Pada Selasa (25/10) siang, lima puluh murid SMP memadati laboratorium komputer kantor Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi Universitas Gadjah Mada. Mereka berdiskusi, mengoperasikan komputer, atau mendengar pengarahan dengan duduk berkelompok sekitar tiga atau lima orang. Kesibukan tersebut mewarnai acara pelatihan TouchDevelop yang menjadi bagian dari kegiatan Microsoft Youthspark Yogyakarta periode 2016 – 2017.
Menurut rilis pers dari panitia, Youthspark adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan anak muda agar dapat berkarya di era digital. Kegiatan ini diselanggarakan di Yogyakarta atas kerjasama Microsoft Innovation Centre, Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), dan yayasan Lentera Anak Bangsa Cerdas. Youthspark ini adalah kegiatan yang bertujuan mengadakan pembelajaran ilmu komputer bagi murid-murid SMP dan SMA sederajat. Pembelajaran tersebut dikhususkan untuk siswa dari sekolah yang dinilai belum memiliki fasilitas memadai untuk pembelajaran ilmu komputer. Selain itu, penyelenggaraan Youthspark ini juga merupakan reaksi dari penghapusan mata pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi. “Pemerintah merasa pembelajaran ilmu komputer dapat di mana saja. Namun, kami merasa bahwa ada beberapa hal yang tidak dapat dipelajari secara otodidak,” jelas Rezha Bayu Oktavian, selaku Pemimpin Tim TouchDevelop Yogyakarta periode 2016 – 2017.
Menurut Rezha, kegiatan Youthspark dibagi ke dalam empat program. Program pertama adalah pelatihan TouchDevelop sekaligus pembuatan aplikasi atau permainan. TouchDevelop merupakan sistem kerja pengembang aplikasi komputer milik Microsoft. Program pelatihan ini mengajarkan pengodean, yakni perumusan serangkaian perintah pemograman yang dimengerti komputer. Perintah-perintah tersebutlah yang membentuk suatu aplikasi atau permainan. Setelah dilatih, mereka akan membuat dan mengembangkan aplikasi atau permainan mereka sendiri dengan bimbingan tim Youthspark. Kemudian, lima puluh produk terbaik peserta dipilih untuk dipamerkan dalam acara Exhibition and Apps Showcase tahun 2017.
Program kedua dari Youthspark adalah pelatihan Minecraft. Minecraft adalah permainan edukatif tentang pendayagunaan unsur-unsur bumi. Dalam Minecraft, peserta dapat mempelajari unsur-unsur apa saja yang dapat ditemukan di alam dan bagaimana memanfaatkannya. Youthspark kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Computer Science Unplugged (CS-Unplugged). Dalam CS-Unplugged, para peserta juga akan mempelajari pengembangan aplikasi. Namun, pada kesempatan tersebut, mereka menggunakan metode pembelajaran yang konvensional, teoretis, dan tidak memakai komputer. Rangkaian Youthspark diakhiri oleh Exhibiton and App Showcase yang akan diselenggarakan pada tahun 2017. “Meski menjadi bagian dari Youthspark, pameran ini juga akan diikuti oleh pengembang aplikasi komputer se-Yogyakarta,” ungkap Gerry C. Joeng, staf spesialis media sosial YCAB.
Menurut Rezha, Microsoft Youthspark di Yogyakarta pertama kali diselanggarakan 2015 lalu. Peserta tahun ini pun merupakan peserta tahun lalu. Perbedaannya, pada tahun lalu, mereka membuat dan mengembangkan permainan menggunakan Kodu. Kodu adalah program kerja komputer pembuat permainan yang sederhana; pengguna hanya perlu menempatkan objek-objek yang tersedia, atau mengatur rupa suatu permainan. Sementara, TouchDevelop yang diajarkan tahun ini mengharuskan penggunanya untuk memasukkan berbagai kode pemrograman.
Penyelenggaraan Youthspark selama ini tidak banyak menemui kendala. Salah satu kendala dalam program kali ini adalah fasilitas yang belum cukup canggih. Hal ini diutarakan oleh Arya, pelatih TouchDevelop kali ini. “Fasilitas yang ada hanya memungkinkan membuat gim dua dimensi. Pun kalau script-nya terlalu besar, harus dikurangi,” ucapnyanya. Meski demikian, kegiatan ini cukup menyenangkan bagi pesertanya. “Saya bisa belajar pengodean, dapat ilmu banyak, dan hal-hal baru,” ujar salah satu peserta, Ikhlas Khoirul Amal dari SMPN 5 Depok. [Mahandra Raditya Putra]