Kamis (06/03) siang, suasana ramai menyelimuti ruang multimedia Fakultas Hukum UGM. Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) sedang melaksanakan kegiatan seminar. Seminar ini mengangkat judul âMemberantas Korupsi di Sektor Minyak dan Gasâ.
Seminar antikorupsi ini dihadiri oleh mantan Anggota DPD RI, Marwan Batubara dan pengamat migas, Tutuka Ariadji. Selain itu, hadir pula peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW), Firdaus Ilyas dan Anggota KPK, Eddy RS. Seminar ini juga diisi oleh ketua Pukat UGM, Zaenal Arifin Mochtar dan Guru Besar Fakultas Hukum UGM bidang pidana, Eddy OS Hiariej.
Seminar ini diawali dengan paparan singkat mengenai potensi sumber daya alam dari sektor minyak dan gas oleh Tutuka Ariadji. Dosen Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB tersebut menjelaskan berbagai hal teknis mengenai migas di Indonesia. Ia menjelaskan angka produksi minyak dan gas di Indonesia berada di posisi 21 terbesar di dunia. Produksi migas Indonesia tinggi dikarenakan tingginya permintaan, sehingga menyebabkan cadangan migas semakin sedikit.
Marwan Batubara yang juga ketua Indonesian Resources Studies menyampaikan hal serupa. Ia menambahkan bahwa produksi migas nasional dikuasai asing. âHanya sekitar 17 persen sektor migas yang dikuasai negara atau BUMN, sisanya dikuasai asing,â jelas Marwan. Rumitnya mekanisme membuat pengelolaan migas rentan dikorupsi. Marwan pun menjelaskan tentang gerakan moral âSave Mahakamâ yang diinisiasi olehnya. âBlok Mahakam sebagai sektor migas yang dikuasai asing, tahun 2017 akan selesai kontraknya. Bila diberikan Pertamina akan menghasilkan potensi pendapatan senilai 1200 trilyun,â tambah Marwan.
Peneliti ICW, Firdaus Ilyas melihat lain permasalahan migas di Indonesia. Migas merupakan sesuatu hal yang penting dalam penyelenggaraan negara. Migas dan sektor ekstraktif lainya menyumbang sekitas tiga puluh persen dari jumlah penerimaan APBN. Di sisi lain migas merupakan sumber pengeluaran terbesar negara dengan adanya subsidi BBM dan listrik. âBBM itu rumit, hanya elite yang mengerti,â jelas Firdaus.
Anggota KPK yang hadir sebagai narasumber seminar menjelaskan secara umum hal-hal mengenai korupsi di Indonesia. Eddy menjelaskan tentang angka korupsi yang masih tinggi. Menurutnya, tingkat korupsi Indonesia berada di posisi kelima ASEAN. âKorupsi migas di Indonesia terbagi di tiga sektor, yaitu di bidang kebijakan, administrasi dan komersial,â tambahnya.
Pembicara selanjutnya, ketua Pukat UGM Zaenal Arifin Mochtar menyampaikan materi antikorupsi. âInti dari seminar antikorupsi yang Pukat UGM lakukan adalah bersama-sama mengawasi pengelolaan internal dan eksternal migas,â jelas Zaenal. Ia pun menjelaskan bahwa harus ada yang diperbaiki dari pengelolaan migas di Indonesia. Pengelolaan yang tadinya rumit menjadi singkat jika dilakukan oleh BUMN. âPukat menginginkan pengelolaan migas oleh BUMN, walaupun citra BUMN buruk ya harus diperbaiki secepatnya,â tegas Zaenal.
Seminar ini ditutup dengan materi yang disampaikan oleh Eddy OS Hiariej. Eddy menyampaikan bahwa penyebab utama korupsi migas berada di ranah legislatif atau ranah pembuatan kebijakan. Di balik kebijakan yang dibuat, akan ada pihak-pihak yang diuntungkan dan akan ada imbalan  diterima oleh pembuat kebijakan. âKita berharap dengan tertangkapnya Rudi Rubiandini adalah kartu mati praktik korupsi migas Indonesia,â pungkas Eddy. [Syauqy Uzhma Haris]