Dashboard Ekonomika Kerakyatan Fakultas Ekonomika dan Bisnis DEK-FEB menyadari bahwa rakyat harus disiapkan untuk membangun ekonomi di pedesaan. Hal ini timbul karena maraknya investor asing yang masuk ke pedesaan. “Takutnya pasar rakyat malah dikuasai investor asing. Rakyat hanya menjadi patung saja,” tegas Prof. Gunawan Suryadiningrat ketika mengisi Seminar Bulanan Ekonomi Kerakyatan dengan tema Membangun Ekonomi Menuju Desa Mandiri pada Jum’at (7/3).
Seminar yang digelar rutin tiap bulannya ini bertempat di Auditorium BRI, lantai 3 Gedung Magister Sains dan Doktor FEB UGM. Pada bulan ini, DEK mengangkat topik Portal Employment Income Growth : Memajukan Ekonomi Rakyat. “Perlu digarisbawahi, rakyat yang dimaksud di sini adalah golongan menengah ke bawah dan tinggal di desa,” jelas Gunawan.
Musriyadi selaku Ketua Ikatan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (IPPMI) Yogyakarta, mengatakan bahwa golongan menengah ke bawah terbiasa menjadi pekerja. Hal tersebut membuat Gunawan menginisiasi program Satu Orang Satu Produk. Program ini bertujuan agar setiap orang dapat menghasilkan satu produk. Jika produksi terus meningkat, hal ini akan mempengaruhi pendapatan tiap individu. Ia juga menambahkan setelah program tersebut berhasil dijalankan, akan dilanjutkan program Percontohan Pembangunan Komunitas Kecamatan, One Village One Production, One Villlage One Corporato in. Diharapkan dengan adanya program ini, setiap kecamatan akan menghasilkan satu produk sebagai suatu komoditi daerah. Dengan adanya pendapatan tetap suatu daerah akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam memajukan perekonomian rakyat di desa memang bukan hal mudah. Hal ini dituturkan oleh Musriyadi bahwa ada beberapa hal yang harus dilalui. Yaitu membangun kolega, pelatihan terapan, dan kegiatan terapan dalam suatu desa. Desa merupakan suatu komunitas berbasis solidaritas sehingga membangun kolega di desa perlu dilakukan untuk mengambil kepercayaan masyarakat. Sedangkan pelatihan dan kegiatan terapan meliputi praktik kerja dan pemahaman dasar mengenai pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di pedesaan.
Di samping itu proses pemberdayaan masyarakat juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang ekonomi. Menurut Musriyadi ada tiga hal yang dapat ditempuh dalam memberdayakan masyarakat. Pertama masyarakat harus sadar akan pentingnya ekonomi kerakyatan. Kedua masyarakat harus digugah untuk membentuk gerakan-gerakan dalam memajukan ekonomi kerakyatan. Terakhir masyarakat harus dibiasakan agar menjadi produktif.
Namun pada pelaksanaannya, terdapat banyak kendala dalam menjalankan program tersebut. Salah satunya adalah apa yang kita sebut dengan fenomena ‘kota menyerbu desa’. Dengan berkembang pesatnya teknologi, warga desa tidak mau ketinggalan untuk menggunakan barang-barang seperti orang kota. Pada seminar tersebut Musriyadi menunjukkan sebuah video singkat kepada para peserta tentang fenomena ‘kota menyerbu desa’. “Pernah suatu kali, kami menemui kasus di mana pemuda-pemuda di sana bermain ponsel sedangkan orangtuanya bekerja membangun jembatan,” ungkapnya.
Selain itu perilaku kontradiktif dan keteledoran masyarakat dalam mengembangkan perekonomian di desa juga menjadi kendala. Musriyadi menegaskan bahwa masyarakat desa saat ini tidak mampu melihat peluang-peluang yang ada di sekitar mereka dan malah mengikuti trend kekotaan. Menurut cerita pengalaman Musriyadi ketika terjun langsung ke beberapa desa. Salah satu desa yang dia kunjungi memproduksi bronis untuk dijual di lingkungan sekitarnya. “Pertanyaannya, apakah kue tersebut akan laku?” tanya Musriyadi kepada penonton.
Maka dari itu seluruh program tersebut diharapkan dapat membentuk masyarakat desa menjadi kader-kader berjiwa enterpreneurship. Kader-kader itu nantinya akan mendampingi dan melatih masyarakat dalam menggali potensi ekonomi daerahnya. Pembentukan kader-kader di tiap desa memang diperlukan karena pemimpin lokal menjadi salah satu faktor pentingnya pembangunan berbasis komunitas dan solidaritas. Maka dari itu pendampingan dari kader lokal di desa-desa sangat dibutuhkan untuk mengawal produksi lokal. “Diharapkan masyarakat desa dapat mempertahankan produk lokal dari serangan produk impor investor asing,” pungkas Musriyadi. [Lamia Putri Damayanti, Hidayatmi Khumaira]