Idulfitri adalah saat yang kerap dimanfaatkan para perantau dari berbagai penjuru negeri untuk kembali ke kampung halaman, tak terkecuali penduduk Jogja. Namun, ditinggal sebagian peghuninya mudik tidak lantas membuat Yogyakarta menjadi senyap. Sejumlah tempat di Jogja menjadi saksi semarak warga menyambut dan merayakan hari kemenangan setelah sebulan berpuasa, termasuk di sekitar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada tahun Dal 1951—sesuai Kalender Jawa Sultan Agungan— atau 1439 Hijriah ini, keraton meneruskan beberapa tradisi yang diadakan setiap Idulfitri.
Selasa sore (12-06) prosesi Numplak Wajik berlangsung di salah satu sudut keraton, tepatnya di Panti Pareden, Kemagangan. Prosesi ini menandai mulai dibuatnya Gunungan Putri atau Wadon. Gunungan yang melambangkan perempuan ini merupakan gunungan yang pertama dibuat. Gunungan adalah komponen utama dalam upacara Garebeg Sawal. Gunungan terdiri dari hasil bumi berupa palawija, buah-buahan, sayur-mayur, serta jajanan yang disusun ke atas menyerupai gunung. Prosesi Numplak Wajik diawali dengan putri Sri Sultan Hamengkubuwono X, GKR Mangkubumi, keluar dari dalam kompleks Keraton diiringi para abdi dalem yang membawa uba rampe sebagai kelengkapan prosesi. Uba rampe ini kemudian didoakan bersama oleh pemuka agama Islam. Selanjutnya wajik yang berbahan dasar beras ketan ditumplak ke dasar gunungan dan abdi dalem pun merangkai bambu membentuk gunungan. Pembuatan gunungan turut diiringi gejog lesung, simbol menolak bala. Jumlah gunungan untuk Garebeg Sawal kali ini ada 7, terdiri dari 3 Gunungan Kakung serta Gunungan Putri, Dharat, Gepak, dan Pawuhan masing-masing berjumlah 1. Ketujuh gunungan ini nantinya akan dikirab saat Garebeg Sawal.
Tak ketinggalan, malam (14-06) takbiran juga meriah dengan Gema Takbir Jogja 2018. Acara ini dihelat oleh Angkatan Muda Muhammadiyah Gondomanan dan rutin diselenggarakan tiap tahun. Mengangkat tema “Menjalin Ukhuwah, Merawat Syiar”, lomba takbiran ini dibuka oleh Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, di pelataran Masjid Gedhe Kauman. Para peserta menggunakan berbagai kostum yang semarak serta membawa beraneka rupa replika dan lampion. Sambil menggemakan takbir, mereka berjalan menempuh rute pelataran Masjid Gedhe Kauman – Jl. Ibu Ruswo – Jl. Brigjen Katamso – Jl. Panembahan Senopati – Jl. KHA. Dahlan – Jl. Nyai Ahmad Dahlan – Jl. Kauman – pelataran Masjid Gedhe Kauman. Selain trofi bergilir dari SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta, tahun ini Piala Raja dari Keraton turut diperebutkan 14 kontingen peserta. Angkatan Muda Muhammadiyah Kauman berhasil keluar sebagai Juara Umum serta menjadi yang pertama kali memboyong Piala Raja.
Esok harinya, Alun-alun Utara dipadati jemaah salat Id hingga ke jalanan di sampingnya pada Jumat pagi (15-06). Kapolda DIY Brigjen. Pol. Ahmad Dofiri bertindak sebagai khatib. Dari atas podium khotbah ia mengingatkan bahwa Islam adalah pembawa keadilan, perdamaian, dan maslahat bagi semesta alam. Lantas, menurutnya, sudah seharusnya keberagaman dijaga dalam persatuan sebagai anugerah. Setelah khotbah ditutup dengan doa, sebagian jemaah berbondong-bondong menyalami Sri Sultan yang beranjak dari tempatnya salat yang berada di saf pertama.
Langit tetap cerah ketika barisan kelompok-kelompok bregada berjalan keluar dari Keraton kemudian berjejer di tepi jalan di tengah Alun-alun Utara. Beberapa kuda dan gajah turut keluar dari Keraton mengawal 7 gunungan yang dipanggul Abdi Dalem Gladhag (Konco Abang). Lima gunungan mulai diarak ke Masjid Gedhe Kauman, yaitu Gunungan Kakung, Putri, Dharat, Pawuhan, dan Gepak. Sedangkan satu Gunungan Kakung diiring ke Pura Kadipaten Pakualaman dan Gunungan Kakung lainnya dikirab menuju Kantor Kepatihan. Sesampainya di tujuan, gunungan akan didoakan oleh ulama sebelum akhirnya diperebutkan masyarakat. Upacara Garebeg diadakan tiga kali dalam setahun yaitu Garebeg Mulud saat Maulid Nabi Muhammad, Garebeg Sawal saat Idulfitri, dan Garebeg Besar saat Iduladha.Selain memiliki daya tarik pariwisata, Upacara Garebeg sendiri bermakna perwujudan syukur raja dengan gunungan sebagai sedekah.
Bersamaan dengan upacara Garebeg Sawal, di Bangsal Kencana Keraton sedang berlangsung prosesi Ngabekten Kakung. Prosesi ini tertutup bagi umum dan media. Prosesi Ngabekten merupakan sungkeman menghaturkan rasa hormat dengan tata cara tertentu. Ngabekten Kakung dilaksanakan pada hari pertama lebaran, sehari setelahnya adalah Ngabekten Putri. Saat Ngabekten Kakung, para sentana dan abdi dalem laki-laki akan melakukan penghormatan pada Sri Sultan.
Foto dan teks oleh: Arjun Subarkah
Kurator: Kurnia Putri Utomo