Bangunan semi permanen berupa tenda-tenda kecil berdiri disepanjang jalan antara Fakultas MIPA Utara sampai Fakultas Geografi UGM. Menu makan malam dengan harga yang terjangkau bisa ditemukan di sini. Nasi goreng, ayam bakar, seafood bahkan sekedar cemilan bisa dinikmati oleh para pengunjung. Warung-warung ini selalu dipadati oleh para masyarakat terutama mahasiswa yang hendak mengisi perut mereka.
Motor-motor berjajar rapi di depan sebuah tenda bertuliskan “warung tenda bang ido”. Pengunjung warung ini juga terlihat paling ramai. Hal ini terbukti dengan banyak pengunjung yang rela berdiri menunggu kue mungil yang disebut “kue cubit”, pesanan mereka. Kue cubit inilah menu utama dari warung ini.
Warung beratap terpal itu menyediakan kue tradisional dengan cita rasa modern. Penyajian yang unik membuat warung ini banyak dikunjungi. “Tau tempat ini dari path, penasaran dan ini sudah kedua kalinya kesini” tutur Dinda Hanifah mahasiswi HI, UMY. Selain mengetahu warung sederhana ini dari certa teman, peran media sosial seperti path, instagram, facebook, twitter, dan lainnya juga berkontribusi untuk memperkenalkan kue cubit ini ke masyarakat.
Selain faktor promosi, mutu kue yang terjamin juga ikut berperan menyukseskan warung kue ini. Mutu yang terjamin itu dibuktikan dengan diraihnya juara tiga dalam lomba GMEF di Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM. Kue cubit ini mengalahkan 25 jenis makanan yang juga mengikuti perlombaan ini.
Kue cubit merupakan kue tradisional yang berasal dari kota Jakarta. Biasanya kue cubit hanya dijual didepan sekolah dan hanya terbuat dari campuran susu dengan tepung terigu. Karena perkembangan bisnis kuliner semakin meningkat, kue cubit di warung bang Ido dibuat dengan berbagai variasi. Variasi yang diciptakan diantaranya dengan menyajikan kue cubit dalam beragam topping. Alhasil, kue yang dahulu hanya populer di kalangan anak-anak ini pun mulai digemari masyarakat terutama mahasiswa
Tambahan topping diatas kue cubit mampu menciptakan cita rasa baru yang memadukan rasa tradisional dan modern. Salah satu topping kue cubit yang banyak diminati di warung ini adalah green tea dan original. Selain menyajikan kue cubit, warung ini juga menjual aneka roti bakar, roti maryam, sosis bakar, kentang, crispt bread, dan 30 aneka macam minuman.
Kue cubit sendiri memiliki ukuran yang mungil. Kue yang hanya berdiameter 5cm ini memiliki tekstur yang lembut. Selain itu, rasa manis dari adonan kue ditambah dengan berbagai macam topping sangat cocok dilidah. “Kue cubit disini unik soalnya setengah mateng, ya enak deh apalagi yang green tea” ungkap Bagus PE mahasiswa F.IK, UNY saat ditanya tentang alasan memilih untuk nongkrong di warung ini.
Pemilik warung ini adalah mahasiswa Teknik Mesin UGM 2010 bernama Muhamad Ridho. Ia akrab di panggil Bang Ido. Selain membuka warung tenda di Jalan Kaliurang, bang Ido juga membuka cabang di daerah Seturan. Kedua warung tenda tersebut tidak pernah sepi dari pengunjung.
Memiliki banyak pelanggan, membuat Bang Ido berusaha untuk selalu menjamin kualitas kue. Mutu kue menjadi prioritas utama di warung ini. Cara yang digunakan Bang Ido untuk menjaga mutu tersebut adalah dengan tetap menggunakan bahan premium. Selain itu Bang Ido juga selalu menjaga kebersihan dalam pengolahan maupun dalam penyajiannya.
Kepopuleran kue cubit membuat Bang Ido berniat untuk mendirikan Kafe kue cubit dalam waktu dekat. Dia juga berniat untuk melengkapi aneka toppingnya menjadi 35 macam. Hal ini dilakukan untuk menambah variasi kue cubit agar pengunjung tidak bosan. Meskipun nanti Kafe kue cubit benar-benar didirikan, namun warung tenda pinggir jalan ini masih akan tetap berjalan. “Warung tenda inilah yang sudah membuat kue cubit terkenal seperti sekarang. Jadi, meskipun nanti akan mendirikan Kafe kue cubit tapi warung tenda ini masih akan dibuka bahkan harus dikembangkan” ungkap Bang Ido.
Kue cubit Bang Ido berhasil menarik banyak pelanggan untuk membuat sebuah gaya hidup baru. Duduk-dudk di pinggir jalan sambil menikmati kue cubit, berbincang bersama teman, menghabisakan waktu malam telah menjadikan sebuah kebiasaan baru. Warung ini memilki daya tarik tersendiri untuk mengajak pengunjung datang lagi dan lagi. [Ghina Padilah, Tika Sri Wulandari, Arifah Trijayanti]