“We are different but we are able” ujar perwakilan dari UKM Peduli Difabel dalam acara One Day with Difabel Charity Mini Concert di Hall Gelanggang Mahasiswa UGM. Acara yang diadakan pada hari sabtu (13/12) ini dimeriahkan oleh penampilan band Hail Jhon, band Ade Lentera dan band dari prodi Pariwisata UGM. Selain itu teman teman dari komunitas difabel Jogja, seperti DAC (Deaf Art Community) dan YAKETUNIS (Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam) juga turut meramaikan acara tersebut.
Acara yang diselenggerakan oleh Departemen Sosial Masyarakat BEM KM Sekolah Vokasi UGM ini bertujuan untuk memperingati Hari Difabel Internasional yang bertepatan pada 3 Desember yang lalu. “Acara ini merupakan program kerja terakhir dari Departemen Sosmas BEM KM SV,” tutur Ni Putu Linda Yunawati, ketua panitia acara tersebut. Menurut mahasiswa Rekam Medis 2012 ini, acara ini didanai dari hasil baksos yang sebelumnya juga diadakan oleh mereka.
Menurut gadis yang akrab dipanggil Linda ini, sebelumnya tidak ada keinginan untuk mengadakan peringatan hari difabel lewat sebuah konser. “Awalnya hanya sebuah talkshow, tapi setelah dapat beberapa masukan akhirnya dipilih konser, sekalian untuk menunjukan bakat bakat dari teman teman difabel,” tuturnya. Acara ini dihadiri oleh puluhan peserta, dan dihadiri oleh wakil Dekan bidang Kemahasiswaan Sekolah Vokasi UGM Dr.Wikan Sakarinto.
Acara dibuka oleh penampilan dari band Ade Lentera band dari FORKOMADIKA (Forum Komunikasi Mahasiswa D3 Kehutanan), lalu dilanjutkan dengan penampilan dari Hail Jhon yang membawakan lagu lagu ajakan untuk menyayangi bumi. Hail Jhon juga mengajak peserta yang hadir untuk tidak mempermasalahkan perbedaan. “Tidak ada perbedaan antara kita disini,” ujar vokalis band dari fakultas kehutanan ini.
Kemudian ada penampilan dari DAC, sebuah komunitas seni tunarungu di Jogja yang memiliki banyak prestasi hingga tingkat internasional. Mereka mengajak peserta untuk lebih mengenal bahasa isyarat, dan juga membawakan sebuah puisi lewat bahasa isyarat. Suasana semakin meriah ketika mereka menampilkan sebuah breakdance berkolaborasi dengan komunitas beatbox Jogja. Menurut juru bicara DAC, meskipun tunarungu mereka bisa menikmati musik lewat detak jantung mereka, sehingga mereka bisa menari mengikuti alunan musik.
Acara dilanjutkan dengan sharing dan motivasi dari UKM Peduli Difabel UGM yang diisi oleh Mukhanif dan Dita. Mukhanif dan Dita yang juga merupakan seorang difabel memberikan motivasi bagi anak anak difabel yang hadir untuk tetap semangat menjalani kehidupan. “Menjadi difabel bukanlah sebuah hal yang mudah, namun itu bukan halangan bagi kita untuk tetap berprestasi,” tutur Mukhanif yang juga merupakan mahasiswa berprestasi di UGM. “We are different but we are able’” tambah Dita.
Lalu giliran band dari YAKETUNIS yang menghibur para peserta dengan membawakan 5 lagu, penampilan mereka diiringi dengan tepuk tangan meriah dari peserta acara. Penampilan mereka ditutup dengan lagu dari penyanyi Reggae Tony Q yang berjudul don’t worry. Acara ditutup dengan penampilan dari band prodi Pariwisata yang membawakan 3 lagu.
Acara ini sangat diapresiasi oleh peserta yang hadir, menurut Ruri Abdullah selaku Bapak asrama YAKETUNIS, acara tersebut luar biasa dan ia sangat mengapresiasi panitia. Menurut Dr. Wikan Sakarinto satu juta kata tidak bisa mewakili kekagumanya dalam acara tersebut. “Di acara ini power berbagi begitu terasa, dan nurani benar benar diajak untuk mensyukuri kebesaran-Nya,” tambahnya.
Ia berharap acara ini menjadi agenda rutin BEM KM SV UGM, dan ia juga berencana mengundang komunitas difabel dalam acara syukuran Porsenigama di Sekolah Vokasi. “Bagi saya mereka merupakan the real champion dalam kehidupan ini,” ujarnya. Linda berharap, acara ini dapat membuka nurani peserta untuk lebih peduli terhadap difabel dan juga termotivasi dirinya. “Jika mereka (difabel) mampu berprestasi, seharusnya kita juga bisa,” tambahnya. Sementara itu Ruri berharap UGM lebih peduli dan memfasilitasi kalangan difabel di UGM. [Fazrin].