sudah mendapatkan persetujuan dari pihak penyintas untuk dimuat.
biasakan membaca dari awal, runut hingga selesai, trus pahami konten dalam bacaan itu
Kalau saya boleh komentar, saya pernah sedikit membaca Replik dari suatu perkara, saya anak hukum dan dalam kasus pemerkosaan atau yang berhubungan dengan hal tersebut, harus dijelaskan secara terang dan jelas agar dapat diketahui kebenarannya.
PULGAR
Menurut saya pribadi tanpa adanya bahasa yang berani seperti dalam laporan ini, tidak mungkin kasus2 semacam ini bakal diketahui orang. Supaya orang tau bahwa ini di institusi pendidikan tinggi masih ada, saya percaya bahwa ada penyintas2 lain dan mereka tidak berani maju karena takut. Kalo anda menganggap ini seperti cerita sex dewasa, ya berarti anda yang belum dewasa. Pembahasan disini merupakan bagaimana proses penyintas meminta keadilan. Kalo mengkritik bahwa disini bahasa yang dipakai terlalu berbau cerita panas, berarti pikiran anda masih gak bisa jauh2 dari selakangan
Ini reportase kriminal, Mas. Bagaimana publik bisa paham kasus yang coba diutarakan bila tidak dengan narasi literal?
Reportase ini juga sebagai pembelajaran awam bahwa perlakuan semacam itu namanya pemerkosaan, kriminal, efeknya menghancurkan. Awam perlu tahu semua itu secara gamblang agar tidak ada salah interpretasi.
Selama sudah ada disclaimer dan izin muat dari bersangkutan, kode etik jurnalisme sudah terpenuhi.
Dari awal kn udh dikasih warning klu tulisan ini mengandung muatan eksplisit sexual. Hrsny klu kurang sreg dibaca ya di skip aja utk bagian trtntu.
Sbntr cerita sex dr mana nya ya? Mgkn anda yg trllu berpikir “liar”?? Atau sering baca cerita tsbt. Eh?
Mnrt saya dlm tulisan ini bertujuan memaparkn kronologis pelecahan seksual yg tlh di alamai agni mahasiswa ugm yg berhijab secara detail. (Artikel lain tdk menyebutkn klu agni tidur dlm keadaan tertutup dan msh mengenakan hijab lengkap).
miris juga lihat orang2 yg malah menyalahkan korban.
Semoga agni segera mendapatkn hak2 nya dan si HS mendaptkan sanksi yg setimpal !!
Ternyata kuliah di tempat bergengsi blm tentu punya akhlak mulia.
Tolong Mas, daripada mendalami bagian seksualnya, lebih baik mendalami korbannya yang tidak mendapat kejelasan hukum serta dilempar kesana-kemari untuk mencari keadilan. Open mind mas di lembaga press kampus dikti, malu.
Salam.
Keren nih investigasi Balairung. Pepet terus jangan kasih kendor. Perjuangkan terus hak korban baik di ranah hukum dan akademisi.
Cuma sedikit disayangkan, satu paragraf yang memuat kronologi terlalu deskriptif. Kalau bisa kalimat dibuat ulang dan diperhalus sehingga tidak ada kesan ‘ erotis’.
Justru harus deskriptif, agar orang-orang seperti Anda bisa PAHAM betapa menjijikkannya perasaan diperkosa dan diraba-raba secara paksa. Kalau Anda membaca paragraf itu dan malah merasa “erotis”, bukannya jijik, berarti otak Anda yang mesum.
Selamat malam min, saya ingin menyampaikan sedikit masukan dari sudut pandang pribadi saya. Tidakkah akan menjadi trauma ketika kronologi kejadian dijelaskan begitu rinci pada artikel tersebut. Sebagai orang awam saja saya ngilu membacanya. Bagaimana jika orang lain, orang terdekat korban, atau bahkan korban? Saya rasa perlu dilakukan beberapa koreksi mengenai hal tersebut. Terimakasih.
Benar. Yang baca aja ngilu, apalagi yang merasakan. Nggak apa. Biar tahu. Biar kebayang. Biar paham, tanpa harus mengalami hal yang sama.
Saya rasa sudah diberi persetujuan dari pihak korban (penyintas). Ada kok di bagian “peringatan!…”
Mungkin pihak Balairung sudah meminta izin ke narasumber.
Saya pikir dari awal memang di buat seperti itu…dan dari awalpun redaksi sudah memberi tahukan kepada penyintas tentang resiko nya..jadi saya pikir ini memang menceritakan secara detil ibarat ini sebuah interogasi mendalam
Ini memang harus detail mas. Biar tau kalau yang dialami korban benar adalah pemerkosaan, bukan sekedar pelecehan seksual.
ooh si DM tu emg suka ngasih nilai C tu
Saya rasa sebaiknya kejelasan artikel agak di kurangi di bagian kronologi kejadian Karena takut nantinya menjadi masalah baru bagi pelapor.
Semangaaat Mbak Agni
Tetap maju
Kebenaran akan ttp menang walaupun jalannya berliku
Jangan rendah diri mbak
Berani!
Selamat Malam, Saya Ahmad. Saya sangat mengapresiasi upaya balairung untuk membuka kasus ini, dan berusaha sekeras mungkin untuk membela korban, dalam soal ini kita satu pemikiran. Akan tetapi, ada beberapa catatan terkait penulisan laporan ini yang tentu ini amat berkait dengan elaborasi atas keberpihakan balairung dan upaya menggiring opini publik.
Pertama, Fungsi dari paragraf 5 sampai 11 maksudnya apa yah? Mengapa perlu menceritakan kronologi kejadian yang menimpa korban begitu detail, apa bedanya bagian tersebut dengan cerita-cerita stensil? Apakah penulis tidak berpikir bahwa cara penulisan seperti itu justru mengiring stigma pada (korban) perempuan terkait dengan posisi perempuan dalam kasus pelecehan seksual semacam ini?
Kedua, Apa gunanya menyamarkan nama korban jika dalam paragraf selanjutnya justru identitas (fakultas, angkatan kelompok kkn, lokasi kkn) disebutkan dengan jelas? Apakah tidak berpikir tentang perlindungan privasi korban secara lebih serius?
Ketiga, Tidakkah berfikir bahwa mempublish cerita kronologi dengan detail dan maaf di beberapa sisi membikin ngilu justru semakin membuat korban traumatis ? Pertimbangan apa yang digunakan balairung untuk menulis dengan sedetail itu? Tidakkah mempelajari refrensi jurnalisme yang berperspektif korban (perempuan)? Bagaimana menempatkan posisi korban dalam narasi jurnalistik yang sekaligus mengadvokasi korban tanpa harus menjadikan cerita yang dialami korban sebagai jualan ketenaran yang semu dan tentu tidak mendidik?
Akhirulkalam, semangat membela korban dan melawan pelecehan seksual juga harus diimbangi dengan pengetahuan yang mumpuni soal jurnalisme yang pro perempuan. Semangat mengebu2 saja tidak pernah cukup, aktivisme butuh kepala dingin yang jernih memiliah dan sensitif terhadap duka korban. Salam
mas ,udah baca belum artikelnya? kok masih mengkhawatirkan privasi korban dsb nya,wong jelas2 udah ditulis sudah mendapat persetujuan dari korban. masalah dijelaskan detil ya jelas supaya publik tau apa yang sebenarnya terjadi.dan terbukti sekarang jadi isu yg cukup panas masuk portal berita besar. begitu banyak nya kritik yg muncul dari tulisan mas sebenarnya gak perlu disampaikam kalo udah benar2 baca artikelnya.
Akhirulkalam,silahkan mengkritik kalo sudah belajar membaca dengan baik.udah jelas ada persetujuan korban kok masih bilang membuat korban traumatis karena tulisan ini.waduh waduh
Setuju
Setuju Balairung melakukan penggiringan opini, informasi yg diberikan kurang cover both sides, bahasa terlalu vulgar utk redaksi yg hrsnya menjaga privacy dan tata intelektual para pihak.. Sebagai media internal kampus sangat disayangkan modus represif thdp institusinya.. Bijaklah sesuai porsinya,penyintas perlu simpati dan tindakan penyelesaian, bukan provokasi..
Ya, ini memang kasus perkosaan, karena memang sudah ada tindakan penetrasi. Mungkin bagi pembaca yang lain, mereka seperti membaca novel panas stensilan…. Setidaknya, ini sudah mendapatkan persetujuan dari penyintas, meskipun memang memanggil kembali memori seperti ini akan membangkitkan luka. Ya, setidaknya pihak Balairung telah mengambil semua pertimbangan, termasuk dikomentari, to?
Daya jual tulisan ini terletak di kronologi pemerkosaannya, dan itu bodoh!
Kronologi tidak krusial untuk ditulis, kecuali memang penulis dan editor ingin merendahkan perempuan dan menulis di kolom esek-esek poskota. Perspektifnya sempit hanya dari korban saja, minim sumber, juga tidak berimbang krn tidak adanya tanggapan dari pihak lain. Alur tulisan juga monoton.
Kalau balairung belajar jurnalisme yang baik, pasti balairung pasti sadar kalau pmbaca lebih ingin tahu penyelidikan soal orang-orang UGM yg bertanggung jawab. Pembaca tidak mau tahu soal cerita bagaimana korban diperkosa! Ini tulisan yang memalukan, dan hanya dimuat oleh media berotak dangkal.
Di luar itu, saya bisa menghargai usaha kalian untuk mendapat klik.
I see
Setuju banget
Saya pribadi justru mencari berita yang lengkap dengan kronologinya. Bukan untuk dijadikan fantasi kotor dan sebagainya, tapi agar tahu kejadian lengkapnya. Agar bisa melihat bagaimana tingkat kasusnya. Lagipula di awal tulisan sudah diberikan peringatan, dan dijelaskan juga bahwa tulisan ini sudah mendapat persetujuan korban. Yang menyamakan kronologi kejadian ini dengan cerita seks, mungkin memang otaknya yang rusak sebagaimana pelaku pelecehan seksual yang lain.
Akan lebih baik media sebagai pihak yang netral. Dalam tulisan ini terkesan provokatif
Saya malah fokus penelurusan nya di LPPM itu, kalau masalah vulgar nya itu masih wajar. Detail itu hanya menjelaskan sampai mana sebenarnya pelaku lakukan, kan kalau gak jelas malah ambigu.
Setujuuu…. Dan media seharusnya netral dengan suatu berita. Saya sewaktu membaca ini kesannya artikel ini ngomporin untuk menghancurkan pelaku. Keadilan seharusnya untuk menjamin pihak pelaku dan korban mendapat keadilan, bukan menghancurkan pelaku. Pelaku punya masa depan juga. Saya tidak membenarkan tindakan pelaku, tapi terlalu berlebihan jika pelaku diblow-up di media dan diDO. Menurut kronologi di atas, penyintas memejamkan mata saat tau pelaku berusaha “mendekatinya” karena takut membangunkan warga. Kalau saya diposisi itu tentu saya akan berontak. Tapi dari situ kesannya, maaf, penyintas keenakan dan diam saja setelah itu ada malaikat datang menyadarkan baru dia marah. Maaf ini hanya opini saja. Jangan terlalu menyudutkan dan menghancurkan pelaku, tapi bukan berarti saya membenarkn tindakan pelaku.
Mungkin ini dosen yg make nama samaran? Krn bagi sy, kronologis kejadiannya justru menjadi pembuka mata juga, supaya orang-orang seperti anda tidak bisa “mengecilkan” dan “meremehkan” hal yg dialami oleh Agni.
Ada baiknya investigasi dikembangkan lebih luas, Dosen, Asdos, pegawai dan lain2…. Agar UGM menjadi aman dan tetap menjadi kampus kebanggaan.
Kalau merasa vulgar dengan kronologi pemerkosaan jangan baca artikel tentang pemerkosaan. Silahkan baca artikel kecelakaan, didalamnya ada kronologi dua kendaraan saling berciuman. Saya sebagai perempuan tidak merasa bahwa kronologi perkosaan adalah hal vulgar dan ini adalah fakta rangkaian kronologi. Kalau tidak dijelaskan bentuk pemerkosaannya, saya kira dalam pemerkosaan pelaku menggunakan penis. Kategori dan Hukuman yang berbeda tentunya. Tolong jangan komentar2 anda mengaburkan isu penting di sini. Entah kenapa sebagian orang lebih terfokus pada kronologi perkosaan bukankah yang lebih miris di sini adalah tanggapan pihak kampus? Yang lebih menjijikan ketka pihak kampus memberi nilai C dan balik menyalahkan korban? Hal ini yang membuat saya merasa seperti ditelanjangi. Buat penyintas, semangat dan perjuangkan hak-hakmu!! Perjuangkan kami perempuan Indonesia yang juga terperkosa oleh kebebasan berbicara.
Sependapat dg anda, sebagian besar komentar lebih terfokus pada kronologi perkosaan, padahal saya sendiri lebih menyoroti tanggapan pihak kampus. Jadi ingat sama statement salah seorang sexual health activist, “sex di Indonesia tabu untuk dibicarakan tapi tidak untuk dilakukan”.
Sependapat Mba, fokus saya jg pada tanggapan kampus dalam memberikan solusi untuk masalah ini, bukan hanya kronologisnya, memang bagian yg penting tp bukan yg utama.
sependapat banget. coba orang2 yang lain baca comment ini ya
Setuju bgt akutuh sama kamu!!!!
Yup, buat saya biasa saja
Justru dengan kronologi yang jelas, kita juga bisa paham, bisa tahu, ini masuknya kategori perkosaan atau bukan
Lagipula, please deh, gak cape gitu, baca tulisan yang manis-manis atau kalimat yang halus-halus tapi gak ada isinya?
Tulisan gini dibilang kasar, vulgar, tape deh
Buat yang menganggap ini vulgar, well, mungkin sudah terbiasa mendengar atau membaca kata vagina saja terus puyeng gak karuan, ngerasa konak alias horny
What a moroon!
Seharusnya kronologi tidak sedetail itu dituliskan dalam artikel. Sebagai sesama perempuan saya pun membacanya sangat risih dan malu. Dikhawatirkan akan lebih membuat korban/pihak keluarga semakin trauma.
Mungkin bisa diperbaiki oleh penulis dan tim. Bukankah ada etika dalam jurnalisme yang seharusnya diterapkan dalam penulisan artikel/berita apalagi dimuat ke media.
Itu tujuannya mbak. Agar masyarakat luas bisa merasakan betapa pedihnya menjadi korban pelecahan seksual di Indonesia, dimana keadilan hukum downplayed dan korban biasanya justru disalahkn. Kita yang orang luar saja pedih membacanya, bisa dibayangkan apa yang dialami oleh korban? Ini penting. Karena kalau tidak dijelaskan mendetil, saya jamin orang-orang akan menyalahkan Agni yang “salah sendiri menginap”. Percaya mbak. Detil ini penting
sebagai lembaga press, walaupun content bagus karena investigasi, tapi gaya penulisan tidak enak dibaca, penataan paragraph amburadul tidak ada kaidah jurnalistik yang digunakan, sehingga saya tidak nyaman membaca tulisan ini
Ya ini fakta yang sebenarnya mbak, yang mereka inginkan bukan penilaian atas gaya penulisannya, tapi tersampaikannya berita dari kasus tersebut epada masyarakat
Siapapun Anda (penyitas), doa saya utk adanya keadilan bagi Anda dimulai dari sekarang.
dan siapapun Anda (pelaku), semoga Anda tidak mendapatkan karma berupa hal yg sama di hidup Anda nantinya.
Salahin pelaku❌
Salahin jurnalis ✔
Gw baca serem dan miris. Lo kok bacanya pake sange 😠
bener bgt ada aja orang2 jmn sekarang ya malah salah fokus ke hal yg lain
Kok terlalu rinci kronologi pemerkosaanya ya??? Ngeri dan ngilu sy bacanya. Mohon utk “perhalus” bagian tsb, supaya berita ini bisa lebih berbobot, bernilai, dan sebaginya. Karna pembaca tdk ingin mengetahui itu
Saya sebagai pembaca pengen tau kok. emang yang baca situ aja?
Kan dari awal udah ada disclaimernya. Makanya kl baca berita baca yg benar dari awal sampai akhir. Jangan cuma baca sebagian dan tiba2 merasa “ga nyaman”. Budayakan membaca.
Ngeri kan mbak? Makanya sekarang waktunya buat speak up dan dukung pencarian keadilan buat agni. Terus, udah jelas2 ada warning di bagian paling atas. Kok masih dibaca juga?
Memang tujuannya seperti itu Mbak. Agar Mbak tau semenyakitkan apa di perkosa. Mbaknya yang ga diperkosa aja ngilu, gimana Mbak Agni yg jadi korban? Sudah diperkosa, diberi nilai C pula. Mbaknya wanita tapi kok tidak mendukung perjuangan wanita. Saya heran.
ya jangan dibaca mba
Gpp. Tulis saja secara detail. Justru semakin bagus. Yang baca kolom ini sudah pada dewasa. Sudah tahu tindakan seperti itu adalah pemaksaan. Palingan yang keberatan ditulis detail, petinggi kampus atau buzzer. Maju terus pantang mundur menyuarakan kebenaran
Selamat pagi semuanya. Berkah dalem. Saya mahasiswi Strata 2 yang sudah pernah mengalami KKN pula di tingkat S1. Dengan artikel yg telah dibuat oleh Balairungpress ini, saya ucapkan terimakasih karena telah memberikan kejelasan mengenai kasus yg tengah terjadi. Dalam isi artikel diatas serta komentar-komentar yg tertulis dr para pembaca, izinkan saya memberikan pendapat saya.
1. Menurut saya, apa yg telah terjadi pd Agni, merupakan sebuah tamparan keras bahwa KKN merupakan suatu aktivitas kampus yang tentu membawa dampak baik maupun buruk. Inilah salah satu dampak yang terburuk, yg sebenarnya tdk pernah diharapkan oleh pihak manapun.
2. Saya sangat menolak pernyataan yg ada dalam artikel, yg dikatakan seseorang yg menyatakan bahwa kejadian tsb terjadi karena Agni yg menginap di rumah HS. Ibu yg terhormat, apabila anda membaca komentar saya. Kejadian ini tdk hanya bisa terjadi pada Agni. Saya pun memahami bahwa apa yang dilakukan Agni tersebut merupakan sesuatu yg tidak ia kehendaki. Saat menjalani program KKN, mahasiswa mau tidak mau harus mengikuti aturan di daerah dimana mereka tinggal saat itu. Saya pun mengetahui hal tsb, maka apa yg dilakukan Agni karena sudah malam dan tidak pulang memang seharusnya ia lakukan. Beberapa masyarakat percaya bahwa pulang malam dianggap sesuatu yang tabu, meskipun tidak melakukan hal-hal apapun. Karena kalaupun Agni pulang, kita tidak tau apa yang akan terjadi kepadanya. Mungkin saja hal yg buruk bisa saja terjadi tanpa kita ketahui. Maka Ibu yg terhormat, kiranya hal tsb bisa Ibu pertimbangkan kembali. Menurut saya, komentar anda yg tidak tepat tsb juga dpt membuat seorang Perempuan yg tengah tergoncang jiwanya tidak merasa lebih baik namun merasa buruk dan makin terpuruk.
3. Untuk teman-teman pembaca sekalian, kiranya penjelasan yang ada dalam artikel balairungpress ini tidak hanya dimaknai sebagai sebuah konten yg vulgar, mengumbar unsur porno, ataupun yg lain. Karena menurut saya, hal tsb merupakan sebuah bagian dari pengungkapan sebuah realita, dan memang hal tsb yang terjadi demikian adanya. Kiranya dalam membaca suatu artikel, janganlah hanya menyaring sebagian saja namun bacalah dengan cermat dan menjadikan hal tsb sebagai sebuah kesatuan yg tidak terpisahkan.
Kiranya kasus Agni ini tidak hanya menjadi sebuah kasus yg viral, hits dan diketahui banyak orang namun dijadikan pelajaran berharga, dasar dalam berfikir mengenai program-program dalam jenjang perkuliahan di setiap universitas di Indonesia. Salam.
Setuju!
Setuju 🙂
Aku tuh nangis aja baca komen orang2 tu. Yang difokuskan adalah keadilannya. Pikirkan bagaimana usaha penyintas mendapatkan keadilan dengan berupaya bercerita ttg kejadian itu. Bahkan saat kebanyakan menyalahkan dia, dia msh berjuang. Kebayang hatinya dia gimana. Dilempar sini dilempar sana.
Masih aja perempuan disalahkan kalau ada kasus pemerkosaan.
Mau telanjang sekalipun, bukan hak orang lain untuk melecehkan seseorang. Laki2 atau perempuan.
Karena dasarnya kita ini sama, MANUSIA.
Teriring doa untuk korban.
sisi lain dibalik kesuksesan kampus yang pamornya cukup mentereng namun semua itu hanyalah semua, dibalik itu semua kita dibukakan dengan jelas bahwa kampus ini penuh dengan kebusukan ditambahkan lagi kampus ini sdh tak cukup netral dgn kondisi perpolitikan terkini. semoga ada langkah-langkah perbaikan dari seluruh civitas dimulai dari rektorat sampai dengan mahasiswa demi kebaikan kampus ini. saya menjadi tidak bangga bagian dari alumni kampus ini.
Ini udah keterlaluan sih. Sebagai seorang wanita yang rentan terkena kasus seperti ini aku sangat menyayangkan pihak UGM yang terkesan ga peduli sama kasus yang kaya gini.
Balairung Trimakasih merelease Investigasi. Agar Kampus UGM menjadi AMAN ,,, Terus Perjuangkan untuk kebenaran.
Saya setuju dengan rata-rata komentar dari saudara/i yang lain. Kronologis ‘kejadian’ tidak seharusnya dipaparkan detail seperti itu. Bukankah dengan seperti akan membuat orang-orang berfikir negatif terhadap korban?
Seharusnya penulis memikirkan juga perasaan korban jangan hanya memikirkan hasil dari tulisan ini
Vulgar ? Iya !
vulgar itu maslaah? Tergantung org yg membaca.
Saya tidak sependapat dengan mereka yg berkomentar berita ini terlalu Vulgar dan dirasa tidak perlu ditulis, karena sudah ditulis secara vulgar saja , si terlapor masih dipojokkan seperti ini. I am with you Agni. Sy juga pernah dilecehkan , tp sy tidak ada daya untuk speak up, hasilnya ya jadi momok sendiri untuk saya dan mungkin untuk hidup harmonis dengan keluarga kecil saya pun, sy ragu, karena sebegitu takut dan merasa bersalah atas diri sendiri setelah kejadian itu . See the point ? Pemerkosaan dan pelecehan dampaknya bisa sangat mengerikan untuk korban, jd tolong yg serius menanggapinya ! Kalo sudah ada kabar bunuh diri saja baru iba, atau malahan tetap menyalahkan , karena dirasa gak pny iman? Dll
Wtf
Ampun deh.. ko bisa berfikiran negatif sama korban gara-gara baca kronologis detailnya.
Justru yang ada dipikiran saya waktu baca justru pengen si HS mampus.
READ THE DISCLAIMER
Peringatan! Tulisan di bawah ini mengandung konten eksplisit. Kronologi kekerasan seksual yang tertera dalam tulisan ini sudah mendapatkan persetujuan dari pihak penyintas untuk dimuat.
biasakan membaca dari awal, runut dan coba pahami apa kontent dalam bacaan itu.
Saya tau maksud penulis menceritakan secara detail karena selain korban diperlakukan sangat kurang ajar, banyak juga yang gak percaya atas kejadiannya dan sembunyi dibalik nama Universitas yang notabene terbaik di negeri ini.
Buat kalian yang gak suka baca detail dari cerita diatas, aku mau tanya. “Kalian gak normal ya? Apa saat baca cerita diatas kalian merasakan hal yang sama dengan si pelaku (HS)?”
Please deh, maksud penulis ini untuk membantu korban menuntut hak dia, karena hanya memberi tahu secara singkat belum tentu kalian sama perspektif dengan korban. Bisa saja kalian sama dengan si adam2 itu menganggap itu hanya lah hal biasa. Kalo kalian jadi korban belum tentu kalian bisa tegak berdiri menemui petinggi2 kampus untuk meminta pertolongan. Yang adanya kalian pasti berpikir asal lapor ke polisi aja kan? Bahkan bunuh diri amit2.
Dari dulu universitas2 sering menyembunyikan kasus tidak senonoh seperti ini, tunggu korban meninggal baru diangkat. Untuk menjaga nama baik kampus.
Kenapa mahasiswa sibuk demo diluar sana tentang negara lain yang perang, sedangkan temannya sendiri duduk disamping disiksa tetapi kalian masih berkomentar seperti itu hal biasa. 🤬
👍👍
NAHHHH CAKEP
Halo, saya sangat mengapresiasi tulisan ini. Bagi saya detail perkosaan itu menimbulkan ketidaknyamanan untuk pembaca, TAPI ITU POINNYA. Saya yakin mereka yang punya hati ketika membaca detail itu, ikut tidak nyaman (seperti bisa dilihat di kolom komentar ini), ikut menyadari betapa sulit berada di posisi Agni saat itu. Orang yang tega victim blaming mungkin hanya berpikir, oh mbaknya sih yang salah kenapa mau tidur sekamar. Atau berpikir, lah mba kenapa gak teriak coba. Sekarang, coba tempatkan diri kita di posisi Agni. Masihkah ada orang yang tega victim blaming ketika membaca ini? Terutama perempuan-perempuan bermulut pedas seperti dosen Agni, masihkah tega mengumpamakan Agni seperti ikan asin?
Pelaku pemerkosa adalah orang keji yang tidak memiliki empati dan memanfaatkan kekuasaan yang dia punya sekecil apapun. Bahkan jika Agni tidak menginap saat itu, saya yakin dalam kesempatan sekecil apapun, pelaku akan melakukan hal yang sama kepada Agni-Agni yang lain.
Saya setuju Anda, kita tidak tahu seberapa sensitifnya kejadian itu kalau tidak detail begini, perempuan pasti pihak yg lemah, alih2 drpd nama baik tervoreng seumur hidup lebih baik diam….
Buat anda yang bilang bahwa artikel ini terlalu Vulgar dan ‘terlalu jujur’ coba ubah pandangan anda untuk tidak menganggap ini sebagai novel dewasa, Artikel ini ditulis berdasarkan hasil wawancara kepada korban dan Artikel ini bersifat menginformasikan, melaporkan, memberitahu realita atas kasus yang menimpa rekan mahasiswa UGM, jadi sekali lagi artikel ini bukan novel dewasa ini laporan kejadian, dan misalnya laporan disini tidak ditulis demikian bukannya tidak mungkin akan menimbulkan kebingungan dari pihak masyarakat ataupun orang awam. Andaikan artikel ini di tulis dengan bahasa yang banyak menggunakan kalimat perumpamaan agar tidak terkesan vulgar maka apabila di gelar persidangan atas kasus tersebut mungkin akan banyak peserta sidang yang berkata “Laporannya aja gak ngerti gimana mau lanjut nyidang, cari info atau artikel di Internet pun tetap membingungkan” nah kalau sudah seperti itu bagaimana si korban bisa mendapatkan hak nya kembali? Kalau sudah begini kita mungkin saja dicap sebagai “pendukung kehancuran moral bangsa”.
Lebih baik terbuka dan katakan sejujur-jujurnya
Terima kasih
Sebagai manusia terpelajar tetaplah berlaku adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan ,kata Pram.
Semoga kasus ini membuat kita sadar dan lebih mementingkan sikap saling menghargai antara kaum Adam dan hawa.
KAWAL TERUS! Kami bersamamu Agni!!
Nah ini Agni nya muncul wkwk
Nah ini Agni nya. Hi Agni~
Selamat siang readers.
Saya netijen. Berita ini saya dikirim wa oleh salah satu teman. Karna saya juga seorang mahasiswi, saya akan berkomentar tentang sanksi. Saya tidak akan mengomentari baik/buruknya tulisan yang ditulis oleh balairung. Saya pribadi setuju dengan pemberian nilai C oleh DPL. Terlepas dari salah siapa dan kondisi bagaimana keduanya baik agni dan HS sama2 salah. Benar jika ada yg bilang kucing diberi ikan. Dan saya orang yg open mind. Kalo menginap ke tempat pria dan YAKIN tak akan ada masalah ya ga masalah. Tp kalau seperti ini. Yang cew menginap. Dan terjadi sesuatu. Ya resiko agni. Sama sama salah keduanya terlepas dr siapa yg bersalah. Tetap saja dua duanya salah. Tak usalah mencari pembenaran. Saya saran untuk agni malah lebih baik tidak usah lapor melapor. Bukannya malah mempermalukan diri sendiri. Menunjukkan aibmu pada banyak orang. Cukup tutupi aibmu seperti km menutupi dosamu. Masalah dosa orang lain biarlah tuhan yg membalas. Bukankah km wanita beragama islam? Kasihan orang tuamu dan kerabatmu. serta almamater kampusmu. Syukron.
Sebagai perempuan juga, saya lebih berharap yang Mbak sebut aib ini bisa diusut tuntas. Keadilan di dunia maupun di akhirat harus ditegakkan. Sebagai orang yang katanya open mind, lebih baik Mbak juga open mind kalau tidak mau berarti tidak mau. Kalau tidur juga bukan pembenaran untuk bisa disentuh bahkan diperkosa.
Shame on you. Saya bener-bener tidak melihat sisi open minded anda. Korban ini sedang mencari keadilan. Benar tidak salah kita mengandalkan balasan Tuhan, tapi kita juga harus usaha untuk keadilan kita sendiri.
Lucu juga ya “kucing diberi ikan”. Orang2 yang berpikiran kayak anda begini nih yang membenarkan kalau pada dasarnya semua pria adalah seorang pemerkosa, bejat, dan seperti hewan yang tidak bisa menahan nafsu, lalu memaklumi tindak pelecehan seksual.. Padahal keduanya dikasih akal sama tuhan, lalu kenapa cuma wanita yang disuruh tidak menginap? Anda ini sama2 perempuan, mungkin berkata begitu karena tidak mengalaminya, jadi menganggap enteng saja. Kalau cuma “Cukup tutupi aib” lalu dimana ranah hukum kalau biar tuhan yang membalas semuanya? Islam juga punya hukum untuk menangani kasus semacam ini, gak cuma biar tuhan yg membalas. Islam agama cerdas, jadi jangan membodohi diri anda sendiri.
Stop menyalahkan perempuan sebagai korban. Sudah jelas alasannya kenapa Agni harus menginap. Dan harus digarisbawahi, Agni sebenarnya tidak perlu memberi alasan apapun kenapa dia harus menginap. KARENA TIDAK ADA SATU PUN ALASAN YANG DAPAT MEMBENARKAN PERLAKUAN PELECEHAN SEKSUAL, APALAGI PEMERKOSAAAN!!!
STOP PELECEHAN SEKSUAL DALAM BENTUK APAPUN. SAYA DUKUNG KEBERANIAN AGNI,
HUKUM HS SESUAI KETENTUAN.
SETUJU!
open mind? wake up mbak netijen, sesama perempuan kok nggak ada empatinya? Apa salahnya speak up untuk hal-hal seperti ini? Udah pernah KKN ke tempat terpencil belum? Udah pernah nginep di hutan belum? kalo rekan laki-lakinya nggak nyimpen otak di selangkangan sih pengalaman saya aman-aman aja. Saya kuliah di Kehutanan, kadang kalo pas lagi camping di hutan, malem-malem kalau saya mau buang air, saya minta ditemenin rekan laki-laki. Kemana-mana sama rekan laki-laki, saya aman-aman aja tuh, dicolek aja nggak pernah. Bukannya support untuk kesehatan mental penyintas, malah komentar seperti ini. Miris!
Saya lebih kasihan sama anda yang malah membenarkan pengandaian Ikan – Kucing. Tubuh wanita itu yaitu properti dia sendiri. Properti dia sendiri berarti hak dia. Untuk urusan seksual, jika ada persetujuan di kedua pihak, itu sah. Ini tidak ada persetujuan oleh Agni. Anda katakan bahwa anda open minded, tapi untuk kemungkinan seperti ini saja tidak bisa diterima . Benar, kalau semua orang bisa mengemukakan pendapat, tapi jika pendapat anda hanya terkesan untuk mengucilkan penyintas, ya saya rasa diam itu lebih baik untuk anda.
Pendapat seperti inilah yg membuat korban perkosaan dan pelecehan takut melapor sedangkan pelaku akan senang karena dia bisa melenggang seenaknya.
Salam,
Saya juga seorang mahasiswi sekaligus seorang istri. Menggaris-bawahi kata-kata “open mind”, saya rasa orang yang open mind tidak akan menitik-beratkan pada salah satu pihak (terlebih korban). Memang kalau dilihat dari dua sisi, bisa didefinisikan kalau keduanya salah. Tapi sangat disayangkan kalimat pada komentar Anda, “Tak usah cari pembenaran” dan “Cukup tutupi aibmu… bukankah km wanita beragama islam?”.
And again, why? Kenapa harus dicatutkan dengan agama islam? Saya rasa tiap individu punya level keimanan yang berbeda. Dan bukankah aib merupakan ujian seorang muslim? Bukankah sebaiknya ketika saudara seagama sedang ditimpa ujian seperti ini, sebagai yang seagama baiknya dengan sabar memberi arahan dan solusi?
Saya rasa menutup aib bukan solusi, mengingat dengan diamnya si penyitas akan membuat terlapor melenggang dan juga membiarkan kejadian serupa terjadi berulang-ulang tanpa adaya tindakan tegas.
Yuk mba, open mind nya lebih digali lagi. Saya juga masih belajar untuk open mind pada semua permasalahan.
Sekian, terimakasih.
Shame on you.
Dia dilecehkan dan kamu menyalahkannya. Dia dilecehkan kembali oleh komentarmu.
Kamu baca kronologinya tidak? Apa dia harus tidur dihutan? Meminta tolong kawan kkn itu normal dan lumrah. Gak salah. Yang salah itu yang melecehkan. Nalarmu jangan pincang
Mungkin anda lebih memilih tidur di luar bersama babi hutan
Mungkin anda lebih memilih tidur diluar dengan babi hutan
Permisi mau komen
Analogis yang anda bawa itu salah besar
Yang tepat itu seperti ini:
Anda punya kepala, kepala sudah ditutup kerudung supaya aman, tapi tiba2 ada yang nampol muka anda. Sekarang saya tanya, yang salah tuh anda atau yang nampol? Coba dipikirkan lagi.
Permisi mau komen
Analogis yang anda bawa itu salah besar
Yang tepat itu seperti ini:
Anda punya kepala, kepala sudah ditutup kerudung supaya aman, tapi tiba2 ada yang nampol muka anda. Sekarang saya tanya, yang salah tuh anda atau yang nampol? Coba dipikirkan lagi.
Mohon untuk meluaskan rasa empati
Kayak gini nih yang namanya nalar pincang..!!
Hmm pertama saya agak prihatin dengan korban. Namun memang benar kata netizen ini bahwa seharusnya korban sadar diri sejak awal. Apakah diperbolehkan selama KKN agar cowo & cewe menginap bersama?
Memang tentu pemerkosaan salah, tetapi sebagai wanita Agni juga seharusnya sangat tahu dan bisa menjaga dirinya sendiri apalagi ia di tempat yang tidak dikenalnya. Seharusnya ini juga perbaikan untuk pihak kampus agar KKN dibenahi misalnya ada batas jam malam.
Bila dibalik seandainya anak perempuan Anda mengalami al seperti ini, pasti dilema…. teriak bahwa tidak adil kepada laki2 yg sudah melecehkan dan memperkosa anak Anda? Sementara anak Anda terpuruk dan kacau begitu? Tapi semua hanya dalam diam?
Dia tak mencari pembenaran diahanya mencari kebenaran . Open mind yang mbak maksud itu adaalh seks bebas mbak mungkn orang yang welcome terhadap skes bebas dan menganggap pemerkosaan itu tidak ada. Mungkn kamu islam snagat disyangkan kamu islam membenarkan hal itu dengan alsan agni harus terima resiko nya .jadi kalau cewk menginpa ditempat cowok sudah resiko kalau di entot .saya sangat ingin tau kamu ini orang seperti apa perempuan open mid yang anggap seks itu sudh biasa bukan
udah gila ya? maaf tp itu kondisinya agni bener2 kepepet dan dia pun tidur dengan berpakaian lengkap dengan hijabnya. salahnya dimana? salah pelaku yang gabisa nahan nafsu lah. dimana open minded nya ya? naudzubillah kl kasus kyk gini terjadi ke pacar/anak lo masih mau ngomong gini??
Mungkin rok panjang menyingkap jadi kelihatan dikit, maklum pas tidur kan nggak ingat apa2. Trus ditambah lagi si cowok memang moralnya bejat. Kalau aku jadi Agni, wis tak dupak anu ne biar kapok !
udah gila ya? maaf tp itu kondisinya agni bener2 kepepet dan dia pun tidur dengan berpakaian lengkap dengan hijabnya. salahnya dimana? salah pelaku yang gabisa nahan nafsu lah. dimana open minded nya ya? naudzubillah kl kasus kyk gini terjadi ke pacar/anak lo masih mau ngomong gini??
Selamat, Anda yang open-minded ini sudah menjadi pendukung para pemerkosa yang merasa kesalahan dari tindakannya itu sepatutnya dibagi dengan korbannya. My blood is fcking boiling right now.
Salam, saya netizen juga tapi saya Pria.
“Kalo menginap ke tempat pria dan YAKIN tak akan ada masalah ya ga masalah. Tp kalau seperti ini. Yang cew menginap. Dan terjadi sesuatu. Ya resiko agni. Sama sama salah keduanya terlepas dr siapa yg bersalah. Tetap saja dua duanya salah. Tak usalah mencari pembenaran. Saya saran untuk agni malah lebih baik tidak usah lapor melapor. Bukannya malah mempermalukan diri sendiri. Menunjukkan aibmu pada banyak orang. Cukup tutupi aibmu seperti km menutupi dosamu. Masalah dosa orang lain biarlah tuhan yg membalas. Bukankah km wanita beragama islam? ”
Dibagian ini tidak menunjukan bahwa anda adalah orang yang Open Minded.
Jadi kain kali jangan”merasa” tapi “jadilah”
Netijen kalo diri sendiri yang mengalami hal tersebut sebagai penyitas apakah akan diam saja?
Mbak, lain kalo amit-amit kamu yang diperkosa, gak usah lapor ya? Kan itu aib, Mbak. Oke?
Waahh bilangnya open minded tapi nyuruh diem aja. Memang ini aib, tapi kalau disimpan sendiri bisa bikin gila loh Mbak. Bisa bunuh diri Agni kalau dia beneran diem aja. Nanti kalau ada kasus pemerkosaan yang korban perempuannya bunuh diri, apakah Mbak akan membenarkan? Kan dia diam, tidak melapor, menyerahkan semuanya pada Tuhan. Sudah menjadi Islam yang benar menurut Mbak tuh.
Eh, tapi, bunuh diri kan dosa ya Mbak?.
Jadi mending bunuh diri atau membuka aib? Kalau di Islam ibaratnya suruh milih anjing apa babi nih Mbak.
Gila. Bego banget ni orang. Open mind apaan lu asw.
Wahhh mbk netijen yang terhormat bagus sekali komentar anda..anda itu wanita juga loh mbk bisa2 nya brkata jangan cari pembenaran ttupi saja aibmu seperti mnutup dosamu. Bgaimna kalau kjdian ini trjdi pada anda atau keluarga anda? Msih bisa kah bicara sprti itu? saya rasa anda slah memposisikan diri anda sebgai orng yg open mind.
Pantes korban pelecehan seksual di negara2 islam tinggi, pake tameng tutupi aib, jadinya pada gak mau lapor. Pake hadits sesuai penempatan mba (belajar agama jgn permukaan doang). kamu bilang open mind tapi ujung2nya kamu nyalahin korban, that’s bullshit (saya berdoa semoga mba gak merasakan pelecehan seksual itu, utk bisa memahami derita mereka). Itu udah masuk ranah kriminal, ya harus dilaporlah, keluarga lu diperkosa apa lu diam aja :(, jgn sampai org baik makin tiada di bumi, hanya karna org baik diam aja. Kemampuan literasi kamu jelek, kamu muslim tapi terhadap sesamanya malah menghakimi bukan empati (ketika hijrah sebatas dianggap baik utk diri sendiri, tapi gak merangkul yg terjebak dlm kesalahan yg bukan dia mau). Jgn pake analogi kucing dikasih ikan, plis ini tuh manusia yg terlibat, bukan binatang yg cuma punya nafsu aja. Justru klo kasus ini semakin ditutupi, hanya bikin image kampus makin buruk
Wahai mbak netijen sita aja. Alangkah baiknya jika otak anda dipakai. Dimana mbak agni selaku korban masih menggunakan kerudung dan pakaian lengkap, dan dalam kondisi terjepit mau tidak mau harus menginap disana. Jika anda diposisi dia, apakah anda akan menggunakan open minded anda itu dan diam saja? Seorang lelaki yang baik pasti akan menjaga kehormatan wanita. Terlepas anda ada hubungan dengan kampus maupun dengan tersangka, posisikan jika putri anda kelak dalam kondisi itu. Silahkan jika anda menjadi orangtua open minded dan menerima perlakuan keji orang lain terhadap anak anda.
Coba kalau anda di posisinya agni…msh bisa open minded kyk gini?klo agni kyk gitu artinya tau dan mau…tp ini kan tidak atas keinginannya…lagian kok bs yah koe berkomentar seperti ini?mmgnya koe pikir agni kehilangan permen ato uang apa?ini soal harga diri sebagai perempuan…
Heran saya?!?
Bayangkan Ibumu atau adik perempuanmu atau mungkin Kamu yang berada di posisi Agni. Apakag sikapmu akan sama (seperti yang kau katakan pada kasus Agni)? Akan diam?
Sesama perempuan malah victim blaming, gimana korban korban pelecehan mau buka suara kalo mindset nya masih begituuu, miriss.
Saya sih berdoa semoga anda mendapatkan perlakuan yg sama yg telah di alami agni biar anda bisa merasakan apa yg di rasakan agni sekarang. Amin
Saya juga seorang mahasiswi mbak, dan sebagai perempuan hati saya sakit sekali mendengar apa yang sudah menimpa mbak agni ini, yang jelas itu tidak berlaku untuk anda. Karena yg saya kutip dr pendapat anda, “Saya saran untuk agni malah lebih baik tidak usah lapor melapor.” Bisa2 nya mbak sebagai seorang perempuan malah MENYURUH DIAM perempuan lain ketika dilecehkan.
Terlepas dari siapa yang salah, yang jelas si pria ini sudah pasti salah karena tanpa persetujuan mbak agni dia memaksakan kehendaknya. dan sudah seharusnya dia mendapat hukuman atas apa yang sudah dilakukannya.
Saran saya untuk anda mbak, coba pahami lagi makna open mind karena yang jelas anda tidak paham. Dan semoga mbak gak jadi ikan untuk kucing2 yang lain.
Sekian, terimakasih mbak.
Nalarmu pincang sekali.
“OPEN MIND” ? Ini bukan masalah cari pembenaran tapi ini masalah mencari keadilan , dan ini BUKAN UNTUK MEMBUKA AIB KORBAN. Kalau mbak setuju dengan kata kucing dikasih ikan , mungkin mbak sendiri yg belum OPEN MIND. Mungkin mbak belum pernah membaca berita kasus seperti ini di luar negeri, disana korban disupport mati matian untuk keadilan tapi kok mbak sama sama perempuan tidak punya rasa peduli dengan korban dan mbak setuju dengan istilah “KUCING DIKASIH IKAN” ? TOLONG YA MBAK BUKA HATI NURANI ANDA. Jangan membawa bawa agama. Apakah mbak akan baik baik saja dan DIAM bila ada diposisi korban ?
pake otak dikit bego
Untung saya tdk punya teman seperti mbak.
Izin berkata kasar.
BEGO DAH ELU.
ELU LIAT AJA RESPON BALIK KAMPUS TU.
DARI C JADI A/B.
KALO KEUKEUH PENYINTAS SALAH, KENAPA MESTI DINAIKKIN NILAINYA?
takut terbongkar itu.
Lagian kenapa kampus mesti malu sama warga tempat KKN, yg BUAT DOSA SIAPA YANG MALU SIAPA.
mental penjahat kelamin tuh pelaku.
Kami muslim diperintahkan untuk menjaga kehormatan diri dan sesama. Pria diwajibkan menundukkan pandangan dalam pengertian tidak berpikiran kotor, tidak jelalatan, tidak memancing pada hal yg bukan bukan. Wanita diwajibkan menutup aurat dengan berhijab dalam pengertian tidak mengumbar, tidak mendatangkan malapetaka bagi dirinya. Jadi tidak layak kemudian bila dinyatakan bahwa salah sendiri perempuan datang ke tempat lelaki maka terjadinya hal demikian dibenarkan, karena sudah jelas kita diperintahkan untuk menjaga diri kita masing-masing untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk. Lelaki dalam kondisi bagaimanapun selayaknya melindungi wanita. Dalam konteks ini, dengan adanya penjelasan pada kronologis dan rentetan upaya korban untuk mendapatkan keadilan, kita menjadi tau situasinya, bukan hal yg vulgar dalam tulisan karena penjelasannya tidak berlebihan. Saya berharap kita semua makin melek, kondisi ini bisa terjadi dimana dan kapan saja, semoga kita bisa menjaga diri kita, menjaga keluarga dan teman kita, menjaga rasa keadilan kita dan menjaga agar simpati kepada yg terdholimi, apalah artinya menjaga nama baik jika terlalu banyak aib yang ditutupi. Semoga korban mendapatkan keadilan yang diharapkan dan kita semakin intelek membaca hal yang penting saja dan bermoral.
Klo membaca dari komentarnya sih saya agak ragu kalo “mbak” ini memang benar2 “mbak”,bisa jd yg komen ini adalah salah satu dari org2 yg mempersulit agni di kampus,klo memang benar wanita bisa jd dia adlh si amb*r atau klo dia laki2 adlh si ad*m. Karena dari tulisannya cukup detail beropini seolah menghadapi persoalan tersebut smpe seolah2 menyuruh korban bertobat segala (bawa2 aib dan agama). Mencoba menggiring opini lain untuk netizen juga. Berarti klo anaknya jadi korban ketika meminta solusi justru akan mbak bekap habis2an gitu?wah luarbyasa lho andai hal itu terjadi. Ga masalah klo korbannya mbak silakan diam aja,tp jangan menyalahkan apalagi semakin memojokkan korban.
Kalau anda yg diperkosa dan dilecehkan seperti diatas, yakin masih berpikiran seperti sekarang? Berhati2 dengan apa yg diucapkan ya nduk
wah yang nulis artikel jahat nih.
nama korban ditulis lengkap sedangkan nama pelaku dikasih inisial.
Nama korban itu nama samaran. Ada di paragraf 4. CMIIW
Mas Wahwid, di artikel diatas sudah dijelaskan kalau nama Agni itu bukan nama sesungguhnya. Biasakan baca dengan baik dan benar, jangan diskip skip. Jadilah netizen yang baik dan cermat
Itu nama samaran, makannya bacanya jangan skimming.
makanya baca yang bener maleeennnn
Lain kali kalau mau nganu, bilang dulu aja “mau gak dek ena-ena?”
jadi jangan langsung raba-raba, walau sudah tersaji di meja. Buntutnya jadi panjang kan.
Kalau dia mau, ya udah ho’oh aja. Tapi kalau ngga mau, suruh dia tidur di kamarnya sendiri saja. Persetan jaraknya jauh mau diterkam babi hutan juga bodho amat.
Kalau kejadian kayak gini, wanita itu gampang banget ‘playing victim’ ! habis nganu, padahal selama prosesnya ah-uh-ah, eh begitu selesai langsung nuduh “kamu perkosa saya ya!” Kan anjrit.
Saran saya, kalau kamu laki-laki, pasang kamera di kamar. biar kalau setelah ena-ena , si wanita cari masalah, tinggal tunjukin aja videonya pas ‘proses’ ena-ena nya. disitulah dia gak akan bisa berkutik faktanya dia ikut menikmati prosesnya.
Kaum micin. Makanya baca yang bener sampai selesai.
Mungkinkah ini gunung es di samudera lepas?
Tolong bahasa dan redaksionalnya lebih mengusung adat ketimuran ya..
Saya M. Asri Bahri (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) memandang, bahwa masalah ini bukan masalah yang kecil karrna menyangkut masa depan dan kondisi psikologis korban. Bukan hanya itu kesannya Universitas tidak memberikan perhatian serius masalah ini.
Sebaliknya masalah ini dibawa saja ke ranah hukum sehingga diselesaikan oleh pihak kepolisian.
Miris sekali Pendidikan di Indonesia jika hal ini tidak diselesaikan secara tuntas.
berarti kesalahan masa studi itu lebih berat daripada kesalahan perbuatan asusila.
kesalahan masa studi bisa DO. perbuatan asusila cuma nilai C.
hmmmmmm
Kuliah tinggi2,gelar dipanjangin tapi otak selangkangan…..
Sebagai pembaca yang budiman semua, maka bacalah dari atas, penulis sudah meminta maaf karena ada bagian yng mgkn kurang sopan atau bersifat explisit.
Tulisan dbuat agar tdk terjadi kesalah pahaman.
Dluar itu terimakasih untk pihak balairung press yang sudah menulis kasus ini, dg transparan semoga kasus ini cepat selesai dan pihak penyintas dpt keadialn dr kasus yg menimpanya . Semgt agni!!
Barangkali beritanya boleh di edit ulang. Rasa-rasanya ada yang menyalahi etika jurnalistik, karena ini terkait nama baik seseorang (korban) dan dampak psikologinya.
Saya rasa di awal tulisan penulis sudah meminta maaf lebih dulu krn ada bagian eksplisitnya. Dan sudah disebutkan juga bahwa tulisan ini sudah mendapatkan persetujuan pihak penyintas
Tulisan ini bukan hasil dari kalangan intelektual…
nilai bahasanya sangat rendah…
Mencoba membaca dari sudut pandang yg berbeda
Artikel bagus, detail. Saya sangat suka cara penyampaiannya. Untuk Kasus ini saya kecewa dengan tindakan UGM. Kasus seperi ini tidak hanya dilakukan oleh Mahasiswa tp juga oknum dosen.
Saya menangkap masalahnya ada pada rasa tidak puas korban dengan cara ditanggapinya kasusnya. Seolah pihak kampus enggan menangani kampus ini, dan orang-orang yang dianggap bisa memberikan perlindungan dan keberpihakan malah menyalahkan dan menghukum.
Seolah kasus ini dikubur, sehingga kemudian korban mencari cara untuk mengungkapnya sehingga sekarang menjadi berita nasional.
Terlepas dari apa yang sudah terjadi, saya rasa semua anak gadis Indonesia, perlu membaca berita ini dan menjadikan pengalaman korban sebagai pelajaran. Jangan sampai terjadi kasus serupa atau sejenis. Orang tua, dosen dan semua yang terkait, perlu melihat hal ini dari kacamata korban. Kalau punya anak perempuan seperti saya, rasanya akan lebih mudah paham. Kalaupun tidak, rasanya tidak salah coba berpihak pada korban dulu, kalau memang korban bersalah, tidak terlambat kemudian berubah pikiran.
Korban punya kesalahan dalam kasus ini, seperti apa salahnya, silahkan setiap orang menilai.
Tapi dia tetap menjadi korban, dan itu tidak benar.
Apakah dalam kondisi ini, kemudian perkosaan dibenarkan?
UGM adalah lingkungan akademisi, dimana setiap ide dan pendapat bisa diperdebatkan dan kita mendapat manfaat dari diskusi itu.
Dari sebuah diskusi terbuka, semoga kita bisa dapat menarik pelajaran dan sesuatu yang baik.
Dalam hal ini, perubahan pemikiran posisi perempuan dan tradisi kultural kita, termasuk dalam hubungannya dengan agama (yang sangat sensitif belakangan ini).
Bagaimana seharusnya kasus ini ditangani?
Bagaimana seharusnya supaya kasus ini tidak terulang?
Bagaimana seharusnya posisi perempuan dan laki-laki dalam hubungan sosial kita saat ini? Seperti apa batasnya?
Agni seharusnya memaksa pulang ketika opsinya tidur sekamar dengan seorang laki-laki atau basah kuyup.
Namun itu tidak membenarkan seorang laki-laki memperkosanya.
Tidak ada keuntungan yang didapat Agni sekalipun pelaku “dicabut nyawanya”.
Namun rasa ketidak-adilan yang dirasakan berikutnyalah yang menjadi masalah.
Adakah jalan tengah supaya rasa adil itu dapat dikembalikan?
Kalau tidak detail, ntar tidak tahu seberapa sensitifnya masalah ini, jangan jangan ah itu pihak perempuan yg terlalu besar2kan, Anda tak tahu, perempuan berani lapor dan viral begini bukan main…pasti mereka rata2 berpikir panjang, drpd rusak nama baik seumur hidupnya …kasihan ..mas… harus dibantu dan diselesaikan
Semoga kasusnya cepat selesai dan keadilan bisa di dapatkan oleh Agni
Tolong itu yang kasih komentar kalo ini cerita panas, tolong di konseling juga. Otak mereka kotor. Coba bacanya pake perasaan iba, pake hati dikit. Biar ga kotor aja isi kepala kau itu.
Saya setuju dengan penulis yang memceritakan secara rinci kronologi nyaa. Disana penulis membuat para pembaca merasakan apa ayang dirasakan “agni”, dan ini membuka wawasan tentang peduli korban pemerkosaan.
Kalau membaca kronologi membuat kalian ngilu/tidak nyaman, bisa bayangin dong gimana rasanya jadi korban? Kronologinya sangat vulgar karena pemerkosaan itu vulgar, tidak seharusnya diceritakan dengan “sugarcoat”. Apalagi korban sampe kepikiran bunuh diri. Dengan kronologi sejelas itu seharusnya masalah ini ditanggapi secara sangat serius, karena korban udah capek2 lapor sana sini dan kesannya disepelekan.
Untuk yang ngomong Agni seharusnya tidak lapor sana sini cukup disimpan seperti menyimpan dosa, hmm, semoga ngga akan terjadi hal2 yang sama pada mbak/anak perempyluan mba ya di masa depan. Tapi kalo misal terjadi sama mbak Sita, saya sarankan tetap lapor mba, justru sangat disayangkan kalo mba ngga ngelapor 🙂
Gak nyangka, masa iya ada (oknum) mahasiswa UGM yang kelakuannya kayak gini, apalagi dilakukan saat kegiatan resmi dari kampus macam KKN. Gak ada insan akademisnya sama sekali. Dan yang lebih mengejutkan UGM hanya memberi sanksi ringan berupa surat permintaan maaf dengan ttd orang tua pelaku. Dan pelaku masih diluluskan dari mata kuliah tsb. How dare you. Shame on you. Seharusnya minimal dia di skorsing, dan jika perlu diberhentikan secara tidak terhormat. UGM tentu tidak ingin punya alumni yang tidak menjunjung tinggi nilai moral. Dikhawatirkan dengan sanksi ringan ini, pelaku mempersepsikan bahwa UGM masih mentolerir tindakan pelaku. Bagaimana jika pelaku menjadi alumni, menjabat posisi strategis di suatu instansi, punya power lebih, dan mengulagi tindakan serupa. Semangat terus untuk korban. Ini berat, tapi kamu pasti bisa melewatinya 🙂
saya juga kaget.. sebagai alumni UGM saya kok miris sekali kejadian ini bisa terjadi… ketika saya KKN dan bergaul di jaman kuliah kok yang kaya gini gag ada,, ada apa ini… dan betul yang dikhawatirkan jika HS bisa lulus sebagai alumni UGM, lalu melakukan tindakan serupa krn tidak ada rasa jera… brati UGM hanya mencetak angka bukan manusia pemilik adab yang baik.. padahal di negara maju, yang penting itu adab (Sosial Q) tidak lagi IQ… sayang sekali.. poor UGM, dengan tidak serius menangani ini dari awal, skrg malah nama baik yang digadaikan. poor Indonesia, IQ banyak tinggi tp SQ rendah… kapan majunya ini…
Yang aneh, Agni berteriak di titik dia merasakan sakit pada kemaluannya. Jadi sebelum dia merasakan sakit dan berteriak, apa yang dia rasakan ketika tangan HS berada di ‘sana’ ? Saya tidak berpihak disalah satu pihak, semoga kebenaran cepat terungkap.
Selamat siang….
Saya adalah anak dari lulusan UGM dan sekarang menjadi orangtua dari salah satu Mahasiswa UGM. Sekarang saya berdinas di salah satu Institusi yang bekerjasama dengan UGM.
Terus terang saya merasa sedih dan terkejut begitu mendengar kejadian ini. Apalagi setelah saya membaca berita-berita yang memuat pernyataan pihak UGM tentang penanganan kasus tersebut.Saya sangat berempati terhadap korban/penyintas.
Saya melihat ada kesalahan dalam mengambil langkah penanganan kasus tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan tersebut sangat tidak elegan, sangat kontras dengan lembaga UGM yang mempunyai nama besar dan dihuni oleh orang cerdik pandai yang tersohor. Saya mengerti bahwa langkah2 tersebut dalam rangka menjaga nama baik UGM , Tetapi justru dari demi menjaga nama baik itulah cara penanganan menjadi salah dan menyakitkan bagi korban/penyintas.Dari penanganan awal kejadian pada saat KK, Dosen Pendamping Lapangan malah mengatakan dengan mengibaratkan “Kucing kalau dikasih Gereh ……..dst.”. Kata2 Itu pasti sangat menyakitkan korban/penyintas. Saya jadi bertanya-tanya dalam hati…”Kok ada Dosen mendapatkan laporan kasus seperti itu malah dgn teganya mengeluarkan kata2 tersebut. Bahkan ada yang mengatakan kalau “Polisi terlibat prosesnya akan lebih menyakitkan”. Kok cara bicara dan berpikirnyanya bukan seperti Pendidik dan bahkan sepertinya menakut-nakuti korban/penyintas agar tidak melapor.
Kesalahan langkah berikutnya adalah kesalahan besar, yaitu menangani kasus tersebut dengan penanganan internal dengan maksud menjaga nama baik UGM. Seharusnya penanganan bisa cepat selesai apabila kasus tersebut diselesaikan secara Hukum. Atas dasar putusan dan pertimbangan hukum itulah pihak UGM mengeluarkan keputusan berkaitan dgn sanksi Akademis sesuai dengan peraturan yg berlaku di UGM baik sanksi ringan, sedang maupun berat. Boleh saja UGM mengeluarkan tim investigasi sendiri, tetapi tim tersebut hanya bisa memberikan rekomendasi2 yang tidak berkaitan dengan masalah hukumnya. Perlu sedikit saya kasih gambaran….” seorang laki2 mencolek (maaf sedikit vulgar) pantat wanita saja bisa berurusan dengan hukum dan masuk penjara, apalagi memperkosa”
Alhasil sekarang, karena penanganan yang keliru karena demi menjaga nama baik malah beritanya tersebar kemana2 baik lewat media lokal maupun nasional, online maupun cetak. Seandainya pihak UGM dari awal membawa masalah tersebut ke ranah hukum nama baik UGM justru akan terjaga dan terlihat tidak memberikan toleransi terhadap kasus2 serupa.
NB :
Untuk Admin, terimakasih atas keberaniannya dalam memuat berita ini dalam rangka menegakkan keadilan.
Saran saya, dalam memuat berita tidak perlu memuat tulisan yg vulgar. Saya memahami penulisan tersebut utk membuka mata para pembaca dan anda sudah memberikan peringatan konten eksplisit seta sdh mendapat persetujuan penyintas. Menurut saya itu tdk perlu, cukup bahasa yang menjelaskan bahwa sdh terjadi penetrasi atau pelecehan dsb. Bahasa yang Admin tulis diatas sdh seperti bahasa dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sehingga apabila dimuat sangat vulgar.
Basa
Apapun alasannya semua kejadian persetubuhan kuncinya pda laki2nya walopun wanitanya sudah telanjang klo laki2nya tdk mau tdk akan terjadi prsetbuhan,ttpi wlopun wntanya tdk mau kalo lki2nya mengancam/memaksa dg kkrasan dn wnitanya takut mati pasti akan terjadi persetubuhan.
Pernahkah kalian ada di posisi Agni? Atau setidaknya membayangkan?
Menurut saya pribadi semua yang dituliskan oleh Balairung Press tentunya sudah mendapat persetujuan dari korban. Memang terlihat bahwa bagian pemerkosaan ditulis begitu detail, namun bukan berarti hal tsb tidak dipikirkan secara matang. Segala risiko akan hadir tentunya dikemudian hari, termasuk stigma negatif dari pihak-pihak yang tidak melihat dari sudut pandang yang sama dengan korban. Kalau pun saya boleh menerka, mengapa bagian tsb dibuat begitu detail, tidak lain karena korban ingin mengungkap semua kebenaran yang ada pada waktu kejadian, selain itu, korban juga ingin mengedepankan bahwasanya para pihak yang terlibat dalam masalah ini dianggap tidak dapat menyelesaikan persoalan tsb seperti apa yang diinginkan oleh korban. Korban ingin masyarakat luas mengetahui, bahwasanya apa yang terjadi pada waktu itu, bukanlah keinginan korban, semua terjadi begitu adanya, dan tidak dapat dielakan. Kalaupun memang ada niatan korban untuk melakukannya, ia tentu tidak akan menghentikan aksi si pelaku. Oleh karenanya pembaca dapat melihat keseluruhan bacaan ini dari sudut pandang korban, bukan dari sudut pandang masing-masing. Sekian.
Semoga masalah pelecehan seksual di kampus-kampus yang terjadi selama ini dapat diungkap, sehingga mahasiswi merasa aman. Saya mendengar banyak dosen pria di beberapa kampus terkenal yang meminta imbalan “khusus” apabila ada mahasiswinya yang minta perbaikan nilai.
Bisa Ngobrol di ruang tamu, tapi tidur sekamar berdua. Entah lugu atau bodoh si agni ini. Kurasa sanksi & tindakan dari pihak kampus udah bener kok
maksud looo?
Pasti dulu anda KKN di pusat kota.
Bung, saya perempuan dan tahun 2011 saya KKN di sebuah kampung di Papua Barat yg kondisinya TIDAK BERSINYAL dan TIDAK BERLISTRIK dan hanya diberi 1 pondok yang cuma ada ruangan 2 Kamar. Tim saya terdiri dari 24 orang, 8 perempuan dan 16 laki-laki. Bung tahu, kondisi seperti itu membuat kami, sering sekali, mau tidak mau harus menyesuaikan tidur bareng-bareng, bercampur, laki dan perempuan. Saya bahkan pernah mengalami kondisi tidak terduga, diharuskan menginap di satu kamar di rumah sakit bersama 2 TEMAN LAKI-LAKI saya selama seminggu. SEMINGGU bung!!!!! Tapi apa yang terjadi? Saya baik-baik saja. Saya dan dua teman laki-laki saya malah saling menjaga.
Lalu kenapa anda bertanya KENAPA AGNI HARUS MENGINAP??? Kenapa anda salahkan Agni yang menginap?? Harusnya anda SALAHKAN HS yang KURANG AJAR. Pertanyaan anda harusnya: KENAPA HS KURANG AJAR DAN TIDAK BISA MENJADI LAKI-LAKI BAIK YANG MENJAGA AGNI YANG NOTABENE ADALAH TEMAN SATU TIM??? DIMANA AKAL SEHAT HS SEBAGAI MAHASISWA????
Wkwk masih ada yg bilang si agni nya juga nginep. Ah pengen ngomong kasar. Lo kata nginep dirumah tetangga dipusat kota? Kan dijelasin lokasinya jauh dan gelap segala macem. Kalo pulang dijalan diterkam hewan gimana? Ada jg yg komen tulisan, namanya penyintas lengkap,nama pelaku inisial. Lah kan nama penyintas itu disamarkan,bukan nama asli. Ah susah netijen lebih gampang komentar drpd baca. Baca dlu yg lengkap yg teliti baru komentar. Buat kamu agni, tetap semangat teruslah jadi berani.. kamu hebat. Wanita hebat.
Terima kasih balairungpress yang sudah menelusuri dan menunggu kesediaan mbak agni untuk bercerita.
Mbak agni, terima kasih telah berani untuk bercerita dan tidak menyerah. Saya belum tentu bisa seperti mbak agni yang berani bercerita atas kejadian traumatis seperti itu, apalagi memperjuangkan sampai selama ini. It must have been hard for you. Semoga perjuangan mbak agni terbayarkan.
Yang bilang tulisan ini terlalu vulgar, wawasannya diperluas lagi ya, atau jangan kebanyakan nonton video porno. Kalau lu minta ditulisnya cuma pelecehan seksual, apa bedanya lu sama yg dikomplain sama orang ini?! Mikir! Bukan bahasanya yg diperhalus, perasaan lu juga diperhalus
Stop menyalahkan perempuan sebagai korban. Sudah jelas alasannya kenapa Agni harus menginap. Dan harus digarisbawahi, Agni sebenarnya tidak perlu memberi alasan apapun kenapa dia harus menginap. KARENA TIDAK ADA SATU PUN ALASAN YANG DAPAT MEMBENARKAN PERLAKUAN PELECEHAN SEKSUAL, APALAGI PEMERKOSAAAN!!!
STOP PELECEHAN SEKSUAL DALAM BENTUK APAPUN. SAYA DUKUNG KEBERANIAN AGNI,
HUKUM HS SESUAI KETENTUAN.
Ternyata se picik itu sebuah lembaga menganggap kasus pelecehan seksual. Andaikata si Pelapor adalah anak dari pimpinan kampus tersebut pasti lain ceritanya. Pikiran sontoloyo..
Menurut saya, isi redaksinya cukup bagus untuk pemaparan kronologi yang disampaikan, mungkin soal isi redaksi yang mengandung erotis, itu menjadi pro dan kontra di kalangan jurnalis lainnya. namun dengan begitu, jalan korban untuk menyelesaikan kasusnya terbantu dan mendapat perhatian besar dari masyarakat dan pemerintah tersampaikan. Memang kasus seperti ini jarang terekspos apalagi seperti kasus Agni yang minim bukti bisa saja menjadi bumerang bagi Agni, karena pemikiran kolot seperti itu, redaksi bisa saja menulis seperti ini agar orang lain bisa menilai bahwa kisahnya seperti ini tidak dibuat-buat, meski menjijikan namun ini apa adanya sebgai bentuk bukti baru.. mungkin sebelumnya tulisan ini dipublish, sudah ada kesepakatan dengan penyintas. tapi terlepas dari semua itu, saya acungkan jempol untuk Agni yang berani menyuarakan kebenaran meski jiwa dan pikirannya lagi tidak stabil, Daya juang menyuarakan kebenaran seperti Agni ini yang harus dibela dan dilindungi.
ini sebuah pelajaran yg berharga bagi teman2 dikampus manapun, karena kejahatan itu datang dari mana saja. sy kira lingkungan (sperti tidak ada lampu/ remang2) juga memicu terjadinya kejahatan. jadi tetap waspada meskipun itu teman baik, teman akrab, teman mesra, whatever lah. karena betul, kucing diberi ikan ga akan di plototin mulu.
terimakasih atas tulisan ini. sering banget lihat unjuk rasa atau tulisan tulisan anak UGM temtang pelecehan seksual. dari yang di godai waktu konsul skripsi sampai ternyata ada kasus seperti ini. sudah saatnya kita melek pada kenyataan bahwa wanita masih jelas ditindas apalagi dengan stigma dan victim blaming, yang paling parah adalah pihak pihak yang menyepelekan kasus tersebut.
justru disinilah kronologi harus diceritakan supaya pembaca tau jelas bahwa yang dialami penyintas adalah suatu hal yang traumatis, dengan korban masih menggunakan jilbab disaat tidur. bahkan korban sendiri mengungkapkan sampai ingin bunuh diri, dan hal tersebut berpengaruh pada proses akademiknya. yang berarti dampak dari kasus ini adalah kecacatan mental yang berdampak pada penyintas seumur hidup. dan masih saja tidak ada ketegasan malah yang ada menyalahkan korban.
ini hanya satu kasus dari sekian banyak.
semangat mba agni (atau siapapun kamu)!!
terimakasih pada penulis dan jajarannya! terimakasih sudah mengangkat topik ini! dan para mahasiswa harus kawal terus sampai akhir!! buktikan bahwa kampusmu adil.
Terkadang pelajaran itu sangat mahal harganya, tetapi pelajaran mahal itu baru bisa dipetik jika kita mengakui adanya kekurangan dan kekeliruan. Jangan harap pelajaran diambil jika ini saja sulit untuk dilakukan.
Lebih disayangkan lagi, dalam kasus ini pelajaran yang dipetik harus ditebus dengan harga yang terlalu mahall
Sungguh layak bagi para pejabat terkait untuk merasa MALU dan MUNDUR dari jabatannya karena terbukti tidak bisa melindungi apa yang jadi tanggung jawabnya
Bagi pelaku, sila Anda berhadapan dengan penegak hukum, karena masalah ini sudah jelas KRIMINAL. Pertanggung jawabkan.
sering banget lihat unjuk rasa atau tulisan tulisan anak UGM tentang pelecehan seksual. dari yang di godai waktu konsul skripsi sampai ternyata ada kasus seperti ini.
justru disinilah kronologi harus diceritakan supaya pembaca tau jelas bahwa yang dialami penyintas adalah suatu hal yang traumatis, bahkan korban sendiri mengungkapkan sampai ingin bunuh diri, yang berarti dampak dari kasus ini adalah kecacatan mental yang berdampak pada penyintas seumur hidup. dan masih saja tidak ada ketegasan malah yang ada menyalahkan korban.
semangat mba agni
terimakasih pada penulis dan jajarannya terimakasih sudah mengangkat topik ini dan para mahasiswa harus kawal terus sampai akhir
Kalau kamu mampu komen bodoh seperti ini, jangan bilang kamu open minded. Resume kamu open minded atau tidak, tidak menentukan pikiran kamu itu benar, bahkan mencemari nama golongan orang open minded. Dan siapa yg bilang kamu open-minded? Di mana verifikasinya. Dari ngomongan kamu, kamu bukan saja non-open minded, malah delusional. Apakah kaitan kamu dengan pelaku? Saudaranya?
Stop victim blaming. Saya pikir mau jelasin panjang ke kamu, kamu belum tentu mempunyai kapasitas utk mengerti. Penjelasan ini utk mencegahkan komen bodoh dari lain muncul lagi.
Gini aja.
Kalau kejadian ini berlaku kepada kamu, kamu silakan walk the talk. Jangan melaporkan ke polisi, just suck it up seperti saran kamu kepada Agni. Karena emang salah kamu, kamu membiarkannya terjadi. Kalau kamu bawa senjata seperti di Amerika, atau belajar seni pertahankan diri, berjilbab, entah apa langkah pengecahannya, semua ini tidak akan terjadi.
Sebelum ngomong sesuatu, coba bayangkan diri di posisi org lain.
Sudah terpublish kayak gini aja posisi korban masih dipojokkan. Jadi tau bagaimana sulitnya jadi perempuan apalagi perempuan yang jadi korban pelecehan dan perkosaan. Be strong Agni
Saya Alumni UGM, menurut saya kewajiban KKN perlu ditiadakan dan diganti bersifat sukarela. KKN membebani mahasiswa dan adakalanya membebani warga yang di tempati KKN. Kasus-kasus diatas baik suka sama suka maupun terpaksa selalu menjadi desas desus dalam pelaksanaan KKN.
Bisa-bisanya lelaki se-tim KKN melakukan hal seperti itu. Lelaki harusnya melindungi malah menghancurkan.
Usut tuntas permasalahan ini, semoga penyintas mendapatkan keadilan dan terlapor mendapatkan sanksi yang tegas dan sesuai dengan apa yang diperjuangkan oleh penyintas.
Miris melihat komentar-komentar yang ada di artikel ini. Kronologi perkosaan dianggap sebagai sesuatu yang sama dengan pornografi. Kronologi tersebut dituliskan agar orang yang membaca mengerti sejauh mana pelecehan seksual tersebut dilakukan oleh pelaku sehingga pembaca bisa setidaknya memahami perasaan korban pada saat itu. Ketika kalian berpikir HAL LAIN selain perasaan korban ketika diperlakukan seperti itu apa bedanya kalian dengan pelaku?
Setuju sekali.
Membaca dari awal sampai komentar terakhir justru membuat saya miris dengan pernyataan orang orang yang hanya berfokus pada kronologi kejadian bukan pada bagaimana ugm mengatasi kejadian yang jelas jelas mencoreng wajah gajah Mada ini. Terkait kronologi kejadian pada artikel tulisan ini pastinya sudah di setujui dan dibaca terlebih dahulu oleh penyitas atau korban sehingga tidak mungkin release kalau tidak di setujui
Saya kuliah di fh dan sudah sering menganalisis terkait kasus pelecehan seksual, sungguh dari yang saya baca UGM terlihat sangat menyepelekan hal ini padahal jelas sekali sebagai kampus besar dan memiliki fakultas hukum yang juga besar dan tua dengan segala aliran dan guru besar bisa lebih bijak menanggapi kejadian ini tidak hanya dari sisi hukum saja, sisi kemanusiaan pada korban serta bagaimana sanksi untuk pelaku juga sangat tidak relevan. Apakah dengan cara seperti ini UGM tidak memikirkan bagaimana masa depan korban, bagaimana tertekannya korban mengatasi hari harinya setelah kejadian.
Itu BUKAN kronologi, itu buka aib!
Sedih lah ugm itu, kampus rasa penyidik kepolisian dalam kasus gini, apa gunanya kepolisian jika ugm punya tim penyidik di lapangan, untung gw gak kuliah disana mending kampus swasta bekerja lebih profesional dalam kasus beginian.
Maju Terus Balairungpress! #KamiBersamamuAgni
@SITA SAJA otak mana woi, kalo itu terjadi sama lu gimana? Sama saudara perempuan atau anak perempuan lu gimana? Masi brani bilang “gw orgnya open minded yah, gapapa itu biasa aja” bego asli
Halo saya zaki dari fakultas teknik
Ingin tanya saja, itu temen agni sesubunit yang katanya ada 2, kenapa tiba2 gak diceritain yaa 1 nya kemana? Tanya kepo ajakok, terimakasih
Btw nice article balairung press! Semoga bisa cover cerita dari pelaku jugayak!
Ya kaau sudah seperti itu ya bagimana ya, respon perempuan ketika dihadapkan dengan situasi yg demikian ya pasti berbeda2, ada yg ketakutan tidak nyaman dan melakukan penolakan tapi bisa juga malah mempersilahkan dan menikmati. Ada aksi pasti ada reaksi, jadi ya gimana yaa ehehe.
Hmm… Silakan fokus pada kasusnya..
Jangan malah pada pemaparan kronologi
Pakai empati dan simpati..
JANGAN SOK BIJAK !
Ga dicari tahu latar belakang si HS itu? Kenapa trs terkesan ditutupi (klo ga mau dibilang dipendem).
Menurut sy cerita detail itu lah yg akan menyimpulkan, apakah ini sebuah pemerkosaan ataukah dilakukan atas dasar suka, Hanya Tuhan yg maha Tau Kebenarannya. Kita doakan semoga hal seerti ini tidak terjadi pd siapapun lg .
Menurut sy cerita detail itu lah yg akan menyimpulkan, apakah ini sebuah pemerkosaan ataukah dilakukan atas dasar suka, Hanya Tuhan yg maha Tau Kebenarannya. Kita doakan semoga hal seperti ini tidak terjadi pd siapapun lg .Aamiin ya Rabb
Saya alumnus UGM dan memiliki pengalaman beberapa tahun di dunia jurnalistik dan menurut saya detil tulisan di atas meski vulgar, tapi dibutuhkan untuk mengetahui perbuatan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pelaku. Sepanjang sudah disetujui oleh penyintas, hal itu bisa saja diterbitkan. Persoalannya, upaya menutupi identitas pelaku dan penyintas gagal karena terlalu mudah ditelusuri (fakultas, angkatan, lokasi KKN, dan tahunnya adalah kombinasi detik yang buruk).
Baik jika dalam hal ini disertai dengan deskripsi detil pondokan HS, sehingga dapat diketahui seberapa buruk situasinya sehingga HS dan Agni harus tidur sekamar. Tidak bisa kah HS gentelement meminta Agni tidur di kamar dan dia di ruang tamu?
Baik juga jika Balairung menyediakan infografis yang menunjukkan perjalanan kasus ini sehinga kita dapat mengetahui seperti apa langkah Agni dan bagai mana hasilnya dan situasi saat ini.
Mengingat kasus ini serius dan menarik perhatian media arus utama, saya berharap Balairung tidak berhenti sampai disini atau pada pandangan redaksi. Mohon kasus ini dikawal terus hingga benar-benar pada kesimpulan akhir. Jika ternyata ada twisting pada kasus ini yang mungkin menunjukkan Agni bukan korban atau berlanjut pada ranah hukum dan pemeriksaan medis, saya harap Balairung tetap menulis kisahnya dengan detil dan sesuai dengan kaidah jurnalistik.
Oh, iya, selanjutnya jika berhasil, saya berharap bisa membaca verifikasi dari HS, sejauh ini baik HS maupun perwakilannya belum muncul dalam cerita ini.
Salam
Jurusan apa Mbak? Jurnalis dmn?
Jadi Jurnalis jangan cemen. Enggak berani jawab kan?
Fokus pada masalah pemerkosaan yang harus diusut. Bukan penulis yang dicari2 kesalahan agar cover 2 sisi.
Blunder UGM…
Kontras banget disini yang otaknya ngeres langsung panas pas baca artikel ini, menurut saya gaya penulisannya lebih ke investigasi menyeluruh makanya penggunaan katanya berbau vulgar jadi jangan heran kalau ada yang “ngaceng”
Saya kira pemaparan kronologi ini menjadi penting, utk membuktikan bahwa kejadian tsb memang merupakan perkosaan. Apakah apabila hanya dijelaskan pemerkosaan, pembaca akan percaya?
Pemaparan kronologis pun sering dilakukan oleh media2 nasional, contohnya berita pembunuhan disertai pemerkosaan pancul beberapa tahun silam. Bahkan itu lebih menyeramkan.
Alangkah lebih baiknya para pembaca fokus membahas ttg bagaimana pihak kampus menyelesaikan mslh ini.
Dan untuk korban, semangat u re not alone!!
Balairung, kalian keren banget berani mempublish berita seperti ini!!
Pihak kampus smoga dalam pengambilan keputusan lebih melindungi korban.
mengerikan sekali mendengar kasus ini seolah justru dilindungi oleh sistem , lebih mengerikan ketika ada perempuan yg justru menyalahkan korban yg notabene perempuan juga atas apa yg telah terjadi. Saya gak ngerti setan apa yg merasuki pikiran tokoh dalam cerita yg bernama ‘ambar’ ini . Bagi saya siapapun yg melindungi kasus ini punya besaran ‘dosa’ yg sama dgn pelaku
Terlepas dari persetujuan korban, saya merasa pihak balairung press terlalu banyak memaparkan detail kronologis. Mungkin kata-katanya bisa diperingkas dengan “pelecehan seksual berupa menyentuh bagian vital korban” tanpa dipaparkan lebih detail step-stepnya, toh pembaca pasti sudah paham maksud “pelecehan seksual” itu apa atau “bagian vital” itu apa, tanpa harus didetailkan step-stepnya. Meskipun memang tujuannya baik agar pembaca juga bisa ikut bersimpati & berempati dengan apa yang dialami korban, namun hal tersebut saya rasa tetap tidak perlu dipublish ke masyarakat umum. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana teman, keluarga, atau orang yang mengenal korban membaca detail kronologis ini; ini merupakan aib. Alangkah lebih baiknya detail seperti ini ada di BAP (berita acara pemeriksaan) saja.
Bagaimanapun juga, dengan menulis saran ini bukan berarti saya hanya fokus pada jurnalis/media massanya tanpa memedulikan kesalahan pelaku. Saya pun mengutuk tindakan pelaku dan berharap pelaku mendapat hukuman setimpal atas perbuatannya. Hendaknya kasus ini bisa menjadi pembelajaran kita ke depannya.
Untuk pembaca dari kalangan umum (seperti saya) yang masih roaming/bertanya-tanya dengan tokoh Rifka Annisa dalam berita ini mungkin bisa buka website ini:
http://www.rifka-annisa.org/id/
*hasil googling sendiri setelah selesai baca habis berita ini, moga saya tidak salah
Masukan untuk redaksi:
Mungkin perlu ditambahkan informasi yang lebih definitif lagi tentang siapa itu/apa itu Rifka Annisa, misal disertakan link websitenya. Awalnya saya kira itu nama seorang teman dekat, konsultan, atau pengacara penyintas.
Kenapa ada aja yang malah sibuk menyalahkan jurnalis ketimbang menyalahkan pelaku?
Sy sbg alumni merasa trpukul.
Keadilan hrs ditegakkn. Yg brsalah hrs menerima hukuman. Pihak kampus seyogyanya memperbaiki/instropeksi diri/berbenah agar kejadian tdk trulang.
Lalu, bgmn proses kasus ini bs trmonitor & support ap yg bs diberikan masyarakat? Perlukah aksi?
Sekedar menyimak
Saya mungkin ga memahami kaidah penulisan yg baik ataupun tentang jurnalistik tapi melalui tulisan yg saya rasa detail ini (atau bbrpa org mengatakan justru vulgar), saya menjadi lebih memahami perasaan korban. Tetap semangat perjuangkan hakmu Agni, kamu ga sendirian 🙂
Saya malah fokus penelurusan nya di LPPM itu, kalau masalah vulgar nya itu masih wajar. Detail itu hanya menjelaskan sampai mana sebenarnya pelaku lakukan, kan kalau gak jelas malah ambigu.
Kalau aku baca ini, ini bisa jadi masalah besar buat UGM, seharusnya langsung lapor polisi krn ini masalah kriminal, biar polisi yg menyelesaikan………kalau masalah ini membesar dan UGM dianggap tidak bisa memberikan keadilan terhadap kaum lemah (wanita atau minoritas), dunia International akan bisa mengecam UGM, dan menjatuhkan UGM secara institusi, UGM akan kehilangan nama baiknya sebagai universitas…….semoga masalah ini bisa segera selesai dan memberikan keadilan kepada korban….apalagi korbannya juga dihukum UGM….kesalahan yg sangat besar….saya menulis ini krn sebagai alumni, saya sangat peduli dengan UGM
Kenapa artikel di balairung tidak bisa di share? Saya mau share ke anak saya mahasiswa di univ negeri di kota lain , supaya dia baca, saya ngeri sekali …
Bisa bedain cerita dewasa, Koran Lampu Merah, sama berita investigasi seperti ini apa tidak?
Penyintas mungkin sudah mempertimbangkan hal tersebut untuk dimasukkan dalam berita. Selain itu, semua hal eksplisit bukan ditujukan untuk menarik pembaca, ini semua bukan terikat dengan sensualitas tapi fakta. Penulis bisa saja menulis hiperbola ibarat Koran Lampu Merah dan jelas ini bukan cerita dewasa, mungkin belum pernah baca cerita dewasa ya hehehehe.
Seringkali media mainstream meng-victim blaming-kan penyintas. Balairung sudah melakukan sebisanya until membantu mengadvokasi korban, berita ini salah satunya. Jangan harap berita nasional memberitakan seperti ini. Posisi korban sudah diposisikan sedemikian rupa, memang pelakulah yg harus disalahkan bukannya dengan hal seperti terpaksa menginap dengan serumah dengan lawan jenis menghalalkan perbuatan tersebut.
Untuk para normies ini berita bukan untuk membuat kalian ngilu, ini semua buat kalian sadar bahwa ini semua masalah bersama, mungkin disini hanya satu korban, tapi di luar sana?
Yuk baca pos terbaru balairung ” Tanggapan atas hal-hal yang dipermasalahkan” alias penjelasan balairung mengenai komentar2 tentang artikel ini
Bagi saya sangatlah lucu, membaca komentar orang-orang yang justru keluar dari konteks yang disajikan. Meskipun saya juga yakin untuk Agni menceritakan nya kembali pasti sangatlah terasa berat, akan tetapi beliau bahkan sudah setuju untuk membaginya dengan harapan orang-orang tahu kronologi nya, bukan tahu bagaimana “rasa” nya.
Good job Balairung, kawal terus!!! Jangan kasih kendor.
Salam..
Saya sampaikan apresiasi tinggi pada penulis dan Balairung Press, semua komentar pedas saya rasa telah di ucapkan oleh sebagian besar pembaca yg berkomentar, dan saya percaya tim Balairung Press telah berdiskusi dan memutuskan matang” untuk mempublis tulisan yg sangat brani ini.
Satu harapan saya, tolong pertimbangkan pula mempublis artikel hasil Tim Investigasi, dan kronologi atau keterangan dari Pelaku, memang benar Media ini menadvokasi Penyintas hanya saja, saya rasa pelaku juga punya hak bersuara dan dibela..
Hormat saya..
Inilah kekuat media, dengan tulisan ini bisa menggerakan keadilan. Menyampingkan dari cara konten tulisan. Terus belajar dan makin kritis dengan kebijakan civitas Anda. Demi kemajuan Almamater, Bangsa dan Negara.
Maju Terus Balairungpress! #KamiBersamamuAgni
Saya menangis ketika membaca ini karena saya pernah berada di posisi mbak Agni… tidak persis, tapi saya tahu perasaan bingung ingin mengadu sampai ke tahap ingin mati saja.
Mbak Agni, siapapun kamu, dimanapun kamu… doa saya selalu menyertai
Lihat komentar-komentar yg ada ditulisan ini, mungkin bisa jadi gambaran betapa banyak ragam pemikiran tentang kekerasan seksual. Maka bisa jadi itulah yg dihadapi mereka yg ada di dalam tulisan ini.
Komentator sepak bola selalu lebih benar dan lebih cerdas dari pemain di lapangan.
hanya orang berpikiran sempit yang merasa artikel ini terlalu vulgar, baca artikel ini sesuai pokok permasalahanya yaitu pemerkosaan, bagi saya ketika kronologi kejadian diceritakan secara gamblang kita yang hanya tau dari media bisa merasakan apa yang dialami oleh agni, coba kalau diceritakan ala kadar pasti banyak perandainya dan jadi terkesan tebak-tebak buah manggis atas kejadiannya, ini kasus pemerkosaan yang harus dipertanggung jawabkan, dan ada baiknya HS itu punya otak sedikit dia ada di daerah orang tidur juga numpang di tempat orang harus bisa mikir otaknya bukan malah ngerasa memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, dia beneran mahasiswa ? mau wisuda ? yakin kok otaknya nggak dipake, merasa beban mental nggak itu masa depan anak orang kalah sama nafsu khilaf yang bakalan bekas dan nggak bisa ilang malah bisa bikin trauma berkepanjangan, harus ada pertanggung jawabnmu dan orang tua mu nak, miris kalau lo laki nggak ada tanggung jawabnya sama sekali cuma kalah sama nafsu khilaf
stop victim-blaming, apresiasi thd balairung yg sudah memberikan informasi scr lengkap, kawal agni sampai agni mendapatkan keadilan walaupun trauma pasti masih dialami, agni hebat, agni wanita kuat!
Komentator pertandingan sepak bola selalu merasa lebih cerdas dan lebih tau situasi di lapangan pertandingan dari pada pemain yang sedang bertanding
Maju terus, kasian korban, si pelaku otak mesum, otak didengkul sama slangkangan dibagi 2, untung aja gk sampe nganu, sampe nganu abis itu, tolong dong info buat akun akun si pelaku mari kita serang! #NETIZENBERSATU
Bagus laporan Balairung ini. Tugas pers mahasiswa, diantaranya adalah membongkar kebobrokan yang terjadi di lingkungan kampusnya. Penulisannya juga bagus, enak dibaca dan memenuhi standar jurnalistik. Semoga penyintas bisa mendapatkan hak dan kehormatannya, dan pelaku mendapatkan sanksi yang setimpal. Dan semoga UGM makin memperbaiki diri, misalnya dengan memperbarui regulasi yang mengatur penanganan kasus seperti ini. Selamat bekerja adik2 di Balairung. Sebagai pendiri dan pemimpin redaksi pertama majalah Balairung, saya bangga dengan hasil kerja Anda.
Kepada pembaca dan penulis komentar yang budiman, mengenai kronologis kejadian yang detail, selama sudah mendapat persetujuan dari pihak yang terkait itu adalah hal yang sangat wajar untuk dilakukan. Terlebih mengingat perdebatan dan diskusi yang umum terjadi seputar kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual adalah mengenai batasan yang kabur antara seks konsensual dan non konsesual. Saya rasa pembaca konten ini pun sudah cukup dewasa untuk memahami bahwa tingkat kevulgaran suatu kata dan kalimat itu sangat bergantung kepada konteks dimana kata atau kalimat tersebut digunakan. Menurut saya kritik yang tepat untuk tulisan ini adalah tidak disampaikannya kronologis kejadian menurut pelaku yang terkait.
Terlebih, sangat mengecewakan (namun tidak mengherankan) bagi saya melihat kolom komentar lebih banyak dipenuhi oleh kritik terhadap sisi jurnalistik dari tulisan ini, padahal tulisan ini membahas suatu topik yang jauh lebih penting untuk disorot. Sejauh apa komitmen kampus untuk mencegah dan menindak kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual? Bagaimana bisa orang-orang terpelajar di kampus ini masih melakukan victim blaming. Bapak siapa namanya itu bisa saja berpendapat bahwa keputusan Aghni untuk tidak pulang ke rumah malam itu tidak tepat, tapi itu sama sekali tidak mengurangi kekejian pelaku terhadap Aghni.
Yang lebih mengherankan lagi adalah analogi menjijikan yang dia gunakan mengenai kucing dan ikan asin. Asalkan bapak tau, lain waktu ikan asin itu bisa jadi putri bapak!
Kepada Aghni, saya doakan kamu mendapatkan keadilan yang kamu cari.
Saya heran kenapa justru pembaca lebih menyoroti gaya penulisan si jurnalis, yang soal kronologis dianggap vulgar lah, soal paragraf amburadul lah.. Pikiran kalian emang kelewat sok pintar, bukannya menaruh empati malah lebih tertarik mengkritisi si penulis. Malah ada yg anggap di bagian kronologi dianggap vulgar dan cenderung mirip cerita sex? Otak anda saja yang gesrek, makanya pola pikir dirubah, agar punya perspektif lain dalam menilai tulisan atau cerita, kelewat sange’an sih!
Anggap saja si penulis salah dalam melakukan penulisannya, lalu kenapa? Setidaknya dia sudah berusaha untuk membantu korban menyelesaikan masalah serius ini. Sampai akhirnya anda-anda juga tau soal berita ini. Begitu susah kah menaruh empati dan sedikit memberi apresiasi kepada pihak yang berperan positif? Sedangkan anda yang cuma duduk sambil membaca cuma bisa menyalahkan saja.
Anyway, semangat terus kepada siapapun pihak yg telah memberikan kontribusi atas kasus ini. Juga kepada penulis beserta tim, jangan terlalu hiraukan ocehan warganet yg sok pintar yg cuma bisa mengkritik tanpa memberikan kontribusi nyata. Dan untuk korban, semoga segera diberikan kekuatan kembali agar lekas bangkit dari fase ini. Be strong Agni!
Tanpa mengurangi rasa simpatik sy terhadap agni. Ada beberapa pertanyaan yg timbul dipikiran saya.
Pertama: pada saat kejadian, terdapat 4 pemuda, diantaranya 2 teman kkn, 2 pemuda desa, pada saat hujan reda(tengah malam) tersisa 3 pemuda HS dan 2 pemuda desa. Lantas dimana 1lagi teman kknnya ? Apakah pulang? Mengapa tidak minta diantar untuk pulang juga.
Yg kedua: pada saat ingin pergi ke pondok temannya yg wanita, kenapa tidak minta diantar sesama wanita juga yg satu pondok. Atau apabila merasa kurang aman krn sesama wanita dan pergi malam, kenapa tidak minta tolong untuk dijemput saja oleh teman pria yg lebih dikenal.
Yg ketiga: pada saat kejadian, ada si pemilik rumah. Mengapa sebelumnya tidak meminta izin terlebih dahulu. Dengan begitu, apabila terjadi sesuatu yg tidak diinginkan, korban memiliki saksi yg kuat apabila berteriak.
Diluar pertanyaan – pertanyaan saya tsb, mohon maaf apabila menyinggung pihak pihak tertentu, dan sekali lagi saya sangat menyangkan perbuatan pelaku, dan harus dihukum seadil- adilnya. Karna apapun alasannya, tindakan pelaku tidak dapat dibenarkan.
lah itu kan klo si agni tau mau diperkosa? emang nya dia tau klo ada temen yg ternyata sebejat itu?
UGM universitas pancasila, seharusnya mahasiswanya jg menjalankan nilai2 pancasila.. melihat kasus HS tsb, sungguh sangat mencoret nama baik UGM. Sbg alumni saya sangat malu ketika ada teman kantor yg tanya “KKN UGM lg hot”
So saaaad
“Jangan menyebut dia (Agni) korban dulu. Ibarat kucing kalau diberi gereh (ikan asin dalam bahasa jawa) pasti kan setidak-tidaknya akan dicium-cium atau dimakan,” tuturnya menganalogikan.”
Ga habis pikir yang ngomong ini pejabat kampusnya. Penasaran, jangan-jangan dia pernah jadi si kucing juga!
biasakan terbuka pikiran jgn selalu berpikir seks itu jorok atau cabul. cerita sedetail ini sy rasa utk lebih memahami apa yg sebenarnya terjadi. berita di media luar justru mengesankan cerita yg samar yg justru merugikan penyintas. apa yg dilakukan HS jelas sdh seharusnya dilaporkan pd kepolisian dan tdk lg sebatas internal UGM. utk mbak Agni, jangan takut menghadapi HS dan kami masyarakat luas mendukung kasus ini utk dibw ke jalur hukum. jgn sampai terjd lg pd mahasiswi yg lain dan dibiarkan kembali oleh UGM. pelaku harus dihukum seberat2nya.
Hanya bisa bilang, semoga agni bisa memperjuangkan hak dan kehormatannya sampai tuntas. Sebagai sesama perempuan, saya turut prihatin atas pelecehan yang terjadi terhadap kamu apalagi setelah meminta keadilan kepada pihak kampus, malah seolah gak ditanggapi gitu, ya ampun udah trauma rasanya nambah sesak. Yang sabar agni.
Yang saya sesali adalah, kenapa bgt berani tidur dalam satu ruangan sama cowok. Harusnya kalau mmng mutusin bermalam,tidur disofa aja. Maafkan😥😥😥😥
Saya hanya alumni kampus biasa di yogya. Tapi Saya ga nyangka kalo dilokasi kkn bisa terjadi hal seperti itu dan itu diperbuat oleh HS mahasiswa UGM.. Miris.
Seharusnya jangan di bahas banget n dipermasalahkan tentang penulisannya. Itu kan gaya bahasa yang berusaha menjelaskan kronologi kejadian .. Yang perlu dibahas n diikuti adalah perkembangan kasus itu bagaimana.. Apakah Masuk ranah hukum/kepolisian atau hanya intern UGM. Bagaimana kelanjutan Agni n HS di UGM,, apakah sudah mendapatkan haknya yg pantas serta adil bagi Agni. Serta sudah kah HS mendapatkan sanksi atau hukuman yg pas dr akademik atau dari lainnya.
Berharap Agni bs kembali beraktivitas normal n segera kembali merasa aman nyaman n tenang dalam keseharian. Berharap HS tidak menghilang(pergi/kabur)dari ranah UGM/Yogyakarta.
Kalo saya nulisnya tidak sesuai dengan EYD mohon dimaafkan… Pizz
Penulisan berita menggunakan gaya fiksi sy pikir inovasi tersendiri buat mahasiswa. Apalagi tulisan ditujukan memng utk internal. Kronologi yg diberitakan juga lumayan. Meskipun sebenarnya kurang lengkap.
Beberapa kolom komentar bilang tulisan vulgas dsb menurut saya sih tdk demikian. Lihat dulu objek tulisannya ditujukan k siapa. Malah justru kronologisnya kurang lengkap pd saat malam itu. Harus ditampilkan juga ucapan2 dari saksi dsb utk meguatkan.
Jd utk menindaklanjuti tulisan ini sy tunggu judul selanjutnya ya. Apa itu kebijakan baru ugm atau komentar mahasiswa atau hasil akhirnya bgmn.
Support pers mahasiswa. Kebijakan miring univ bisa ditegakkan dg pers.
masih aja ada yg nyalahin si ‘Agni’ nya. heran gue, masih banyak yg victim blaming di Indonesia. udah dijelasin kenapa si ‘Agni’ harus nginep dan udah jelas kronologinya dan malah ada yg nyalahin jurnalisnya pula! eh, mbak / masnya.. kalau itu yg terjadi sama anak / saudara anda gimana?? saya malah setuju diceritakan seperti ini agar kronologinya jelas dan pembaca bisa tahu sekurang ajar apa si pelaku itu.. anda itu harusnya simpati kepada korban.. atau malah anda jangan2 kerabat pelaku?? pake ada yg ngaku2 open minded padahal dari komentarnya tidak mencirikan orang yg open minded. miris
Hello… Kalo membaca itu jgn asal dibaca, dipahami juga dong. Sudah sgt jelas tertulis nama si penyintas (korban) dibuat nama samaran (Agni), dan nama si pelaku itu pake inisial (HS) bukan nama lengkap.
Maaf ada bagian yg kurang jelas, pada malam kejadian, ada dua mahasiswa yang satu sub unit dengan korban, kemudian di tengah malam itu, tinggal HS ; satu lagi mahasiswa yang satu sub unit itu kemana?
Pengalaman saya dulu waktu KKN, satu sub unit itu mahasiswa dan mahasiswi tinggal di satu pondokan / rumah; hanya kamar nya yg dipisah ? Kenapa mahasiswa yg satu sub unit dng korban tidak mengantar korban pulang ?
jaman saya KKN dulu mahasiswa yg satu sub unit jadi “bodyguardnya” mahasiswi yg satu sub unit, kemana mana teman satu sub unit yg ngantar / nemani mahasiswi
Kalau ada mahasiswa tega dng teman KKN sendiri, jaman saya dulu mungkin sudah dihajar rame rame
Mental mahasiwa sekarang gimana sih ???
Wew emang dari awal niatnya bejat banget. Mempersilahkan si A tidur di kamarnya, tapi dia mau tidur sekamar sama si A, Mana pake alasan keadaan dan keterbatasan – manipulatif sekali. Udah niat lah ya.
Kalau kasus perkosaan itu masuk delik aduan atau delik biasa? Misal masuk delik biasa, perkara dapat diproses tanpa adanya persetujuan dari yang dirugikan (korban). Jadi, walaupun korban telah mencabut laporan/pengaduannya kepada polisi, penyidik tetap berkewajiban untuk melanjutkan proses perkara.
Jadi, misal mau ditindaklanjuti, perlu adanya informasi yang pasti tentang kejadian tersebut…
saya harap pelaku dikeluarkan dari UGM secara tidak hormat dan penyintas dapat diberikan bimbingan dari sisi psikologisnya. tolong ya yang masih menganggap rendah kasus kekerasan seksual, buka kembali pikiran anda dan bayangkan ketika hal itu terjadi pada anak anda sendiri. terimakasih kepada balairung press! tetap jaya NKRI!!
Anjir, jadi mahasiswa UGM kalo memperkosa orang legal gitu ya? Gada rubrik DO atau hukuman gitu atas tindakan pelecehan seksual atau sebagainya?. Hina bener ini kampus, busetdah. Nauzubillah
kasus-kasus seperti ini memang sangat sulit diselesaikan, dikarenakan tidak adanya bukti maupun saksi yang mendukung pernyataan keduabelah pihak yang bersangkutan
Kasus pelecehan bisa merusak mental seseorang dan mengancam keberlangsungan hidup seseorang dimasa depan jika tidak ditangani dengan serius. Psikologi sesorang akan lebih terpuruk jika keadilan yang dia dapat tidak sesuai apa yang dilakukan pelaku kepada dirinya.
Saya tadinya baca ini karena tertarik dengan pengusutan kasus pemerkosaan di PTN kebanggaan negeri ini, tapi begitu baca komentar kok malah pada protes tentang kronologi kejadian?
Saya tidak tahu apa-apa tentang etika jurnalisme, tapi saya sebagai pembaca menginginkan berita yang lengkap dan jelas. Saya tidak tahu apakah menceritakan kronologis kejadian pemerkosaan itu dilarang di dunia jurnalisme, tetapi kalau memang itu diperlukan, apakah masih saja tidak diperbolehkan? Sampai-sampai banyak yang protes.
Padahal menurut saya, kronologi kejadian itu penting, supaya orang tahu bagaimana bentuk pemerkosaan yang dialami penyintas. Kalau pemerkosaan bukan hanya paksaan melakukan hubungan intim sampai bertemunya dua kemaluan. Kalau penetrasi menggunakan jari pun termasuk pemerkosaan.
Kalau tidak dijelaskan sedetail itu, apakah pembaca akan mengira kalau pemerkosaan yang dialami penyintas berupa penetrasi, bukan paksaan hubungan intim sampai bertemunya dua kemaluan? Karena, jujur saja, awalnya saya mengira kalau pemerkosaan yang terjadi adalah yang paksaan hubungan intim. Ketika saya membaca kronologinya, saya jadi mengerti bahwa pemikiran saya sebelumnya salah. Dan karena penjelasan tentang bentuk pemerkosaan yang dipaparkan, saya mengerti bahwa kasus penyintas memang suatu pemerkosaan.
Heran dengan pembaca yang protes, masih saja kepikiran bagian yang dianggap vulgar setelah membaca lebih banyak paragraf setelahnya. Atau jangan-jangan yang dibaca bagian vulgarnya saja?
Dan untuk Agni, kamu hebat. Kamu benar-benar memperjuangkan hakmu. Hidup sebagai wanita memang sulit—ya, saya tahu kalau menjadi lelaki pun sama, tapi untuk kasus yang seperti ini kebanyakan kasus menyalahkan pihak perempuan. Semoga kasus ini segera tuntas sesuai yang seharusnya, tidak ada lagi berat sebelah.
Mengutip kata ibu-ibu yang mengatakan tentang kucing dan ikan asin, ini ikan asinnya dibungkus loh, kucing kurang ajar macam apa yang berani buka-buka bungkusnya? Agni berjilbab, tapi masih diraba-raba. Ini sih memang lelakinya saja yang bajingan.
Terima kasih.
Netizen budiman,
Bacalah artikel ini dengan bijak.
Penulis sudah menyatakan mendapat persetujuan dalam penulisan oleh penyintasnya.
Maka sevulgar apapun bahasa dalam kronologis yang disampaikan itu merupakan penjelasan detail agar semua pihak paham seberapa dalam kasus ini berawal.
Cobalah hapus pikiran anda dalam pikiran kotor menganggap bahwa ini tulisan yang kurang senonoh.
Kronologis dibuat detail agar pembaca paham seberapa berat yang dialami penyintas, dan seberapa keji perbuatan pelaku.
Saya adalah wanita yang sering kali melakukan aktivitas hidup diantara laki laki, baik dimasa praktikum kuliah, kegiatan diluar kampus bahkan KKN, mereka menjaga saya dan tidak sama sekali berpikiran kotor maupun melakukan tindakan ttidak terpuji.
Aneh sekali, BAHASAN SOAL SEKSUAL SELALU TABU UNTUK DIBICARAKAN DAN SELALU LEBIH MUDAH UNTUK SEKSUAL DILAKUKAN.
Terlalu banyak kasus pemerkosaan yang ada di negara ini tapi sulit untuk mencari keadilan dari kasus tersebut.
Cobalah fokus akan keputusan pihak civitas. Bagaimana ketidak adilan yang didapatkan oleh pihak penyintas .
Fokuslah akan hal hal itu, bukan kepada kronologis kejadiannya.
Hal yang diutamakan disini sudah jelas mencari keadilan, bukan pada kronologisnya
jgn kasih kendor..tetap tegak kan kebenaran diatas kebathilan.
karena disaat yg baik diam…yg bathil merasa betul..
buat pelaku..semoga lu lemah syahwat..membusuk n mati..
aamiin
Inilah hasil sistem pendidikan sekuler yg mendewakan hedonis.
Pendidikan di Indonesia sudah rusak sejak dari akarnya, maka batang, cabang daun dan buahnyapun rapuh membusuk.
Ikut sedih atas peristiwa yg menimpa Agni….
Namun ini butuh pembuktian, dan itu tidak mudah.
Saya tidak berani menyalahkan satu dan membenarkan yg lain, karena ini benar2 pelik.
Detail kronologis dimaksudkan agar pembaca, salah satunya cermat dengan kondisi psikis pelapor. Prioritasnya adalah perasaan pelapor, selanjutnya adalah empati pembaca.
Jiwa para pengayom UGM sedang diuji. Tks.
Saya seorang pria manajemen H..
Dari Alumni Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Menurut saya keadilan harus di tegakkan.. kasihan si agni..
Terus semangat mbak agni.. kawal terus rek si agni .. beri dia semangat..
Semangat Mbak Agni.. Badai pasti berlalu ,😌
Sedih mendengarnya~
Mudah-mudahan pelaku bukan seperti yg saya pikir, pelaku anak salah satu pejabat negeri ini, yg kemudian kampus takut untuk menindaknya, karena itu sering terjadi~
Semoga pikiran saya salah~
Semangat Agni, kamu wanita tangguh 🙂
Halo. Saya sangat mengapresiasi tulisan ini, karena sangat berani dalam mengungkap sebuah fakta. Ternyata, banyak yang menyayangkan mengenai cara penulisan kronologi pemerkosaan bahkan dianggap fulgar/erotis/cerita panas.
Menurut saya pribadi, saya rasa kronologi kejadian sangat perlu untuk diungkap secara detail, agar pembaca dan pihak-pihak terkait tahu bagaimana berada di posisi Agni dan tahu betapa bejatnya perilaku HS! Toh, pada kolom peringatan sudah dijelaskan bukan? Bahwa setiap unsur di artikel ini telah mendapat persetujuan dari penyintas.
Untuk Agni, tetap semangat ya! Kamu pemberani, sangat pemberani! Mungkin jika saya berada di posisi kamu, saya tidak akan seberani kamu, berjuang menuntut sebuah keadilan! Respect untuk kamu ya, Agni. Kamu tidak sendirian dan tidak akan sendirian, Agni. Banyak yang mendukung dan mengirim do’a untuk keteguhan hatimu.
Salam.
Kasus pelecehan seksual memang mengerikan. Penyelesaiannya pun ruwet,penyintas lbh sering dipojokkan. Semoga UGM bisa menyelesaikan kasus ini hingga tuntas dan seadil-adilnya.
Kami bersamamu,Agni. Semoga Tuhan senantiasa memberi kekuatan agar tetap tabah melewati masa-masa sulit ini..
Nitizen yang cerdas budidayakan membaca dengan melihat peringatan penulis, lagian bilang artikel ini mesum, kotor dan lain” mengapa anda baca anda lihat gitu lho paham, kalau tidak mau baca artikel nya tidak usah di buka sekian jadilah nitizen yang smart #salam mahasiswa
maaf,saya hanya ingin perpendapat,ini hanya menurut saya,yg saya pandang dari kedua belah pihak,dan tidak bermaksud membela siapa2,saya kurang srek apalagi setelah si agni ini mencritakan kronologinya,yg pertama yg saya pandang,kenapa agni ini mau atau tidak berfikir 2kali untuk tidur sekamar dengan lawan jenis,atau mungkin mnta tolong si HS untuk tidur diluar tidak bersamanya,atapun minta si HS ini minta antarkan ke rumah temannya yg sebelumnya ia ingin kunjungi,yg kedua,apa lg ini cwo,lgi hujan dan mati lampu,hawa nafsu terbesar
lelaki itu adalah wanita,pada saat si HS beraksi,mengapa agni malah berpura2 tidur padahal dia sudah merasa tubuhnya tidak aman(lelaki melakukan hal tersebutpun selagi korban msh dalam keadaan terlelap,dia akan trs melanjutkan aksinya),dan dia hanya berharap si HS behenti melakukan hal keji tersebut,walaupun sudah berhentipun,saya jg tdk akan lg tidur satu kamar dengannya(sebagai seorang wanita badan saya disentuh sedikit sja bkn muhrim saya,saya sudah memberontak,krna saya sudah merasa tidak aman),krna saya tau dia sudah melakukan hal tidak senonoh kpda saya,yang ketiga,sebenernya triak mnta tolongpun psti orang2 jg akan membantu bukan berfikiran kalian macam2,yang keempat,knp agni tidak kabur saja atau lari kepintu untuk kabur(bknnya hanya bergeser,krna masih bisa ditarik lawan)mungkin kalian berfikir ya mana bisa lah orang keadaanya sedang tidak ada listrik,mana kelihatan,ya kalau tidak keliahatan si cowo ini kenapa bisa melihat si agni,atau mungkin kalian bilang ya dia udh lemes krna nahan marah dan takut,jdi mana bisa lari, distu pun agni memberi tahu kalau dia bergeser ke lawan arah,jdi dsni saya tidak membela siapa2,saya menyalahkan keduanya,kenapa sicewe mau satu kamar dengan sicowo ,sama aja kalian sudah tau dipantai itu ada hiu,tpi kalian tetap berenang,yang kedua si cowo ini kenapa tidak berinisiatif tidur didepan saja agar si agnipun merasa nyaman,jdi tolong bagi lawan jenis lebih berhati2 dalam hal apapun agar hal ini tidak terulang lg dan berita ini menjadi pelajaran untuk kita smua,sayapun sebagai wanita tidak trima diperlakukan seperti itu.(MAAF SEKALI SAYA HANYA BERPENDAPAT DAN TIDAK MENUDUH)
Benerrr .. kenapa dia mauuuu … Hujan bukan alasan lah tuk ga balikk .. apalagi cuma sekedar ga enak tuk bangunin pemilik pondok… Tp kok aneh tempat pondok nya ditempat hs cuma 1 orang ya… Hmmm
Gak bisa bayangin aja kalo semisal kena DO, udah selesai sidang tinggal yudisium. Eh kena DO. Nyeseek coyy nyesekk 😂😂😂
Membayangkan menjadi Agni yang harus melewati ini tanpa dukungan, apalagi mendengar pernyataan dari pihak kampus, sangat menyakitkan untuk saya, yang juga seorang wanita. Bagaimana bisa, ada orang yang bisa memberi pernyataan “kalau kamu ga nginep, gak akan kejadian toh?” Wtf. Masalahnya ini sudah terjadi, dan yang jelas pelaku harus dihukum berat atas pelecehan seksual ini.
Untuk Agni, jangan pernah menyerah. Doa kami semua selalu mengalir untukmu. Dukungan kami, selalu menyertaimu.
Untuk yg mempermasalahkan penulisan kronologis katanya terlalu jelas, tolong buka pikiran anda. Masyarakat Indonesia ini butuh untuk diberikan edukasi mengenai sex. Kalau cara berpikirnya seperti anda, kapan Indonesia mau sadar akan pentingnya sex education? Buka pikiran anda. Membicarakan sex tak melulu berbicara tentang pornografi. Buka pikiran anda, agar Indonesia menjadi lebih baik.
betul banget.. sex education masi dianggap tabu di Indonesia, shg ketika dewasa jd penasaran, terus salah belajarnya de
Ya Allah… Padahal cuma baca tapi kronologinya bikin aku ketakutan sendiri sampe menggigil. Astaghfirullah. Mbak Agni semoga kamu mendapatkan keadilan.
Salut untuk penulis, saya rasa yang dilakukan penulis sudah benar. Tidak ada pikiran jorok saat saya membaca artikel ini.
Setuju bgt sama cara penulisan krinilogis yg mendetil seperti ini. Selain memberi gambaran jelas ttg kejadian, sekalian mengedukasi pembaca bahwa pemerkosaan itu bukan hanya sebatas bila penetrasi dilakukan dgn penis. Nope. Menurut KBBI, perkosa itu berarti menundukan dgn kekerasan. Yang artinya, mau bentuknya penetrasi dgn penis, penetrasi dgn tangan, penetrasi dgn lainnya, ataupun meraba, meremas, dll tanpa seizin korban dpt disebut pemerkosaan. Kalau kalian masih menganggap bahwa pemerkosaan itu hanya sebatas “pelaku memasukan penisnya ke dalam vagina korban”, selamat, kalian sudah berkontribusi dlm menciptakan pemerkosa2 di Indonesia. Karena mereka akan merasa aman dari tuntutan pemerkosaan selama mereka tidak memasukan penis mereka ke vagina korban. Kalau kalian menganggap artikel ini vulgar, apakah artikel yg menceritakan kronilogis pembantaian keji secara rinci juga akan kalian anggap vulgar? Kalau kalian anggap artikel ini tidak sopan, artikel ini masih menggunakan bahasa Indonesia sesuai KBBI kok. Kalau kalian menganggap artikel ini tidak pantas karena terlalu gamblang, apakah kalian tidak membaca peringatan yg dicantumkan sebelum artikel ini? You read it with your own risk. Dewasa lah, pembaca.. Kalian membaca artikel ini berarti kalian setuju dgn segala bentuk ke-“vulgaran” yg ada di dalamnya. Kalian sudah dewasa, kalian sudah pernah mendapatkan pelajaran biologi di sekolah, dan kalian seharusnya sudah bisa membaca dgn bijak. Tolong, fokus pada topik artikel ini: Ketidakadilan pihak UGM dalam menangani kasus pemerkosaan di lingkungannya.
Buat balairungpress, you rock guys! Saya rasa kalian berhasil dalam menerbitkan artikel yg membuka mata pembaca. Dengan artikel ini, saya diingatkan kembali ttg jeleknya penanganan kasus kekerasan seksual di Indonesia, ttg parahnya victim blaming di dunia ini (tdk hanya d Indonesia), dan dgn artikel ini juga saya menjadi yakin bahwa tidak seharusnya pendidikan seksual dianggap tabu di Indonesia.
Untuk Agni (atau siapapun namamu sebenarnya), tetap semangat dan istiqamah. Ingat, Allah tidak akan memberikan hamba-Nya cobaan yg tidak akan mampu ia lalui. Insya’ Allah jika kamu berhasil melaluinya, derajatmu akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Kalian bacanya gak nyaman yaa? Risih? Jijik? Apalagi Agni yang merasakan langsung. Kenapa perkosaan dan pelecehan seksual banyak yang tidak dilaporkan, karena para penyintas takut dengan anggapan² kalian manusia² nyinyir yang justru malah menyalahkan mereka.
Membaca kasus ini sy jadi teringat film serial ’13 reasons why’, dimana pemain utama nya meninggal bunuh diri krn terlalu depresi ,penyebab dia bunuh diri adalah krn dia mengalami pemerkosaan, pelecehan dan bully,, dan itu terungkap setelah dia meninggal… saya salut dengan Agni, dia bisa speak up mengenai apa yg dia alami… tdk semua perempuan bs mengungkapkan pelecehan yg dia alami,dilemanya jika korban bicara kadang jg disalahkan…. pelecehan tersebut biasanya membuat traumatis…. saya berharap pelaku tdk mengulangi perbuatan dan mungkin diberikan sangsi yg setimpal dan semoga tdk ada korban2 lainnya.
Sebaik apapun reputasi kampus, seharusnya tidak mengabaikan kejadian seperti ini. Salut dengan kegigihan dan keberanian penyintas untuk semua usahanya hingga saat ini. Salut dengan Balairung Press yang telah mendeskripsikan kejadian sedemikian rupa, dan menurut saya ini bukan persoalan bahasanya vulgar, pornografi atau apapun, melainkan untuk menyuguhkan peristiwa utuh tanpa ada salah pemahaman atau persepsi. Jangan sampai pemerkosaan menjadi hal ‘biasa’ dikalangan pendidik yang terpelajar.
Knp tidak sampai ke polisi?
Ini logikanya mana ? Itu sudah mengarah ke pemerkosaan ! Kekerasan Seksual !
Hukumannya Pidana !
Kok ya masih dibela mahasiswa ga punya otak kayak gitu !
Emosi saya, tetek bengek lainnya itu kayak melindungi nama baik Instansi saja, keadilan harus ditegakkan !
Perspektif Agni yg paling jelas, sebagai korban.
Mana ada Maling ngaku Maling.
Mbok yang bener he pejabat UGM
Pers yang seperti ini yang dicari oleh bangsa saat ini… Berkualitas menulis sesuai dengan fakta, sehingga hukum bisa menilai secara saksama apa yang harus dilakukan. Kita berharap kasus ini selesai dengan hukum tegak seadil-adilnya.
Yang masih komentar tentang bagaimana seharusnya tulisan ini ditulis, mungkin kalo ibarat penonton tv, Anda tipe ibu2 rumpi penonton sinetron yang sibuk nyinyirin tentang sinetronnya tapi tetep nikmatin itu sinetron, pasti jarang banget ya nonton pemberitaan eksklusif semacam Mata Najwa 😂 HAHAHA MIRIS!
Maju terus balairung, bersama kita dampingi Agni!
Hasil visumnya ditunjukin biar semakin jelas pemberitaannya. Apa saja bukti yang dipunyai Agni agar si pelaku mendapat hukuman yg benar-benar setimpal.
Paragraf Kronologi memang harus detail, sebelumnya sudah dijelaskan kalau ini berita tentang pemerkosaan,jadi harusnya dijelaskan kejadiannya yang sebenarnya agar tidak salah paham.
Saya sangat menyayangkan respon dari civitas UGM yang pemikirannya sangat tidak memiliki keadilan, KORBAN bahkan diberi nilai C. PELAKU bukannya di DROP OUT dengan alasan DO hanya karena masalah akademik sedangkan kejadian itu masalah perilaku saja. JADI SAYA dapat MENYIMPULKAN bahwa UGM adalah kampus yang mayoritas orangnya lebih mementingkan NILAI IPK daripada AKHLAK MAHASISWANYA.
pantesan mentri mentri jaman now yg kebanyakan dari ugm, pemikirannya ga logis mirip.dosen dosen yang ada di berita ini.
Aku pikir salah satu solusi untuk keduanya ialah dengan dinikah kan, karena berbicara keadilan itu tabu apalagi keadilan di dunia
dinikahkan dengan orang yg sudah menghancurkan psikologis nya itu suatu kesalahan yg sangat amat besar bung
Lol banget ni orang. mana bisa seenaknya nikah sama orang yang udah ngebuat trauma
dinikahkan dg pemerkosa? mikir lo, otak lo dipantat. Sama aja lo ngasi kehidupanny ke predator serigala. Tiap malam dientot gak dinafkahi.
jujur sy cowok, dan sy cowo sangat normal sekali (bkn gay). Tp kok jijik dg kelakuan pelaku. Tdk manly sama sekali. Pecundang. Sy aja pacaran, mhn maaf bknny sombong. Istri sy yg ngejar saya (kebetulan dia cantik&bohai maklum keturunan arab). PIN BBM sy aja sampai dia cari sendiri dan tiba2 BBM sy ada pesan msk dari dia . Ajakan utk menemani makan malam.Hanya makan malam dan setelah itu mengantarkan pulang. Oya, kami saat itu satu kantor. And then u know lah. Setelah dia sangat nyaman dg saya karena sy sangat sayang dan mencintainya. Akhirnya sy kontrak satu rumah sendiri. Dia meminta ML dengan mengatakan juga saat kami sambil having sex with high penetration..” kamu nanti nikahin aku ya”…sy jwb “iya sayang”..dan dia memeluk sy sangat erat sekali sambil melakukan kontak hebat dan memuaskan diatas ranjang.
Well, in the end. We got marry and have 2 children. They all boys, cute and so energized. Run and jump in everywhere places.
Untill i write this my story, Untill i got the heavy of the world in our life. Sy khilaf terpancing saat istri marah2 dan sy melakukan KDRT. Dia kabur bawa anak2.
Karena sy khilaf dan saat sadar sy sangat mencintainya dan juga sy sangat menyayangi anak2. Sy hadapi kesalahan sy dan walaupun sbenarny bukan seluruhny kesalahan sy karena dia yg memancing dg mengatakan “ayo pukul aku…pukul aku”
Saat ini sy sdg menghadapi keluarga besarnya dan sy terus berusaha meminta dia blk dan slalu sy mengucapkan minta maaf kepada dia.Sy tau dia msh sayang sama sy karena sdh hampir 5bln pisah rmh, dia blm memproses cerai. Sy berharap kpd Alloh SWT, sy takut dg apa yg sdh sy lakukan dg dia saat pacaran smp terakhir ini.Sy takut msk neraka, maka sy mempertanggungjwbkan semuany.Sy tetap bertahan memohon dia kembali walaupun sy disakiti scr psikis dan sy difitnah/dihina2 oleh dia.Sy tau dia msh emosional.Sy tunjukkan perubahan diri, sy tdk pernah terpancing,slalu sabar dan sy belajar mjd imam yg lbh baik. Hingga terakhir saat ini, dia sdh mau meminta nafkah ke sy lagi dg minta modal utk berjualan. Sy tetap kasi, pulsa pun sy isi. Kebutuhan anak2 sy penuhi. Sedikit demi sedikit mulai cair suasananya.
kenapa saya cerita diatas, wanita di dunia adalah memang ditakdir utk “menggoda” kaum adam.
Maka para lelaki, berlatihlah menjadi gentle dan setia.
Disaat km blm mempunyai pasangan dan sdg mengejar cita2, biasakan menjadi pemalu kpd semua wanita hingga akhir jodoh km tiba dg sendirinya. Smuanya pasti ada tandanya dr Alloh asalkan para lelaki tdk menganggap wanita sbg objek seksual.Smua akan indah pd wktnya. Jangan jd pemerkosa,bersikaplah gentle justru para lelaki harus menunjukkan sifat gentle utk melindungi wanita.
Sy dlm kondisi pisah rmh dg umur msh 30an, byk wanita dibawah umur sy yg tertarik dg sy.Tp karena sy mempertanggungjwbkan apa yg sy sdh lakukan kpd istri dan sy ingin mjd kebanggaan anak2 sy kelak saat mereka tumbuh dewasa. Sy slalu menjaga bahasa,pandangan dan sikap sy thdp para wanita yg bbrp menggoda atau mendoba intens dekat dg sy.
sebagai lelaki, kita hrs pny hati dan pikiran, jgn hanya nafsu. Hidup hrs bs menghargai wanita walaupun mereka memang kodratnya akan selalu menggoda iman para lelaki. Ingat, para lelaki jika kalian birahi.Lakukan dg benar, menikahlah dan berkomitmen setia. Karena manusia dan hewan dibedakan oleh akhlak dan pikiran rasional.
Stop menjadikan wanita sbg objek seksual, berlomba2 lah menjadikan mereka sbg istri dari anak2mu dan nafkahilah dg layak dan jadilah imam atau pemimpin keluarga yg baik serta jgn menganiaya istrimu walaupun dia salah.Karena setiap rumahtangga yg gagal, semuanya adalah yg salah suaminya atau pria karena gagal mendidik istrinya.
Karma is real, semoga semua pihak yang bersikap tidak adil terhadap Agni mendapat balasan dari Allah SWT, amin. Dipikir berbuat dzolim kepada seseorang nggak ada balasannya?? Termasuk untuk HS, kalau memang masih bisa lolos dari jeratan hukum, lolos diwisuda, lolos dari hukuman sosial, aq yakin pasti tetap ada balasannya. Tuhan tidak akan diam!
Bayangkan Ibumu atau adik/kakak perempuanmu atau anak perempuanmu atau mungkin Anda yang ada di posisi Agni. Apakah sikapmu akan sama (seperti yang kau katakan pada kasus agni ini)?
Menurut saya baiknya kasus ini di investigasi lebih lanjut. Harus dilibatkan pihak-pihak terkait termasuk penyintas dan pelaku. Pada artikel ini, (mohon maaf) menurut saya lebih menitikberatkan pada satu pihak saja. Bagaimana dengan HS? Mediasi juga menurut saya perlu dilakukan untuk penyintas dan pelaku, sehingga hasil akhir tidak merugikan pihak manapun.
Saya adalah orang tua mahasiswi di salah satu PTN di Jakarta.
Menurut hemat saya,
Nama baik UGM pasti dapat dipulihkan dengan
cara mengungkap kasus ini dengan jujur & adil… Kemudian memberikan rasa aman bagi seluruh civitas akademika yang berniat baik & tulus sekaligus menjadi peringatan bagi yang akan berniat & berpikiran buruk.
Nama baik korban harus dipulihkan, pelaku harus diberi sanksi tegas, agar bertaubat & memperbaiki diri. Para calon2 pelaku akan berpikir beribu2 kali sebelum menzalimi orang lain.
Yang terhormat :
Bapak Rektor, bapak2 Dekan, bapak Menteri, bapak2 polisi… Kami percaya anda semua mampu bertindak adil… Mungkin anda tidak mempunyai anak perempuan… Tapi, ibu anda pasti seorang perempuan yang harus anda lindungi.
Terima kasih.
Salam. Saya Devan. Entah kemapa banyak komentar yang menunjukkan ketidaksetujuannya atas paragraf yang membahas detail dari kasus tersebut.(dibagian pemerkosaan). Menurut saya ini adalah salah satu cara edukasi dari balairungpress menunjukkan bahwa perkosaan bentuknya tidak harus menggunakan (maaf)penis. Mungkin saja banyak kawan-kawan UGM diluaran sana yang memiliki kasus yang sama namun tanpa saksi dan pengetahuan yang cukup untuk menanggapi pelecehan yang terjadi. Tetap semangat. Semoga Tuhan selalu melindungi kita semua bangsa Indonesia. Hidup pers mahasiswa
Setuju
Kepanjangan bangsat
kau aja yg males goblok
Keren ceritanya, semoga ybs mendapat pentunjuk dan rahmat dari Yang Maha Kuasa.
06/196371/TK/32017 – Teknik Geologi UGM ’06
Saya pernah ada di posisi agni. TERPAKSA MENGINAP BERSAMA PRIA. BUKAN KEINGINAN HATI,TAPI KONDISI HARUS BEGITU. Tetapi sy beruntung tidurnya terpisah kamar karena tempat menginap ada beberapa kamar. Alhamdulillah tidak terjadi apapun dan pria2 yang menginap bersama saya TIDAK ADA YANG JAHAT DAN BEROTAK KOTOR. Saya tidur juga pakai pakaian lengkap dan berjilbab. Menurut saya,agni sudah berhati hati dan menjaga kehormatan diri. Namun,bukan salah agni jika si pria ternyata mesum.
Kalau memang si pria tidak jahat, dia akan mengendalikan diri. Walaupun ibarat kucing dapat gereh,kalau dia TIDAK JAHAT,dia tidak akan memyentuh agni,karena dia manusia yang punya otak,bukan kucing!!
Ini pelecehan seksual,kejahatan,bukan kenakalan anak anak! Perlakukan kejahatan sebagaimana mestinya. Tim dari UGM mestinya melibatkan pakar hukum,karena sudah masuk ranah kriminal. Kok malah si penjahat dikasih konseling tanpa ada sanksi apa apa,malah masih akan bisa lulus? Wow. Mengerikan.
Yang menyalahkan agni,pikir saja kalau hal tersebut terjadi pada tubuh anda! Saya jamin anda juga akan merasakan yang agni rasakan,menangis,depresi,ketakutan,menyesal,dll dll. Kecuali kalau anda menikmati disentuh pria asing yang tidak ada hubungan perkawinan dengan anda. Semoga Allah memberikan bantuan dan pertolongan pada Agni,menghukum si cabul dengan hukum yang semestinya. Semoga Agni tetap semangat,percaya pada Allah dan segala ketentuannNya. Kami mendukungmu. Semoga Allah buka hati dan mata para pejabat yang menginvestigasi kasus Agni. Semoga kepintaran tidak menjadikan takabur dan mematikan hati. Aamiin.
Diperkosa ? Mulai saling suka tapi kebablasan ? Entahlah …
Kenapa yang bersalah yang di hukum iini negara hukum coba di selidikin lebih jelas lagi. Hak perempuan dilindungi bukan di nodai lalu di caci maki.
Apakah mungkin bisa membantu kalau diinvestigasi juga keseharian si pelaku?
Apa ya, namanya, apakah profiling?
Kalau memang hidupnya busuk, tentu membantu Agni untuk berjuang.
sbenernya saya bingung? apa yg d cari agni dr kasus ini? apakah nilai? apakah hukuman untuk pelaku? apakah “closure”?…
dr sisi manapun semua pihak menurut saya punya andil kesalahan dalam kasus ini….
untuk penyintas sekarang apa yg dia inginkan?
untuk kampus jelas ingin jaga nama baik
pelaku ingin move on dan lulus…
sisi subyektif saya penyintas ingin “closure” dan “move on” dr kasus ini…
langkah awal adalah konsultasi pada orang yg tepat….
runtutan kejadian menunjukkan bahwa kasus ini sangat bisa dhindari…dan yg terjadi sangat disesalkan… tp ini bukan murni kesalahan 1 orang…
usia penyintas ada dmasa krusial… apa manfaatnya orang lain dputus bersalah dan anda benar… meski dalam hati anda penyesalan akan terus jalan karena anda yg mengambil keputusan2 kecil menuju terjadinya kasus….
memutuskan orang lain bersalah dan mendapat hukuman adalah sebagian kecil untun membuat penyintas merasa kan “closure”
hati2 dengan encouragement dr rekan2 yg bersimpati kepada penyintas tetapi malah menjerumuskan penyintas kepada memori buruk yg terus digali gali….
membela dan memberi semangat boleh… hati2 agar belaan anda menjadikan orang yg anda bela menjalani kehidupan lebih baik ke depannya… jangan hancurkan segalanya demi kemenangan sesaat…
lebih baik fokus untuk mendapatkan ketenangan…menimpakan kesalahan tidak akan menyelesaikan masalah… kecuali hati nurani berkata lain…
eh bayu, lagak lo ngmngnya selangit. segampang itu lo ngmng. Cb lo jd korban sodomi, apa segampang itu lo ngmng, apa lo bs setenang diatas ngmngnya.
Tdk ada ceritanya pria jd korban pemerkosaan lawan jenisnya Jd berilah respek kpd para korban wanita. Tdk usah menjudge.
Ini bkn salah dan benar, ini pembuktian dimana si pelaku hrsny bisa menjaga sikap. Belajar mjd cowo gentle, melindungi wanita bkn malah melakukan serangan seksual.
Skrg sy tanya sama kau Bayu, kalau kau diposisi HS bgmn?
jwb dg jujur…
tidak perlu dijawab anda sudah tahu jawabannya….
kalian bermimpi kalo semua manusia harus sempurna… semua cowo akan bisa jaga sikap dan be gentle…. ini dunia nyata bukan drama korea
apa manusia tdk pantas mendapat kesempatan memperbaiki kesalahannya? apa si cowo tdk merasa bersalah apa yg dlakukan?
silakan d cek lagi….
semua pihak ini salah…. tp buat apa kejar2 terus mana yg salah… dan minta hukuman ini itu… kalo dia memang predator tdk bisa sembuh ya hukum seberat2nya…
kondisi kasus ini jelas terlihat beebeda… apalagi dengan yg anda bandingkan dengan sodomi….
makanya saya tanyakan, apa yg dmau si penyinyas…. orang2 dsekitarnya menjerumuskan dia dengan membesarkan kasus ini sehingga dia terus bergulat dengan memory…dan konsekuensi bari terus berdatangan… alih2 dengan konsultasi dengan orang yg tepat dia tidak alan mengalami kerumitan ini…
Ini cerpen atau artikel? Transkrip gak harus di tuang semua, tulisan begini gak bakal lulus dewan pers. Tolong diedit lah redakturnya. Terlalu banyak nama yang diinput ke artikel. Bacanya pun jadi rancu, terlalu banyak sudut pandang.
Buat kasusnya, Agni mending lapor ke polisi aja, pidanakan HS, penjarakan, baru bisa di DO karena terlibat tindak pidana, gak perlu nunggu dari pihak kampus, UGM ribet.
Saya juga mengalami hal yang sama, tapi tidak seberat mba agni di atas. Saya sangat menyayangkan pandangan orang jaman sekarang. Mereka semua berpendidikan tapi tidak bisa berfikir layaknya manusia yang punya hati nurani. Semua orang berpandangan bahwa kedua belah pihak sama salahnya. Kalo kalian semua (pihak pihak yg ijut menyudutkan) tau rasanya seperti apa jadi pihak yang dilecehkan, kita sebisa mjngkin menghindari kejadian itu kalau kita tau akan terjadi hal seperti itu, yang kita butuhkan cuma bantuan dari orang sekitar untuk membangun rasa kepercayaan diri kita setelah kejadian itu bukan butuh pandangan dangkal mereka tentang apa yang terjadi (karna mereka bukan tuhan yang menentukan siapa yang salah dan seberapa besar porsi kesalahan kita), kalian tidak akan tau rasanya susah bangkit untuk menjalani kehidupan normal setelah kita di lecehkan oleh teman angkatan sendiri. Sangat susah hingga rasanya ingin mati, sangat kesepian hingga rasanya tidak ada satupun orang yang bisa memahami, bahkan bertemu psikologpun rasanya selalu dan selalu menangis kenapa harus saya dari sekian banyak orang, kenapa harus saya yang hidupnya hancur, kuliah gak bener, percaya diri hilang sedangkan pelaku dan teman temannya hidupnya normal bahkan lulus tanpa ada hambatan .. saya benci bagaimana perempuan disamaratakan seolah olah tidak apa apa dilecehkan toh banyak juga perempuan yang kelakuannya sudah buruk dan cenderung nerima nerima aja ketika di lecehkan .. asal kalian tau tidak semua perempuan bisa diperlakukan seperti itu, bukan berarti suka umbar aurat artinya dia bersedia di lecehkan, bukan berarti tidak berteriak ketika di pegang tanggannya artinya kalian bisa melakukan lebih dari itu, bukan berarti tidak pernah marah ketika di lecehkan artinya tidak pernah menangis. Ketika menjalani hidup saja udah mulai terasa sulit dan bahkan psikolog saja sulit untuk membantu. Tapi masih ada saja segelintir orang yang berfikir keslahan ada di dua belah pihak, sungguh rusak pikiran dan hati mereka yang bilang begitu, karna kalian tidak pernah tau rasanya ditempatkan di posisi itu.
Saya sadar ternyata bukan hanya lingkungan saya yang rusak, tapi bangsa ini sudah rusak. Bahkan orang orang berpendidikan seperti kampus UGM pun hati dan pikirannya sudah di rusak oleh setan.
Yang kuat ya mbak. Sedih banget baca ceritanya, yg bs saya lakukan adalah mengirim doa untuk mba dan agni semoga investigasi kasusnya diberikan kelancaran dan keadilan, dan bagi para pelaku, semoga mendapat balasan yg setimpal
Hi Agni, you are very strong girl! I know you are right no matter how people say anything to you! Im so sad when i read this articel. Kebanyakan orang indonesia jika ada kasus pelecehan yg disalahkan pasti pihak wanita, merek berfikir kita sbg wanita yang memancing untuk dilecehkan. Namun faktanya 80% korban pelecahan yg dilecehkan memakai baju sopan dan tertutup. Saya sadar di Indonesia masih sangat amat tabu untuk berbicara tentang sex education, tp tidak tabu saat melakukan pelecehan seksual verbal maupun non verbal. Saya tahu kamu wanita kuat Agni. Buat orang2 yg masih anggap Agni salah wahh kalian luar biasa , kalian tidak tahu giman rasanya jd korban pelecehan. (may god always bless your life)
Sudah lama saya tidak mendapati jurnalisme seperti ini. Apa yang Anda sekalian kerjakan ini adalah jurnalisme dalam pengertian yang sebenarnya. Penghargaan saya berikan tidak saja pada komitmen Anda terhadap jurnalisme tapi pada landasan moral yang kokoh yang Anda miliki. Tidak ada yang lebih pelik daripada meliput soal perkosaan dan pelecehan seksual. Bahkan media-media mainstream (dan organisasi wartawan yang dianggap progresif) tidak sepenuhnya memahami peliknya persoalan ini. Terlebih lagi, Anda menulis laporan jurnalistik ini ditengah iklim patriarki yang sangat kuat. Jauh lebih mudah menulis hal seperti ini di Amerika, misalnya. Tapi di Indonesia? Selain itu, Anda masih muda sekali. Anda mendapat hormat saya! Salam.
Baca berita ini miris dan emosi sendiri, sebagai seorang kakak yang punya adik perempuan kok gak terima ya dengan sikap UGM yang kayak gini? dosen yang memberikan nilai C dengan alasan yang kurang jelas sih harus diusut juga, gak profesional banget sebagai akademisi,
Diluar itu, saya tertarik fenomena skrg cara berpikir dangkal tidak beradab tidak bertanggung jawab. Bagaimana intelektual ugm kebetulan pejabat dkpm ugm berkilah”jika korban tdk disana pasti tdk ada kejadian”. Analogi cara berpikir spt tlah menjadi konsumsi publik yg thd yg sering dikatakan para pejabat penguasa pemerintah , politik, ormas dll. Kalau saya beranologi spt ini, boleh saja” KALAU TDK ADA KKN PASTI TDK ADA KEJADIAN atau yg lebih kasar ” KALAU TIDAK ADA UGM PASTI TDK ADA KEJADIAN”. Cara berpikir spt ini adalah berpikirnya org bodoh jahil yg mengurusi urusan org banyak yg disebut RUWAIBIDOH.
Berita ini menjadi sorotan masyarakat luas.. UGM sebagai salah satu kampus besar dan ternama di Indonesia (saya sendiri termasuk alumni UGM) harus mampu menunjukkan keadilan dan dapat menyelesaikan kasus ini dengan nalar & bijaksana sesuai aturan hukum yang ada di Indonesia. Semoga akan diperoleh hasil yang terbaik dan seadil-adilnya.
Apa yang dilakukan penyintas sudah benar untuk melapor. Sebagai Alumni UGM, saya sangat menyayangkan hal ini terjadi. Dengan adanya kasus ini, pihak kampus diharapkan dapat memperbaiki peraturan terkait pelecehan seksual bagi mahasiswanya dan perbaikan kebijakan pada pelaksanaan KKN. Semoga kasus ini dapat terselesaikan dengan adil.
semoga pelaku mendapatkan hukuman yg setimpal, kalau perlu dikeluarkan, ini sudah menyangkut tindakan amoral…dan pihak UGM dapat berpikir jernih, bukan sebatas menjaga nama baik..
Semoga kasusnya segera selasai
Bayangin lu cowok cowok kalo kaka lu, atau adik lu, atau cewek lu bahkan anak lu nanti di gituin. Pasti lu geram marah gak Terima kan, apalagi si korban kan. Lu tau gimana perasaanya
Hmm.. semakin buruk saja citra pendidikan di Indonesia..
Semakin buruk juga cara berpikir orang2 di Indonesia, yg menilai bahwa kasus diatas bukanlah perkosaan..
Terlebih buruk lagi orang2 yg membaca artikel ini dan menyamakannya dengan cerita dewasa..
Darurat moral, darurat akhlak..
Pihak Kampus seolah menyepelekan kasus seperti ini..
Ketika sudah terblow up, malah berusaha menutup2i dan menghindar saat dimintai keterangan..
Penanganan terhadap Penyintas juga disepelekan..
Pelaku pun diberi Sanksi yg tidak adil..
Mungkin mereka akan bersikap dan bertindak benar manakala kejadian dialami oleh anak perempuan mereka, adik/kakak perempuan mereka, sanak saudara perempuan mereka..
Namun haruskah terjadi dahulu terhadap anak/adik/kakak/sanak saudara mereka ??
Saya salut terhadap Penyintas yg bersedia melawan traumanya dan memperjuangkan kasus yg menimpanya..
Semoga Mbaknya diberi ketabahan dan mampu menjalani hidup tanpa terus dibayangi rasa takut akan kejadian tersebut..
Kiranya Tuhan selalu meringankan dan menyirnakan kegelisahan hati Mbaknya.. 🙏
Banyak diksi panas
Aduh ngaceng ini
Cover both side ?
Saya perempuan dan saya turut prihatin atas kasus ini, terlebih terjadi di lingkup pendidikan. Tapi untuk balirungpress mestinya juga menambahkan keterangan dari terduga pelaku agar lebih cover both side (berimbang).
Salut untuk Balairung Press telah berani memuat investigasi ini.
Hanya saja, alangkah baiknya pihak Balairung juga menemui terduga pelaku secara personal dan menuliskan kasus ini dari sisi terduga pelaku agar berimbang.
Rasanya kurang adil kalau hanya dari sisi terduga korban. Sebaiknya juga lakukan penelusuran lanjutan dari Fakultas Teknik tentang apa -apa saja yang sudah dilakukan pada terduga pelak (sesuai sanksi).
Sebab saya banyak membaca penuturan teman-teman lain yang KKN di daerah tersebut dan ada beberapa keterangan berbeda dari rilis Balairung ini. Terima kasih.
Untuk terduga korban, semoga bisa terwujud apa yang jadi keinginannya ya
Bedanya gimana tuh? Tapi kalau pelaku ditanyain nanti pasti jawabnya khilaf, menyesal, tidak akan mengulangi, dll dll kan paling😌
kalo pelaku ditanya jg bisa jd menjawab dengan kebohongan , harusnya penyelesain di adili seadil2nya, dengan penyelesaian bias bgtu saya rasa penyintas masih ada rasa trauma yang sangat mendalam
Saya setuju. Karena, Ke-2 nya berpotensi untuk berkontribusi terhadap terjadinya kasus ini. Terlepas apakah terduga pelaku berbohong atau tidak, esensinya jurnalis harus terlihat netral dengan memuat 2 sudut pandang.
Saya mengapresiasi upaya Balairung untuk membantu proses advokasi kasus kekerasan seksual di UGM. Namun, yang saya sayangkan, penyajian detil itu membuka pintu untuk orang-orang berasumsi. Saya menemui banyak teman di sekitar saya yang awam terhadap kasus kekerasan seksual mempertanyakan situasi ketika kekerasan seksual terjadi. Seperti, mengapa penyintas berbagi kamar berdua dengan pelaku? Mengapa teman subunit lainnya tidak ada di tempat perkara kejadian? Mengapa pemilik rumah membiarkan penyintas dan pelaku berbagi kamar?
Mohon agar respon seperti itu dipertimbangkan untuk jika kemudian hari kembali menulis untuk kasus kekerasan seksual. Apakah detil benar-benar diperlukan atau malah akan memposisikan perempuan korban di posisi vulnerable?
Saya benar2 tdk menyangka kalau UGM kampus yg ternama itu bisa mengabaikan dan tidak memberikan bentuk keadilan apapun pada mbak agni. Saya berharap kasus ini agar segera diusut dan pelaku baik pelaku utama dan pelaku2 lain yg terkait dapat diberikan hukuman yg sesuai sanksi.
Potong saja itu tytyt para penjahat kelamin.
menurut saya, diberbagai kondisi apapun itu, jika paham batasan antara laki2 dan perempuan insya Allah hal seperti ini tdk akn terjadi, duduk berduaan saja dengan yg bukan mahrom itu sudah salah , bisa2 kena fitnah,..
tapi, dr kejadian tersebut, insya Allah Indonesia pasti bijak dan adil dalam perkara ini…
mari sama2 berdoa agar peristiwa ini tdk terjadi lagi dan tidak akan menimpa diri kita sndri d kemudian hari, dan semoga kasus ini bisa selesai dgn bijak dan adil berdasarkan norma hukum kita d indonesia…
Sebenarnya kasus semacam ini sangat sering terjadi di masyarakat bahkan mantan kekasih saya juga pernah mengalaminya namun saat didesak untuk membawa pelakunya ke peradilan mantan kekasih saya menolak karena malu
saya terkesan dengan keberanian saudari Agni dan berharap dia bisa dijadikan contoh untuk pencegahan tindak kriminal semacam ini kejahatan tidak akan muncul dari niat saja, hal semacam ini bisa muncul karena kesempatan coba lihat saja cara berpakaian secara umum di masyarakat kita baik berkerudung atau tidak kebanyakan memperlihatkan bentuk tubuh bahkan di beberapa universitas ternama sekalipun jadi ini juga perlu dikoreksi dan dijadikan referensi dikemudian hari untuk mencegah munculnya tidak kejahatan serupa.
Salut kepada jurnalis kampus yang berani menyuarakan kritik kepada institusinya sendiri. Kami turut berempati dengan penyintas, dan semoga pihak UGM, segera menyelesaikan secara tuntas masalah ini. Dan agar tidak terjadi lagi, kedepannya.
hormat untuk Agni, yang sudah berani mengungkap apa yang dialami. tentu itu tidak mudah. apa pun yang bakal menjadi putusan hukum nanti, muga Agni tabah. semoga hukum bisa berpihak pada orang2 seperti Agni.
Inilah suara yang di butuhkan Indonesia , tulisan yang fulgar tapi penuh makna dan kritis, membuat pembaca tertarik dan membuka mata.
Berani dalam bercerita dan mendeskripsikan sesuatu. tapi tetap memiliki makna yang disampaikan oleh penulisan. Andai berita korpsi dan kasus besar bisa di ceritakan segamblang ini… pasti luar biasa.
Tetapi jujur ini seru sekali di baca bikin gerah luar dalam , bikin panas dingin , panas hati dan pikiran
terus buat berita seperti ini , kalo bisa lebih frontal lagi karena frontal adalah kebaikan dan kejujuran.
Duh kalo kampus sekelas UGM aja caranya semacam ini gimana kampus, sekolah atau institusi lainnya? Di mana letak keadilan untuk kaum lemah?
sekolah/kampus/lembaga pendidikan ternyata menjadi tempat berkembang biak kejahatan, sgala kejahatan bisa jadi!
Semoga tulisan ini menjadi refleksi utk kita semua. Sangat banyak kejadian seperti ini, banyak juga yg disepelekan. Kebanyakan pihak korban berada pada posisi vulnerable shg jarang mencuat. Salut kpd media Balairung dan penyintas yg telah mencoba memperjuangkan haknya. Semoga dpt diselesaikan dengan tuntas dan bijaksana.
Ternyata masih banyak orang picik di negara ini.
Bukan ngurusin kontennya malah sibuk ngurusin so-called etika jurnalistik bleh -_-
Selama moral tidak masuk dalam pertimbangan akademik, selama itu pula nalar UGM akan pincang.
Saya berharap dengan kepemimpinan Bapak Rektor, UGM dapat menjadi contoh nasional dalam budi pekerti selain prestasi nasional. Ibu Pertiwi menyaksikan. Tks.
Kalo menurut gue sih yaaa sebenernya cewenya rada salah juga hmm kenapa dia gk mikir dulu gitu cowo nya tidur diluar atau ya kalo gamau cowo itu tidur diluar dia yg tidur diluar gituu toh kan masih berpakaian lengkap kann minjem selimut sama yg punya rumah atau ke si cowo ajaa krn gimana yaaa yg namanya tidur sekamar cewe cowo berdua itu kan mau korban make kerudung juga itu kan udh tau dilarang… GUE SAMASEKALI GK NYALAHIN CEWE NYA YAA… krn cowonya juga kayanya dr awal emg punya niatan jahat ke cewenya krn kalo cowo baik dia pasti tidur di luar dan gkmungkin mau tidur sekamar berduaan sama cewe ini. Dan cewenya ini kurang hati2 juga sih.. gue yakin sebenernya dia tau tidur sekamar cowo berduaan itu dilarang tp kenapa masih mau gitu…. hmm
dude, kl si cowo emang punya niat jahat dr awal, even dia tidur di luar dan si cewe di kamar pun (atau sebaliknya) akan ada kemungkinan dia bakal berlaku buruk ke korban jg. thanks.
hukum seadil2nya. kebiri jika perlu pelakunya.
Maaf, saya mencoba lebih teliti dalam ‘berita’ ini. Terlepas dari rasa ‘IBA/KASIHAN/BERADA DIPOSISI WANITA/DST’
Poin yg menurut saya kurang lengkap:
1. Cerita kronologi 30%, selanjutnya seperti apa?
2. Apakah secara logika, jika ‘diperkosa’ tidak ada tindakan ‘spontan’ yang dilakukan korban?
3. Pihak kampus pastinya sudah meneliti kasus ini se-detail mungkin, Sikap memberikan Nilai C itu adalah hasil dari peneliti (kasus ini). nah pertanyaannya, Bagaimanakah tidak diberitahukan secara ‘detail’ selain dari ‘ATURAN’ kampus seperti SIKAP KEMANUSIAAN atau solusi dari pihak kampus jika agni dan HS porsi 50:50?
Maaf, saya mencoba lebih teliti dalam ‘berita’ ini. Terlepas dari rasa ‘IBA/KASIHAN/BERADA DIPOSISI WANITA/DST’
Poin yg menurut saya kurang lengkap:
1. Cerita kronologi 30%, selanjutnya seperti apa?
2. Apakah secara logika, jika ‘diperkosa’ tidak ada tindakan ‘spontan’ yang dilakukan korban?
3. Pihak kampus pastinya sudah meneliti kasus ini se-detail mungkin, Sikap memberikan Nilai C itu adalah hasil dari peneliti (kasus ini). nah pertanyaannya, Bagaimanakah tidak diberitahukan secara ‘detail’ selain dari ‘ATURAN’ kampus seperti SIKAP KEMANUSIAAN atau solusi dari pihak kampus jika agni dan HS porsi 50:50?
Apa betul HS si pelaku anak pak dekan tempat dia kuliah??
Saya alumnus UGM dan juga mengalami KKN, waktu itu di Wonosobo. Saya mengapresiasi Balairung yang berani memberitakan ini, dengan menempuh resiko melawan ketidaksukaan dari pihak UGM yg merasa namanya dicemarkan.
Bagi saya UGM adalah kampus yang luar biasa dan nama besar UGM seharusnya muncul dan bertahan bukan karena meredam kasus-kasus atau penyimpangan-penyimpangan seperti ini, namun kesediaan untuk memperbaiki apa yang salah.
Bagi yang memprotes adanya deskripsi kronologis yang jelas, seharusnya kalian malu. Demi eufemisme apakah kalian hendak menafikan kebenaran? Saya rasa jika seorang penyintas masuk ke pengadilan, ia akan ditelanjangi untuk keduakalinya. Kalian pikir para wanita korban ISIS hanya perlu mengatakan “mereka membawa masuk saya ke kamar dan kemudian melaksanakan kehendak mereka lalu membawa saya kembali keluar”? Tolong tempatkan humanitas kalian di atas eufemisme dan kesantunan palsu. Kalian termasuk kelompok yang mempersulit penegakan keadilan bagi para penyintas dengan penghakiman-penghakiman kalian. Itu sebabnya mengapa sedikit sekali penyintas yang memiliki keberanian seperti Agni. Sudah saatnya generasi bangsa menyingkirkan eufemisme dan kemunafikan.
Mbak Agni, i’m with you! Saya sangat mengapresiasi keberanian dan kegigihanmu dalam memperjuangkan keadilan meskipun berat. Saya paham sekali betapa menyiksanya apa yang kamu alami karena saya juga pernah mengalami kejadian serupa bahkan berulang kali. Saya benar2 merasa sendiri dan ingin bunuh diri saja apalagi ketika justru saya turut disalahkan saat akhirnya berani speak up. Doaku semoga kamu tetap kuat dan sanggup menghadapi segala badai ini. Semoga keadilan berpihak padamu. Kamu tidak bersalah. Kamu adalah korban dan tidak seharusnya kamu dihukum atau disalahkan atas sesuatu yang bukan merupakan kesalahanmu. Mbak Agni, kamu sangat berharga! Terima kasih karena sudah berani speak up. Terima kasih karena kamu tetap kuat dan gigih dalam memperjuangkan keadilan. My thoughts and prayers are with you.
Untuk pelaku semoga segera dihukum seadil2nya karena 1000% kasus ini merupakan kesalahan PELAKU. Please be a gentleman, berani berbuat berani bertanggung jawab. Lo di penjara juga belum tentu bisa menyembuhkan trauma Mbak Agni sebagai penyintas, ga akan bisa menyembuhkan luka batin dan rasa depresi penyintas. Seumur hidup luka yang lo torehkan akan menjadi beban mendalam dan berkepanjangan buat Mbak Agni. Apalagi kalau lo tetap dibiarkan melenggang bebas. Mas HS, semoga kalau nanti masuk penjara lo gak gantian diperkosa balik ya sama para napi disana.
Kalo memang ini sudah masuk kategori pemerkosaan secara definisi dan hukum jelas pelaku harus mendapat hukuman yg setimpal dan korban perlu mendapat perlakuan adil..maju terus tuntut keadilan..!
Tapi disisi lain miris juga dgn “akhlak” muda mudi skrg terutama batasan pergaulan laki2 dan perempuan, saya pikir agama manapun pasti mengajarkan “akhlak” itu.
Maaf, agak heran sh buat saya..tidak bermaksud menyalahkan korban, karena jelas pelaku pun ya bejat dan amoral..tapi
1. Kok bersedia ya tidur berdua dalam satu kamar apapun kondisinya? Ini tidak akan terjadi kalo keduanya “mengerti” pendidikan akhlak dan moral dalam agama tentang batasan laki2 dan perempuan
2.oke lah mungkin poin satu “sangat2 darurat kondisinya” kok pas tahu dipeluk dan digerayangi malah pura2 tidur?? Baru berontak pas kena dibagian sensitif sekali?? Mestinya langsung berontak begitu tau dipeluk, kalo tidak berani teriak atau memukul karena takut ada keributan ya pergi saja keluar dari kamar..
Maaf itu pandangan saya
Saya sudah menandatangani petisi tentang kasus ini, menurut saya tulisan ini tidak vulgar sama sekali karena memang harus seperti itu dalam menulis kronologi
Yang kedua saya menyesalkan pihak UGM yang terkesan cuci tangan dari masalah ini, seharusnya untuk masalah asusila harus segera di laporkan ke pihak berwajib dan masuk ke ranah hukum,
Karena kasus kekerasan seksual juga termasuk kejahatan tingkat menengah keatas yang hukumannya diatas 3 tahun.
Saya sangat mengapresiasi pihak2 ya gembantu korban sampai masalah ini bisa mencuat ke permukaan, dan sangat mendukung untuk segera di tindak lanjuti
Sebenarnya kronologi dari peristiwa tersebut tidak wajib untuk di tulis. Dikarenakan nanti mungkin akan ada beberapa pihak yang akan bersikap lebih condong untuk menyalahkan si penyintas karena mereka memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap penyebab dari kasus tersebut. Tapi saya turut ber empati terhadap apa yang sudah menimpa saudara kami sesama mahasiswa yang seharusnya mendapatkan advokasi yang menyeluruh dari pihak kampus. Saya juga menyayangkan pelayanan yang lamban pihak kampus terhadap peristiwa yang telah mencoreng kredibilitas dari kaum intelektual
Semoga UGM bisa kasih sanksi tegas ke Pelaku! Kasian korban harus mengurus sendiri di awal cuma buat lapor kejadian yg dialaminya. Udah shock karna pelecehan masih ngurus prosedur pelaporan sendiri! Pelaku di DO ajalah, malu2in nama UGM
WOLAH LE LE MBOK OJO BANGET BANGET NAFSUNE NEK RETI WONG WEDOK, EMAN EMAN LE MU BERJUANG MBOK BUANG SIA SIA !!
yang bilang diatas cerita mesum, tuh dengerin berita serupa di tv, kalimatnya ya sama aja. Memang kenapa kalau cerita ini detail? masalah buat kalian ?
kalian mau bela UGM yang cuma tenar namanya doang ?
Tolong, dong, para jurnalis-jurnalis sok tahu di atas, tanpa mengurangi rasa hormat saya, telaah lagi bagaimana pemberitaan dan diksi yang dipakai Balairung Press mengenai pemberitaan ini. Balairung hanya menyampaikan berita dengan bahasa tak ubahnya seperti dosen-dosen yang menyusun buku biologi bab reproduksi. Sekarang coba baca lagi, gunakan akal pikir kalian, bagian mana dari cerita ini yang membangkitkan nafsu berahi? Apakah berahi kalian naik juga saat membaca buku biologi bab reproduksi? Cerita berahi tak menuliskan “penis, vagina, dan dada”melainkan bahasa-bahasa lebih kasar yang pastinya kalian tahu sendiri apa itu. Cerita berahi juga menceritakan alur cerita yang 180 derajat berbeda dengan laporan investigasi yang dilakukan Balairung Press. Kalau kalian sampai tidak bisa membedakan ya tanyakan dulu pada diri sendiri, pada otak kalian sendiri. Ya masa, laporan investigasi yang seluruh detailnya memang disetujui oleh penyintas (ditulis di disclaimer di atas dicetak tebal, silakan baca kembali) ini, yang memang dibutuhkan untuk kebutuhan penyelidikan nanti, terus kalian nafsu? Di mana kemanusiaan kalian? Ini kalian bukan lagi baca cerita panas yang enak sama enak loh, sayang. Ini kalian lagi baca pemberitaan soal pelecehan seksual! Dan kalian nafsu?!
Kebanyakan porno.. Otak porno. Temen kkn sendiri. Hardika ya namanya? Setan alas kau. Sudah merantau, bukan jagain malah nafsuan
Bagi mahasiswa/i UGM yg masih aktif, kenapa kalian nggak keluar aja? Biar bangkrut, universitas sudah terlalu tua, mungkin sudah waktunya pensiun
Seharusnya HS mengantarkan pulang, sudah keliatan dari niatan yang tidak baik di awal!!
Bukankah dia nggak ingin pulang, karena pondokannya padti sudah dikunci jadi tidak enak. Harusnya pas dicium2 langsung digampar saja, ini setelah kejadian malah bilang ‘ kamu ini ngapain ‘.
Parah emang cewek … Tidor ditempat laki2… bego banget.. hujan bukan alesan.. apalagi cuma g enak bangunin pemilik pondok Krn udh malem …. Krn EMG dia udh niat nginep … kalo gua sih g bakal nyaman Tidor ditempat orang bkan ditempat sendiri…
hujannya kan sudah reda, kenapa gk pulang malah pilih menginap?
Pantas saja Wik-Wik land ngga maju-maju dan selalu dijajah
Saat negara lain sudah memikirkan tentang jalan-jalan keliling alam semesta, manusia-manusia Wik-Wik Land masih memikirkan selangkangan!
bisnis selangkanan dari era masa masehi berjaya mas.. ga pernah ada bangkrutnya
UGM terlalu bertele2, ini kan tindak pidana, kok malah repot urusan akademiknya, heran, perkosaan kan delik biasa, tanpa adanya aduan seharusnya kepolisian sdh bertindak, sebenernya pelaku ini (anaknya) siapa?
Semoga Penyintas mendapat keadilan yang adil baginya. Kasihan seorang perempuan teraniaya seperti itu.
Terima kasih Balairung Press yang berani mengangkat dan memuat berita ini.
Runtun berita sangat detail sehingga mudah dimengerti. Tentunya kalau ada summary investigasi yang di dalamnya ada 2 sisi pihak akan sangat baik. Ditambah dengan pernyataan dari saksi-saksi.
Ibu saya salah satu almamater UGM, saya sangat kaget terhadap Rektor UGM dan orang-orang UGM yang terlibat dalam investigasi dan pembuat keputusan tindakan terhadap pelaku yang memberikan tindakan sangat ringan terhadap pelaku.
Apakah rektor UGM dan orang-orang UGM yang terlibat dalam investigasi dan pembuat keputusan tindakan terhadap pelaku tidak malu terhadap ibu mereka, saudara perempuan mereka, istri mereka dan anak perempuan mereka ? Sungguh memalukan dan tidak berperasaan Rektor UGM dan orang-orang UGM yang bertanggung jawab atas investigasi dan pembuat keputusan tindakan terhadap pelaku.
Setelah selesai investigasi pun tidak mem-follow up korban, benar-benar menyepelekan kejahatan seksual terhadap wanita.
Efek terhadap korban adalah seumur hidup secara psikologis. Seharusnya Pihak Kampus wajib melibatkan pihak Penegak hukum (dalam hal ini kepolisian), sehingga Pihak Kampus hanya memberikan sangsi secara akademik dan pihak Kepolisian memberikan sangsi hukum pidana.
atuh wajar..
namanya juga pelaku masih punya sodara orang dalem..
kalo gue jadi agni mending sewa preman buat gebukin si kampret.. prosesnya lama banget gila padahal UGM loh..
oh iya lupa.. doi kan punya orang dalem.
kalau mediasi rektorat tidak menghasilkan keadilan buat agni mending dibawa ke ranah hukum aja. dilaporkan ke polisi biar di proses, jangan takut agni!
Penyelidikan lewat jalur hukum memang paling tepat karena tindakan tersebut adalah kriminal.
– Sudah didahului dg DISCLAIMER.
– pesan disampaikan kpd pembaca dg gamblang dg tujuan agar tidak ada informasi yg sumir, penilaian jurnalistik terserah pemahaman pembaca, penulis tidak salah.
– mengukapkan kebenaran dlm bentuk tulisan selalu ada pro kontra. Tidak masalah.
– sy berdoa smg mba “Agni” selalu diberi kekuatan oleh Allah.
Jadi gini . Aku pikir ceritanya agak rancu.
1 . Itu temen sub unit kan ada 2. Yg satu HS yg satu siapa ? Dan kemana ?
2. Itu agni kepepet tidur di kamar yg cuman 1, nah jadi HS ini tadinya tidur di ruang tamu gitu lalu nyusul ke kamar / memang mereka dari awal sekamar berdua ?
3. Klo misalnya mereka sadar sekamar berdua, apakah ada penolakan dari pihak perempuan? Atau misal si perempuan yg ngalah di ruang tamu gitu dan hs ke kamar kan juga bisa. Jd kaya rancu gitu.
Mereka sadar sekamar berdua atau hs nyusul setelah mba agni tidur dikamar?
Btw kenapa ngga dikunci kamarnya? Ngga ada kancing pintu atau memang ngga dikancing pintunya
Please ya ini aku memandang cerita scr utuh . Biar bisa ngelihat dari sisi korban maupun pelaku.
Mari mihat dari berbagai sudut pandang
1 . Itu kan ada 2 sub unit lain temannya. And than yg satu kemana? Selain hs
2. Jadi itu mereka sadar akan tidur berdua sekamar atau si cewek dulu baru si hs nyusul ?
3. Klo misal si cewek dulu tidur di kamar, ngga ada niat dikunci gitu kamarnya? Di kancingin gitu , jadi itu pintu ada kancingannya atau enggak ?
4. Klo hs misal bisa tidur di ruang tamu, berati udah jelas dia sengaja ke kamar korban. Tapi klo hs memang diperbolehkan sekamar dengan korban atas ijin kedua belah pihak untuk sekamar (?) Jadi berati poin selanjutnya
5. Agni sadar dia sekamar tapi tidak tau resiko atau
6. Dia tidak sekamar karena tadinya hs tidur di (ruangan selain kamar ) lalu nyusul masuk ke kamar kkrban.
Ini ada yg bisa jawab ?
Aku paham perasaan agni, tapi bener2 pengen ngerti banget mba, mba bner2 ngga tau resiko tidur dikamar laki2 dgn laki2 ? Ini ngga ada niat merendahkan atau membela siapapun. Tapi yg ngerasa punya pikiran, wajib paham melihat kasus dari sisi korban dan pelaku.
Gue msh bingung. Malem2x, sepi, ujan2x, jauh dr rumah (Maluku buset), koq mau ya diajak tidur sekamar berdua sama laki2x? Mestinya semua laki2x bakal berpikir kl ini ce say Yes. Cerita kronologisnya ada yg salah kah? Kecuali kalo disepakati kl si ce tidur di dalem kamar, si co tidur di luar kamar.
Terima kasih buat balairung Press atas dimuatnya artikel ini…
Menurut saya ini merupakan kasus yg tdk bisa ditolerir, kalaupun banyak pihak menyalahkan Agni sy bilang itu salah besar……
Dari kronologis kejadian sangat jelas sekali, dan tindakan pelecehan terhadap wanita dgn alasan apapun tidak dapat dibenarkan……
Apalagi dr histori antara penyintas dan pelaku tdk ada hubungan kedekatan, hanya sebatas satu tim KKN… Dari sini saja sudah terlihat bahwa pelaku memanfaatkan kesempatan untuk melakukan tindak kejahatan……
Dari pihak universitas juga terlalu berbelit belit menanggapi kasus ini, coba kalau penyintas melaporkan masalah ini ke pihak kepolisian, sy yakin pelaku sudah di bui……
Make its simple. Gamungkin dia korban ngadu kalo kasusnya suka sama suka, kampus terlalu berbelit nanganinnya.
Tidak dalam ligkungan kampus saja, tapi lingkungan pabrik diwilayah bekasi utara pun juga melakukan pelecehan seksual terhadap pekerja perempuan oleh sesama pekerja ataupun atasannya dan korban hanya bisa diam karena tidak punya kapasitas dipabrik itu, yang menanggung pedih atas pelecehan itu hanya korban dan saya sebagai pacar korban, bayangkan pacar/istri anda diperlakukan seperti itu, sakit rasanya.. Korban mau lapor ke atasan takutnya malah cuma dicuekin dan malah nyebar kemana2 perihal pelecehan yang dialaminya. Saya mau bertindak ke pelaku tp nantinya saya takut kalo pacar saya malah kena imbasnya dipabrik oleh pelaku, mau saya suruh keluar dari pabrik itu tapi pekerjaan skrg susah dicari dan korban juga tulang punggung keluarga dikampungnya, serba salah dan ujung2nya korban dan saya yang menanggung pedihnya.. Pengen rasanya saya hajar pelakunya tp saya juga mikir resiko yang saya akan dapat nanti jika dipolisikan.. Poinnya, saya ingin pelaku pelecehan seksual itu ditindak dengan tegas dalam lingkup apapun dan yang berwenang mau dan serius turun tangan sampai kebawah dalam masalah pelecehan seksual, sekecil apapun tindakan pelecehan seksual pasti akan teringat terus oleh korbannya dan itu menyiksa.. Saya ingin ada perkumpulan pembela hak perempuan dan yang melindungi perempuan yang memang benar2 peduli terhadap hak perempuan (bukan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang notabennya mereka didalam lembaga tersebut karena bekerja) saya ingin ada lembaga pembela hak perempuan yang isinya orang2 yang memang peduli atau pernah mengalami pelecehan/ketidak adilan terhadap perempuan.. Maaf jika tata bahasa/tulis saya kurang baik tapi percayalah bahwa korban merasa tergoncang jiwanya dan akan terkenang seumur hidup dan itu sakit rasanya, saya sebagai pacarnyapun sangat2 sakit!!! Kalau suka sama suka silahkan toh resiko ditanggung masing2, tapi kalau tidak seijin itu benar brengsek!!!
MEMANG BENAR SEKALI DI INDONESIA INI MASALAH SEKSUAL TABU DIBICARAKAN TAPI TIDAK TABU UNTUK DILAKUKAN..
Lah cerita panas darimana coba? Dari sini keliatan lo gak punya hati thd perasaan korban. Heran jg pihak kampus membandingkan kucing dgn manusia yg bermoral dan berakhlaq
Saran buat kaum hawa bekali diri anda dgn beladiri (bkn olahraga) beladiri yg pure dimana kalian akan dilatih reflect menyerang pressure point seperti tenggorokan, mata, dan selangkangan, gunakan semua benda terdekat termasuk kunci itu bisa jadi senjata hantamkan ke arah mata, cederai separah mungkin pastikan penyerang tidak bisa bangkit untuk menyerang anda lalu lari cari bantuan. Karena faktanya kaum hawa akan shock selama -+ 6 detik saat mendapat sexual assault
It’s clearly written that ‘Peringatan! Tulisan di bawah ini mengandung konten eksplisit. Kronologi kekerasan seksual yang tertera dalam tulisan ini sudah mendapatkan persetujuan dari pihak penyintas untuk dimuat.’
Please be aware! Konten ini disajikan untuk membuat anda mengerti betapa menjijikkannya perbuatan pelaku dan mereka yang memaafkan aksi pelaku karena permintaan maaf padahal PENYINTAS SAJA BELUM tentu MEMAAFKAN. Jika anda yang membaca saja sudah merasa terganggu, bagaimana dengan PENYINTAS yang mengalaminya LANGSUNG?
Apapun alasannya mereka yang berpendidikan tidak akan melakukan hal seperti ini. It’s no more about what we wear, it’s about something unmannered! You have to know that personally I don’t think protect the perpetrator name is necessary, Remember! It just personal perspective!
UGM dalam hal ini tentu dilema jika harus melakukan DO terhadap pelaku, sebab salah satu tugas institusi pendidikan adalah mengarahkan anak didik menjadi lebih baik lagi. Namun sangat disayangkan juga jika pihak kampus seolah terkesan blaming victim, seharusnya pihak kampus bisa bersikap lebih tegas seperti menjatuhkan skorsing kepada pelaku dan pendampingan secara lebih komunikatif kepada penyintas, serta meninjau ulang regulasi yang berlaku sehingga hal semacam ini ke depannya tidak terulang lagi dan bisa lebih diantisipasi.
Gamau komentar banyak, aku bukan filsuf medsos. Ada yang menarik disini, konsep ‘Restorative Justice’ yang sempat disinggung oleh penulis, tetapi sebatas dari sudut pandang korban. Sedangkan pelaku juga objek hukum. Dari konten berita sampai ke kolom komentar yang diisi oleh manusia manusia cerdas, mayoritas melihat pelaku sebagai “SETAN”. Anda semua hanya fokus pada “Victim blaming”nya, yang secara sadar atau tidak, mengacak-acak harga diri pelaku. Sisi penting dari kejadian ini, bukan apa kasusnya. Tetapi “Mengapa kasus ini terjadi? “, yang sebaiknya dilihat secara “Non Etis”, serta “Bagaimana sebaiknya mekanisme penyelesaian kasus ini? ” , dari sudut pandang “Restorative Justice”. Lalu di dalam otak anda semua akan muncul sebuah kalimat pendek, “Bayangkan kalau kamu jadi korban, bagaimana perasaanmu? ” sebelum itu kalian ketik, baca ini: “Bayangkan kalau kamu jadi pelaku, bagaimana perasaanmu? “. Bahkan seorang pemerhati emansipasi yang aku lupa namanya mengatakan, ketika perkosaan terjadi, yang hilang itu bukan harga diri perempuan, tetapi justru yang laki-laki.
Sebentar… Maksud komentar ini bukan membela atau malah membenarkan pelaku. Tetapi coba melihat dari dua sisi. Intinya, 2 2 nya harus memperoleh “restorative justice” tadi, setidak tidaknya “Restorative comment” disini. Kalau pelaku di DO atau bahkan dibakar hidup-hidup, apakah memori korban yang vaginanya ditempelkan penis pelaku di pondokan KKN di daerah Maluku yang banyak babi hutan berkeliaran itu akan hilang?
bagus sekali komennya
ada ‘ruang’ yg dilupakan oleh para pemirsa netijen
yaitu ruang pelaku, selayaknya mau diapain? masak dinistakan seumur hidup
panut menuturkan,
jika keputusan ugm terkait masalah ini,
dirasa belum memenuhi rasa keadilan,
tidak menutup kemungkinan kasus itu dibawa ke ranah hukum..
namun,
sebelum keputusan tersebut diambil,
harus ada diskusi lebih dulu dengan penyintas,
terutama terkait munculnya
berbagai konsekuensi
jika kasus itu dibawa ke ranah hukum…
__
kok, kayak ada ‘aura’ pengancaman terhadap penyintas, ya?
paham kan,
kemana arah kebijakan pak rektor yang mulia ini?
bagaimana kalau ini menimpa anak perempuanmu, pak rektor?
dngn langkah ugm.mu yang ‘cuma’ seperti tu?
dari kkn ditunda n sgra dpt,
dari wisuda yg ditunda,
n pasti sgra dpt..
penyintas mendapat keadilan apa?
dari nilai c jd a/b !
Bawa saja ke polisi, biar dpt sanskinya yg tegas, drpd diurus swndiri dikampus, tidak kelar2. karena masing2 bersikukuh dg argumennya.
Saya heran kenapa pelaku tidak langsung mengundurkan diri setelah kejadian. Mungkin krn ybs mendapat semacam dukungan moriil dr civitas ugm. Kebiasaan di Indonesia tuh kalo ada kejadian kaya gini pasti arahnya menuju penyelesaian cepat dan sembunyi2. Tindak perkosaan aja sampai berbulan bulan dan membutuhkan tulisan terperinci seperti ini untuk menemukan titik terang penyelesaian, apalagi yg hanya pelecehan fisik atau verbal.. Kebanyakan di anggap angin lalu aja.. Yang udh kerja pasti ngerti ttg maraknya pelecehan fisik dan verbal di perkantoran.
kami mendukung Agni untuk mendapatkan keadilan, HS harus dihukum berat kalo dalam Islam dirajam sampai mati…jangan biarkan pelanggaran begini terulang. Untuk birokrat UGM anda mengabdi dikampus terhormat bangsa ini. Tegakkan hukuman seberat-beratnya… #saveagni #D.OHS
Bangsat semuanya sok tau, SJW SJW gak guna, seakan udah yang paling bener aja, emang kebodohan orang Indonesia sama aja jenisnya, kalo nggak sesuatu ya paling fanatik hype isu, seakan semuanya bisa jadi hakim. Hei Goblok, si HS udah berusaha berubah dll kalian ga tau kan? Udah bikin pernyataan maaf jauh-jauh sebelum ini blow up kalian juga nggak tau kan? Orang-orang sejenis kalian yang bikin negara ini rame terus, banyak mulut doang tapi ga ada action, ga guna, sampah, menuh-menuhin negara, dapet internet bukannya dipake yang manfaat malah cuman sok-sokan paling SJW, bangsat ga guna.
kenapa pasrah ya ceweknya dipelu dicium malah pura-pura tidur. maaf cuma nanya aja
“PERINGATAN: AWAS LISTRIK TEGANGAN TINGGI”
*tetap masuk dan akhirnya kesetrum*
“KENAPA SI PAKE ADA LISTRIK SEGALA!!! KAMPRET CEBONG @$&@&$”
LOL Logic orang2 terlampau pintar, udah tau ada peringatan tapi tak mengindahkan, akhirnya kena sendiri kan. Salah siapa? salah yang masang listrik LOL
Tolong nama nama dosen, dpl dan yang lainnya disebut inisial saja, karena gara gara artikel ini ada nama dosen yang di bully di medsos, dan nggak banyak netizen yang tahu betul bahwa dosen tersebut adalah sesosok dosen yang baik serta bijak dikarenakan banyak netizen bukan alumni kampus ini. Mohon memberitakan dengan bijak ya min. Bravo UGM
#AlumniUgm2001
Saya alumni FISIPOL-UGM.
Saya sangat menghargai keberanian Agni mengadvokasi kasusnya, karena dengan ini berarti dia berkali-kali harus mengungkapkan kejadian yang membuatnya trauma. Agni, semoga kamu bisa mengobati trauma kamu dari masalah ini dan bisa melanjutkan hidupmu.
Saya sangat menyesalkan sikap UGM c.q. DPkM (dulu jaman saya LPPM) yang sangat tidak empatik dan cenderung menyalahkan korban. Mestinya seluruh staf dan pimpinan DPkM harus bertanggungjawab. Mereka yg membuat program dan melaksanakan program, harusnya bisa mengantisipasi.
Kalau saya punya anak dan menerima perlakuan seperti Agni, maka HS pasti akan saya bunuh. Segala konsekuensinya akan saya tanggung.
Disaat yng salah menjadi benar dan benar pun ikut sebagai aktor dari si salah
Ane udah baca redaksinya cuma ngerasa janggal aja. Di bagian tertentu.
Hari Jumat, tanggal 30 Juni 2017, Agni hendak menemui salah satu teman perempuannya untuk membicarakan program KKN. Lokasi pondokan temannya berjarak cukup jauh, sementara hari yang beranjak malam dan listrik yang mati membuat kondisi desa gelap. Tidak hanya itu, di sekitar lingkungan tersebut juga terdapat babi hutan berkeliaran. Akhirnya, Agni mampir ke pondokan laki-laki yang berada di antara rumah inap Agni dan pondokan temannya yang ia tuju. Pikirnya sekalian mencari teman untuk menemaninya pergi. Tak lama setelah kedatangannya, sekitar pukul tujuh, hujan turun Ada empat orangdi pondokan tersebut, dua orang di antaranya adalah teman subunit Agni, dan sisanya pemuda setempat yang kebetulan singgah. Sementara bapak dan ibu pemilik rumah berada di dalam pondokan. “Sambil menunggu hujan reda, aku ngobrol dengan mereka di ruang tamu,” kata Agni.
Hujan reda sekitar tengah malam. Agni merasa tidak enak hati pulang larut malam dan membangunkan pemilik rumah, sebab pintu rumah pasti sudah dikunci dan ia tidak membawa kunci cadangan. Agni pun memutuskan menginap. Kala itu, [B]tersisa tiga orang di pondokan tersebut yaitu HS (inisial) dan dua pemuda desa.Namun, selang beberapa saat setelah hujan reda, kedua pemuda desa pulang ke rumah masing-masing.
1. Si cewek ini ke tempat pondok laki-laki. Supaya ada yang menemani dia. Ke tempat temen dia. Dia pergi itu sendiri atau bersama temen subunitnya?
2.dia ngak mau pulang padahal 2 pemuda desa udah pulang setelah hujan reda, karena ngak enak hati ke pemilik rumah dan ngak bawa kunci cadangan. Akhirnya menginap. Pertanyaanya sebelum berangkat, si cewek ngak lapor dulu ke pemilik rumah tempat si cewek tinggal?
3. Temen subunit-nya tiba2 ngehilang. Padahal masih hujan deras? Apakah teman subunit si cewek ini adalah terduga HS?
4. Penulisan beritanya bahkan ngak menampilkan dari sudut pandang HS. Ibarat di pengadilan, HS ini bahkan ngak dibolehin tuk membela diri.
Udah dikasih sanksi masalah selesai?? Sanksi cuman dicabut matkul kkn. Ckckck, gk tau yaa efek bagi korban pemerkosaan itu seumur hidup?? Kalau aku jadi admin ini aku bakal ekspos nama pelakunya. Sebagai perempuan aku itu bisa maafin seorang pembunuh tp pemerkosa?? . Ugh, gak akan deh dimaafin.
Untuk mbaknya, semoga sabar. Allah gak tidur..
Ah w jadi oot juga, kl mau komentar soal tulisan vulgar, kurang berimbang atau apalah mbok yo email ke redaksi aja..
Ini poin pentingnya bukan tulisan pak, bu, om, tante dan adik2 skalian..
Poin pentingnya bahwa masih ada ketidakpuasan/ketidakadilan yang dirasakan dari penyitas, dan ini yang perlu dikomentari.
Misalnya diberikan arahan atau masukan.
W yakin dan percaya, penyitas walaupun seadainya sudah menguatkan diri untuk melawan trauma (memberikan izin publikasi) tetap butuh dukungan. Malu w kalo dia baca komentar dibawahnya malah ngomentari tulisan.
Kedua bagaimana kampus selaku big 5 dapat menjadi contoh penyelesaian kasus.
tapi dari semua itu w hanya bisa mendoakan semoga ahli2 hukum yang baca tulisan baliurang tergerak hatinya..
tapi kl w berkaca pada kasus2 lainnya seharusnya tidak ada ampun.
lakukan visum, bap, olah tkp.
buat jadi pelajaran mahasiswa2 lainnya..
pelaku cuma dapat penundaan,
penyintas malah dpt a/b dr c..
adil?
Harus ada sanksi tegas, korban jelas trauma dan pelaku jelas melakukan kekerasan sexual. Jangan sampai kejadian terulang karena pelaku merasa dilindungi. Moral adalah yang utama dalam proses pendidikan. Tidak hanya sanksi akademik berupa DO tapi juga proses hukum, pasal 285 KUHP bisa digunakan.
Semoga penyintas segera kembali mendapatkan rasa amannya.
Semoga penyintas segera mendapatkan kembali rasa amannya.
Terlintas di pikiran saya bahwa mungkin adanya faktor suka sama suka, karna kalau dilihat dr ceritanya saya sbg org awam mikirnya “masa iya sampe si cwe mau tidur, 1 kamar lagi”. Disisi lain saya pikir ini akal-akalan nya si cwo gimana caranya supaya “kesempatan” ini jgn dilewatkan. Namun disisi lain juga saya pikir mungkin ni cwe sudah ada rasa kepercayaan sama si cwo karna dia (Agni) pada saat itu terhalang ke t4 temannya lalu singgah di pondok nya si cwo jadi, bisa jadi rasa kepercayaan dari si cwe di salah artikan sama si cwo.
Berhubung ini ada pihak yang merasa dirugikan, dan ada ini negara hukum maka seharusnya aduan yang diterima oleh kampus bisa diangkat ke jalur hukum. Itu aja sih makasih ya udh baca mpe abis wkwkwk. Bij3
Disclaimer untuk dibaca, bukan di skip. Ada fungsi penting yang membuatnya dipaparkan di awal, bukan di akhir. Mungkin buat yang tidak mengalami/tidak mendampingi orang dengan kasus serupa, akan menganggap “ah gitu doang, belum sampai ‘final’ “. Tapi percayalah, itu jauh lebih menyakitkan dari apa yang kita bisa bayangkan, dan semoga kita, baik laki-laki maupun perempuan, tidak perlu mengalaminya untuk bisa memahaminya. Jejak rekam trauma ini bisa bertahan di fisik (terutama otak) dan jiwa jika tidak ditangani. Tidak hanya berefek bagi Agni namun bagi orang” yang mencintainya. Yang pelaku lukai bukan satu orang, tapi banyak sekali dalam satu tindakan yang dianggap ‘remeh’. Semoga Agni, keluarganya, teman-temannya, para pendukungnya bisa mendapatkan penyelesaian terbaik, semoga pihak lain yang terlibat diberi petunjukNya agar bisa menyelesaikan kasus ini dengan akhir yang baik. Agni, semoga engkau diberi kekuatan dan ketabahan, perlindungan juga kebahagiaan dari Allah, aamiin yra.
Kalau menurut gue ya si agni nya antara ragu dan menikmati juga lalu penyesalan di akhir. Dan si cowok otak mesum kebetulan suasana mendukung. Jadi salah keduanya!
Thanks
Ini uda masuk kasus kriminal, kenapa penyintas hanya mencari keadilan di lingkungan kampus (yg mnrt saya blm bisa mmberi keadilan kl dilihat dari sudut pandang penyintas)?? Jangan-jangan……………….
Semoga keadilan bisa segera ditegakkan. Jangan sampai melindungi satu dua orang, ustru membuat citra UGM semakin buruk
Gue dari univ swasta jaksel tertarik dengan kasus agni ini,saya merasa kecewa terhadap sikap kampus UGM yg pernah saya impikan.disini saya merasa kesal ditambah emosi dengan pernyataan petinggi kampus,siapakah HS itu,”APAKAH DIA ORG YG BISA MEMBUNGKANG SEMUA PETINGGI UGM” yg saya tanggap disini malah hanya memberatkan korban.Dan sebagai mahasiswa teknik saya ingin menantang HS sebagaimana teknik itu keras bukan bajingan yg tak punya rasa hormat terhadap wanita. Kalo HS ada dikampus gue mungkin dia udah keluar sendiri tanpa harus di DO🤣 GEBUKIN AJA TIAP HARI
Usut tuntas kasus agni,kalo perlu jangan melalui jalur kampus pribadi aja melalui jalur hukum biar tau rasa kampus disorot media terus.
Apa perlu seluruh mahasiswa indonesia meneriakkan,Hukum HS seberat2nya..?(DEMO)
Kasus yang menimpa angni adalah perlakuan bejat.. jadi yg suka kaya prilaku seperti itu di Hukum Pancung aja.
saya turut prihatin, kalo kasus seperti ini masih di anggap ringan, mungkin saja pemerkosaan dan pelecehan seksual sudah di anggap biasa di lingkungan UGM ataupun di kampus lain.
Korban ga punya bapak, saudara laki ato sepupu laki? minta tolong mereka buat sayat leher pelaku , masukin karung, buat mayat nya di laut selatan. Tapi pastiin dulu jangan sampe ninggalin jejak, ato tunggu berita reda ga jadi pembicaraan, baru eksekusi pelaku.
Boleh izin berkomentar, saya rasa banyak baiknya kita belajar dari beragam kasus yang ada. Sudahi yang jalang-jalang ini, semoga kedepannya Mbah Mahapatih Gadjah Mada ndak terganggu tidur abadinya, selamat berjuang perempuan-perempuan hebat juga siapapun yang tengah memperjuangkan kebenaran yang harus ditegakkan, saya dukung 🙂 !
Terlepas dari pro kontra dari gaya penulisan, ini cerita masih one sided story, semua cerita hanya dari agni, teman teman agni pun hanya tau dari agni , tidak ada konfirmasi tentang apa yang terjadi sebenarnya di kamar itu, tidak dari terlapor, tidak pula dari pemilik rumah, tidak juga dari bukti visum yang apabila di lakukan juga akan sulit di lakukan oleh polisi karena jaraknya sudah terlalu lama
Berdasarkan artikel ini, fakta yang bisa di konfirmasi hanya agni menginap di rumah kkn HS dan sekamar (menginap bisa di konfirmasikan dengan pemuda desa, kawan kkn dan pemilik rumah, namun untuk sekamar hanya bisa dikonfirmasi dari pemilik rumah )
Apa yang terjadi di kamar, hanya Agni dan HS yang tau, kebetulan kita sudah tau versi agni, dan saya sangat ingin tahu versi dari HS bukan dari wawancara media, bukan juga dari curhatan HS ke rekan, namun keterangan hasil baw dari kepolisian)
Kebetulan saya bukan praktisi hukum, mohon koreksinya, di kasus ini Keterangan agni sebagai saksi sudah di dapat, keterangan ahli belum, petunjukyang cukup belum juga ( fakta yang terkonfirmasi hanya agni secara terpaksa keadaan harus menginap bukan di paksa HS, visum belum ada, tidur sekamar ), surat surat tidak, keterangan terdakwa nanti di pengadilan) , belum saatnya bagi saya untuk menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar atas agni dan HS , namun saya sangat menyalahkan pihak UGM yang terlalu santai menanggapi hal ini, seharusnya dari awal laporan agni ke fakultas, UGM sudah langsung memfasilitasi agni atau pihak UGM sendiri melaporkan kepada pihak kepolisian. Kalau sudah lama begini kepolisian jadi sulit mengusutnya, mudha mudahan timbul fakta baru di penyelidikannya, mudah mudahan teguran agni pada HS di dengar oleh pemilik rumah, atau ada saksi lain yang tak sengaja mengetahui kejadian ini, atau ada curhatan HS ke rekannya yang mengkonfirmasi kejadian ini dan atau memang tidak terjadi apa apa di kamar itu (bila ini yang terjadi bakal banyak pro kontra kembali, mudah mudahan tidak jadi beban bagi kepolisian )
Andai sudah di lakukan penyelidikan oleh kepolisian dan memang benar fakta terjadi adalah hal yang di tuturkan artikel ini, sudah sangat jelas, HS yang salah. Seorang lelaki seharusnya menjaga kehormatan dirinya dan orang lain apalagi itu wanita, wanitanya memancing? Kok mau sekamar? Mungkin agni ga enak sebagai tamu, atau mungkin agni percaya kalo HS berbudi luhur dan sopan, siapa yang tau. seharusnya HS nya lah yang punya self control dan tau bila melakukannya adalah Salah, bila tidak di mulai HS tidak akan terjadi pencabulan ini.
bagaimana bila HS di goda? Tetap saja HS salah, kenapa tergoda dan memulai duluan (walaupun sulit, tetap banyak laki laki yang punya self control) , bagaiman bila dalam suatu pemerkosaan pihak terperkosa juga mengalami kenikmatan? Sama saja, tidak ada yang menjamin tidak terjadinya kenikmatan, kegiatan seksual yang dimulai dengan pemaksaan adalah pemerkosaan dan itu adalah salah
Bagaimana bila agni yang duluan menyentuh HS dan agni memulai pencabulan? Bila HS diam saja keduanya salah, HS punya kemampuan untuk melarang agni dan menegur agni (naif? Sulit, tapi bisa untuk terjadi)
Mudah mudahan kasus ini cepat selesai , mari doakan kepolisian bisa mengusut dengan tuntas dan jelas
Dan mari menjaga diri kita masing masing, menjaga diri dari perlakuan orang juga menjaga diri kita dalam memperlakukan orang
Oh ya, terkait cara berpakaian apapun itu hak anda, anda sendiri mempertanggungjawabkan nya dengan tuhan dan masyarakat ,namun stidaknya berpakaianlah yang tidak akan merugikan diri anda sendiri, bila sesuatu terjadi karena cara anda berpakaian , anda tidak salah, tapi anda rugi sendiri
Ada yang komen cara berpakaian bukanlah pemantik dari perkosaan , udah tertutup masih di perkosa. Dasar lakinya aja yang bejad . Coba ubah sudut pandang, Perempuan bergamis dan bercadar pun masih di cabuli dan di perkosa apalagi yang berpakaian minim, dibelahan bumi manapun tidak ada yang bisa menjamin tidak ada lelaki bejad, lakinya salah? Jelas, tapi siapa yang rugi? Wanitanya
Kasus yang paling saya benci nih
.
Yang sabaar mbak nya…
Allah beserta orang2 yang sabar…
Semangat karena Allah..
Keep istiqomah buat mbaknya…
Aamiin…
duh, Saya sangat bersimpati pada Agni (kalo sy liat dr Judul), tapi membaca Kronologinya langsung, mohon maaf, Sy tidak bs turut campur. Seorang perempuan keluar keluyuran malem2?? aduh, maaf, alibi keluar pergi mengaji-lah, belajar-lah, dll-lah, sudah tidak relevan buat Saya. sebenarnya Saya berharap Kronologi-nya Si Agni sedang lewat, kemudian berpapasan atau apalah, kemudian terjadilah kasus tersebut, eeehh,,, malah mampir ke rumah laki-laki, nginap lagi. dan tambah Geblekknya lagi, diraba, dicium diem aja?? malah lanjut pura2 Tidur dan tidak teriak?? hallowww….. mohon maaf sekali lagi, Saya bersimpati pada Kasus Agni, tapi untuk membelanya secara langsung tanpa kepastian cerita yang jelas, itu sama saja Saya Su’udzon.
Pelajaran yg bisa diambil: jangan bodoh, gaada untungnya jadi orang bodoh
Mohon maaf tapi saya masih merasa bingung dengan tulisan diredaksi Balairung ini. Saya merasa ini hanya melihat dari satu sisi Agni saja, tetapi masih belum melihat sisi teman seunit, pemilik pondokan, warga, bahkan HS.
1. Dilihat dari ceritanya si Agni awalnya bersama dua orang teman subunitnya dan pemuda desa berbincang2 malam hari bersama HS juga. (terus dideritanya tiba2 si Agni bersama pemuda desa dan HS,apakah teman sub unitnya pulang? anehnya kenapa Agni tidak ikut pulang? kan ada peraturan saat KKN kalau tidak boleh menginap di pondokan lain? Kenapa teman sub unit nya tidak khawatir kalau si Agni tengah malam belum dipondokannya?
2. Dua pemuda desa tersebut pulang, dan diceritanya, Dpl bilang pondokan HS dengan Agni dekat. Kenapa
Agni tidak meminta diantar pulang?
3. Kenapa diceritanya hanya HS dan Agni saja dipondokan itu?seharusnya ada teman unit yang lain? Bagaimana pemilik pondokan rumahnya?
4. Kenapa tidak ditanya benar2 apakah alasan Agni mau tidur sekamar dengan HS? Bayangkan saat KKN ini orang yang tidak saling kenal dipertemukan, kalau tidak ada rasa nyaman diantara keduanya, pasti bakal
merasa aneh dan canggung kalau harus berduaan, mengobrol saja canggung antara laki2 dan perempuan, apalagi tidur dikamar yang sama. Well, saat KKN sudah biasa cinta lokasi karena memang
suasana saat KKN yang mendukung.
5. Sudah bakal ketebak lah akan terjadi apa jika lawan jenis berduaan dalam satu kamar. Mungkin si HS ini licik, sudah memperdaya Agni yang kelihatannya polos? Atau si HS ini mengira kejadiannya suka sama suka, tetapi ternyata si Agni tidak suka?
KAMPUS SEKELAS UGM BANGSAT BANGSAT BENER PEJABATNYA, TAEK
“Rekomendasi Laki-laki” Selesaikan Kasus (Hukum) Perkosaan Mahasiswi UGM? – https://www.kompasiana.com/infokespro/5be8175cbde57558b7369e62/rekomendasi-laki-laki-selesaikan-kasus-hukum-perkosaan-mahasiswi-ugm?page=all
Saya kecewa berat membaca sebagian komentar ini. Apakah artikel atau laporan dibaca dng teliti? Coba kita simak dua hal ini:
“Kalau gitu, berarti Pak Adam tidak sepenuhnya bersalah. Seandainya kamu tidak menginap di sana kan tidak akan terjadi, tho?” Ini dikatakan oleh Ambar Kusumandari, Kepala Subdirektorat KKN …. dan ini:
Bahkan ada pernyataan salah satu pejabat di DPkM (Departemen Pengabdian kepada Masyarakat) yang tidak ingin disebutkan identitasnya: Atas kejadian tersebut, pejabat tersebut menilai bahwa penyintas turut bersalah. “Jangan menyebut dia (Agni) korban dulu. Ibarat kucing kalau diberi gereh (ikan asin dalam bahasa Jawa) pasti kan setidak-tidaknya akan dicium-cium atau dimakan,” tuturnya menganalogikan.
Ada bbrp hal yang bikin saya jadi penasaran dr kronologi di atas. Bagaimana sbtlnya hubungan pertemanan antara Agni dan HS? HS itu orangnya seperti apa? Galak seperti preman atau ganteng dan menawan? Adakah Agni menyimpan sedikit ketertarikan kepada HS? Kalau dilihat dari ceritanya, kejadian tsb bukan hanya sebentar, mulai dari meraba2 sampai menyingkap pakaian dan membimbing tangan Agni utk melalukan yg diinginkan HS. Wow itu lama lho. Masa iya Agni yg sadar sesadar2nya bisa bertahan diam saja sebegitu lamanya. Karena toh gak disebutkan adanya unsur pemaksaan, pengancaman, ataupun kekerasan kan. So what actually was she waiting for sampai akhirnya cuma bereaksi dg sangat kalem? Maaf, kl menurut saya kasus ini masih banyak bolongnya untuk bisa menentukan siapa yang salah. Kl sampai Agni disarankan utk bertobat, ya mungkin sebetulnya ada temuan dr pihak kampus yg gak dipublikasikan scr umum.
Aku kalau pacar atau keluarga aku di gituin. Trus kasua di tutupi. Aku hajar satu satu yg nutupi itu. Aku bawa pengacara polisi.
Aku ku hajar satu satu orang yg tutupi kasus ini. Tak perlu mau dosen atau siapa.
dengan dicabutnya surat edaran di Gunung Kidul Yogyakarta ini seolah2 kasus kemudian CLOSED, padahal ini
membuktikan adanya paham radikalisme yang sudah masuk ke dalam dunia pendidikan.
PEmerkosanaan mahasisiwi KKN UGM yan berakhir dengan win win solution juga menimbulkan tanda tanya,
kasus pemerkosaaan koq damai? Bobot kasus Pemerkosanaan ibarat kasus pembunuhan.
pelaku cuma dapat penundaan,
penyintas malah dpt a/b dari c..
adil?
tulis ALAT VITAL kek, jangan terlalu vulgar dund..
tolong jangan dicampuradukan antara kode etik jurnalis dengan argumen persidangan , bahasanya beda namun inti nya tetap sama.
ps : yg anggap ini biasa (bukan vulgar) pasti dikehidupannya sudah terbiasa dengan seperti ini.
panas ya panas,
kalau masih dibilang tergantung orangnya? gini deh ibaratnya ,
apa ada orang yg menggangggap AIR MENDIDIH itu TIDAK panas?