Judul : The Imitation game
Durasi : 114 menit
Aktor : Benedict Cumberbatch, Keira Knightley, Charles Dance, Matthew Goode, Mark Strong, Rory Kinnear, Tuppence Middleton, dan Allen
Sutradara : Morten Tyldum
Tahun : 2014
Setiap individu itu berbeda, namun mereka saling melengkapi satu sama lain.
Manusia selain menjadi makhluk individu, dia juga merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu berarti dia sebagai unit terkecil dari kehidupan sosial dan dia memiliki hak atas pribadinya sendiri. Walaupun begitu, tentu dia tetap harus mengkondisikan diri di lingkungan sosial tempatnya berada. Sebab, selain menjadi makhluk individu, dia juga menjadi makhluk sosial dimana dia dikodratkan untuk hidup berdampingan, bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain.
Proses sosial dibentuk pertama kali dengan berinteraksi. Meskipun begitu, bagi sebagian orang berinteraksi bukanlah hal yang mudah. Bagi seorang yang ekstrovert, berinteraksi bukanlah sebuah masalah, namun tidak demikian bagi seorang introvert. Meskipun secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, tetapi setiap individu itu unik. Karakter dan kepribadian yang dimiliki berbeda antara satu individu dengan individu lain, seperti yang digambarkan oleh tokoh utama dalam film The Imitation Game.
Film ini di sutradarai oleh Morten Tydlum dengan mengambil latar Perang Dunia ke-2 yang terfokus pada Inggris dan Jerman. The Imitation Game diangkat dari kisah nyata seorang ahli matematika bernama Alan Turing (Benedict Cumberbatch). Alan bergabung dengan tim khusus dengan anggota berintelegensi tinggi. Tim tersebut dibentuk oleh pemerintah Inggris untuk memecahkan kode enigma.
Enigma adalah kode buatan Jerman yang digunakan untuk menginformasikan strategi perang mereka. Kode ini diprogram untuk berubah setiap tengah malam, sehingga waktu untuk memecahkan kode tersebut hanyalah satu hari. Pasalnya, ada 159 triliun kemungkinan setiap harinya. Tim ini harus menemukan satu transkrip kode yang benar dari sekian kemungkinan itu. Pemecahan kode enigma ini diharapkan dapat membantu Inggris dan sekutunya dalam menyusun strategi perang.
Anggota tim ini diharapkan dapat bekerjasama menggunakan intelegensinya untuk memecahkan enigma. Tapi tidak seperti yang dibayangkan, tim tersebut malah terpecah karena arogansi Alan. Dia beranggapan bahwa bekerja dalam tim hanya akan memperlambatnya. Alan pun bekerja secara individual.
Walaupun kemampuan yang dimiliki anggota tim tersebut tinggi, namun cara kerja mereka yang konvensional ternyata belum dapat mengatasi kendala waktu. Alan mengetahui keterbatasan waktu yang dimiliki bersama rekan timnya. Dia pun berpikir bahwa untuk mengalahkan sebuah mesin dibutuhkan mesin yang lain. Namun, idenya tersebut ditolak oleh ketua tim, yakni komandan Denniston (Charles Dance), dengan alasan kendala biaya.
Alan yang keras kepala memilih jalan lain untuk mempertahankan idenya. Dia pun menghubungi atasan Denniston yakni Perdana Menteri Inggris yang bernama Churchill. Usahanya memperoleh persetujuan berhasil dan dia juga memperoleh posisinya sebagai ketua tim.
Setelah mendapatkan posisinya sebagai ketua tim, Alan secara sepihak memecat dua anggota yang dianggapnya tidak kompeten. Untuk mengatasi kekosongan itu, dia mengadakan tes rekruitmen baru dengan media teka-teki silang. Waktu yang diberikan kepada peserta hanyalah 6 menit, dua menit lebih singkat dari waktu yang dibutuhkan Alan untuk menyelesaikannya. Hal ini bertujuan untuk menemukan anggota yang mempunyai kemampuan setara dengannya. Hanya ada dua orang yang berhasil mengerjakannya termasuk seorang wanita bernama Joan Clarke (Keira Knightley).
Akan tetapi, penambahan dua orang baru kedalam tim seakan menjadi percuma. Kerjasama yang seharusnya dirangkul oleh Alan sebagai ketua tim masih tidak terlihat. Mereka dibiarkan bekerja seperti sebelumnya tanpa ada arahan seorang pemimpin.
Namun, berbeda halnya dengan Joan yang kemampuannya diakui Alan. Alan benar-benar menganggap Joan berada di tim dan mengajaknya bekerjasama. Joan yang menyadari karakter Alan kemudian mulai membantunya untuk belajar terbuka dengan anggota tim. Dia melakukannya melalui hal-hal kecil yang tidak pernah Alan lakukan, seperti menyapa. Kehadiran Joan yang ramah disisi Alan secara tidak langsung juga membuat anggota lain lebih mudah mendekati Alan. Perubahan kecil yang terjadi pada Alan membuat rekan timnya mulai meninggalkan meja kerja mereka dan bergabung bersama Alan.
Semakin terbukanya Alan, semakin banyak orang disekelilingnya yang dapat dia percayai. Lingkup ruang relasi yang dimilikinya bertambah luas. Sehingga, Alan dapat bertemu dengan orang-orang baru termasuk teman dari Joan. Pertemuan tersebut berhasil menginspirasi Alan untuk menyelesaikan mesinnya.
Pada epilog, diceritakan Perang Dunia II telah berakhir dengan kekalahan Jerman. Meskipun enigma dapat terpecahkan berkat Alan dan timnya, namun mereka diminta untuk melupakannya. Hal itu dikarenakan Enigma merupakan program rahasia pemerintah. Data-data yang berkaitan dengan penelitian harus dibakar habis untuk menghilangkan bukti. Mesin pemecah kodenya pun juga terpaksa dibongkar.
Film ini memang sekilas memperlihatkan pembuatan mesin, namun didalamnya sarat akan pesan mengenai pentingnya kerjasama. Alan yang terkesan menyendiri dan tidak ingin diganggu seharusnya tidak dibiarkan seperti itu selamanya. Kesan menyendiri yang ada pada Alan adalah bagian dari karakter introvertnya. Menyendiri bagi seorang introvert adalah pilihan. Hal tersebut dikarenakan ia lebih nyaman berhubungan dengan orang yang sudah dipercayainya.
Orang lain disekelilingnya pun sebenarnya dibutuhkan untuk mendorong Alan agar mau berbaur. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kesan percaya. Kehadiran sosok ekstrovert seperti Joan berhasil memainkan peran tersebut. Dimana dia berusaha mendorong Alan untuk lebih terbuka dengan rekan tim yang lain. Berkat Joan pula, rekan tim yang lain juga telah mengerti sikap Alan dan cara menghadapinya. Bagaimana cara seseorang mendekati orang lain akan memberikan pengaruh yang berbeda. Sebab, pada dasarnya, tingkat keterbukaan seseorang itu berbeda-beda. Di sisi lain, seorang seperti Alan tentu harus merespon juga usaha tersebut.
Introvert dan ekstrovert sejatinya saling melengkapi. Seorang introvert cenderung lebih suka mengamati dan berpikir. Namun, dia tidak tahu cara mengungkapkan pemikirannya karena tidak terbiasa menghadapi orang lain. Oleh karena itu, seorang introvert membutuhkan seorang ekstrovert yang dapat merangkulnya. Begitupun seorang ekstrovert, ia juga membutuhkan seorang introvert untuk memunculkan ide-ide kreatif.
Alur cerita pada film ini sungguh menarik dengan cerita yang tidak dilebih-lebihkan. Cuplikan-cuplikan video hitam putih perang yang diselipkan diantara kisah Alan Turing dapat memberikan gambaran kepada penonton tentang situasi perang kala itu. Selain cuplikan video hitam putih tersebut, hanya ada satu scene yang dibuat oleh tim produksi yang memperlihatkan sedikit situasi perang dunia tersebut. Film ini sangat terfokus kepada proyek Alan menciptakan mesinnya, sehingga suasana perang kurang dapat dirasakan oleh penonton.
Film The Imitation Game ini memenangkan Academy Award dan di nominasikan dalam beberapa kategori penghargaan. Hal ini tidak terlepas dari peran penulis naskah, Graham Moore, yang dapat menyampaikan alur cerita dengan baik. Penonton dapat menikmati cerita tanpa harus berpikir terlalu serius. Selain itu, para aktor, termasuk Benedict Chumberbatch sebagai aktor utama yang dinominasikan sebagai Best Actor juga telah menjiwai dan membawakan perannya dengan baik.
The Imitation Game cocok untuk ditonton oleh segala usia. Pentingnya komunikasi, kerjasama tim, dan rasa saling percaya dapat dijadikan pelajaran oleh siapapun. Selain itu, tidak ada bagian yang memerlukan pengawasan untuk anak-anak seperti pornografi maupun kekerasan dalam perang tidak begitu ditampilkan. (Risma Nur Majida)