“Jangan sampai mahasiswa yang mengaku sebagai seorang intelektual salah dalam memilih pemimpin,“ tutur YoceAprianto, Ketua BEM Keluarga Mahasiswa Fakultas Farmasi (KMFA) UGM. Hal itu ia sampaikan saat mengawali acara teatrikal pemilu yang digelar di selasar Fakultas Farmasi UGM. Kegiatan yang digelar Selasa (1/4) ini bertajuk “Gerakan Pemilu Sehat (GPS)”. Selain teatrikal, dalam acara ini juga dilakukan kajian Islam mengenai pemilu dari Keluarga Mahasiswa Muslim Farmasi (KMMF) dan peluncuran jingleoleh Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Fakultas Farmasi.
Rangkaian acara diawali dengan kajian mengenai pemilu sehat yang diisi oleh Ustadz Kuncoro. Ia menuturkan, pemilu merupakan sarana paling tepat untuk memilih pemimpin di negara dengan dua ratus juta penduduk ini. Oleh karena itu ia kurang setuju dengan anggapan sekelompok orang yang menolak adanya pemilu dengan sanggahan tidak sesuai dengan ajaran Islam. “Kalau mereka menolak sistem pemilu, seharusnya mereka ikut memberikan solusi, jangan hanya golput,” tambahnya.
Setelah kajian, acara kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan teatrikal pemilu dari BEM KMFA. Teatrikal ini menyinggung tentang pelaksanaan pemilu di Indonesia. Selain itu, dalam teatrikal ini diperagakan beberapa karakter calon pemilih pada pemilu kali ini. Seperti karakter pemilih yang suka dengan moneypolitic, ataupun mereka yang benar-benar dengan bijak menggunakan hak pilihnya. “Teatrikal pemilu yang diperagakan merupakan murni buah dari kreativitas Departemen Advokasi dan Aksi BEM KMFA,“ tutur Yoce. Seusai petunjukanteatrikal, acara kemudian ditutup dengan peluncuran jingle‘GPS’ ciptaan PSM Fakultas Farmasi. Jingleitu berisi ajakan agar pemilih ikut berpartisipasi pada pemilu ini.
Yoce menjelaskan acara GPS ini hanya salah satu dari sebagian program yang diusung oleh BEM KMFA untuk mengawal pemilihan umum. Dalam program kerja BEM KMFA, sosialisasi mengenai pemilu tidak hanya dilakukan di dalam kampus saja, tetapi juga pada masyarakat umum.”Hari Minggu kemarin, kita dari BEM KMFA juga telah mensosialisasikan tentang pemilu di desa binaan kami,” tuturnya.
Lebih jauh, Yoce menjelaskan pelaksanaan acara ini bertujuan untuk memberi pemahaman mengenai pemilu 9 April mendatang. Ia juga menuturkan mahasiswa yang terdaftar sebagai daftar pemilih harus mampu menyeleksi caleg pada pemilihan mendatang. Kesiapan mahasiswa dalam memilih juga dilihat dari bagaimana ia mampu mengawasi jalannya pemilihan umum. “Setelah memilih, mahasiswa juga harus mengawasi caleg yang telah dipilihnya selama lima tahun ke depan,” tambah Yoce. Ia juga mewanti-wanti terkait adanya moneypolitic pada pemilu kali ini. Sebagai mahasiswa, ketika mengetahui moneypoliticterjadi mereka harus menentukan sikap. “Tolak uangnya, tolak calegnya,” tutup Yoce.
Acara yang berakhir menjelang maghrib ini mendapat berbagai tanggapan dari penonton. Salah satunya Devyanto Hadi Triutomo, mahasiswa Farmasi UGM ’13. Ia mengaku mengikuti acara ini dari awal. “Untuk teatrikalnya kurang menyentuh sih, tapi secara keseluruhan bagus kok,” tuturnya. [Thoriq Ziyad]