Tujuh orang penari wanita dengan gemulai menari mengiringi Shinta. Tiba-tiba tempo gamelan menjadi cepat. Sekelompok penari pria muncul. Gerakan tarian mereka menggambarkan akan menculik Shinta. Para penari wanita pun membalas dengan gerakan tarian yang lebih cepat. Para penari wanita berusaha melindungi Shinta dari Rahwana dan anak buahnya. Cerita ini merupakan cuplikan dari Wayang Wong Shinta Panggih.
Pertunjukkan Wayang Wong Shinta Panggih adalah salah satu dari bagian acara amal. Acara ini diadakan di Pendopo Agung Taman Siswa. Tujuan dari acara ini adalah untuk menggalang dana bagi korban letusan Gunung Sinabung dan Kelud. Sebelum pertunjukkan Wayang Wong Shinta Panggih, empat tokoh punakawan mengajak penonton untuk menyumbang dana. Tiga diantara tokoh punakawan tersebut mengelilingi penonton. Mereka membawa kotak untuk menerima sumbangan sukarela dari penonton. “Awalnya acara ini hanya untuk menggalang dana bagi korban letusan Gunung Sinabung. Namun beberapa hari kemudian Gunung Kelud juga meletus. Akhirnya panitia memasukkan Kelud sebagai sasaran penggalangan dana,” kata Cerri Surya Pradana, selaku ketua panitia.
Ceri menjelaskan alasan panitia memilih pertunjukkan Wayang Wong Shinta Panggih. Hal ini karena Wayang Wong Shinta Panggih lebih dikenal oleh masyarakat Yogyakarta. “Kalau hanya berupa tarian-tarian lepas, masyarakat kurang tertarik. Selain itu, masyarakat juga banyak yang belum tahu”, ujar Cerri.
Pihak yang mengonsep acara penggalangan dana adalah Sanggar Irama Tjitra. Para penari dari sanggar ini adalah pengisi pertunjukkan Wayang Wong Shinta Panggih. Untuk karawitan, panitia bekerjasama dengan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kasihan Bantul (SMKI).
Pembukaan acara dimulai dengan tarian oleh penari cilik dari Sanggar Wiramadita. Setelah itu, enam orang penari wanita membawakan tarian Golek Ayun-Ayun. Mereka adalah penari yang bekerja sama dengan pihak Taman Kesenian. Taman Kesenian merupakan salah satu gudang seni di Taman Siswa.
Cerri mengatakan bahwa acara ini hanya bermodal nekat, karena dipersiapkan dalam waktu dua minggu. Latihan yang dilakukan oleh para penari pun hanya sebanyak lima kali. “Walaupun waktunya mepet, tapi kami tetap berusaha secara maksimal. Hal tersebut kami lakukan karena acara ini bertujuan untuk penggalangan dana. Bahkan para pemain dan penari pun urunan untuk mengadakan pertunjukkan ini,” jelas Cerri.
Dana yang sudah terkumpul nantinya akan langsung disumbangkan ke daerah korban letusan Gunung Kelud. “Mungkin dalam waktu sekitar seminggu ini panitia akan menyumbangkan langsung ke daerah letusan Gunung Kelud,” kata Cerri. Sementara untuk korban di daerah letusan Gunung Sinabung akan diberikan kepada perwakilan di daerah Karo.
Tidak hanya menampilkan beberapa tarian dan pertunjukkan Wayang Wong. Pada acara penggalangan dana ini juga terdapat pameran lukisan milik Gadod Sutejo. Terdapat lima belas lukisan yang dipajang di sebelah kanan sisi panggung. Lukisan-lukisan akan dijual untuk membantu penggalangan dana. “Awalnya kami tidak memasukkan pameran lukisan, tetapi bapak Gadod sendiri yang meminta untuk membantu penyumbangan dana,” ungkap Cerri. Nantinya lima puluh persen dari hasil penjualan lukisan akan disumbangkan kepada korban letusan Gunung Sinabung dan Gunung Kelud.
Acara penggalangan dana dengan pertunjukkan Wayang Wong Shinta Panggih cukup menarik minat penonton, salah satunya Silih Wigan. “Saya sangat suka melihat kreatifitas pemuda yang menampilkan bakatnya untuk membantu orang lain,” ungkap Silih. Namun Silih menambahkan bahwa acara ini memiliki sedikit kekurangan. Kursi yang disediakan untuk penonton terlalu sedikit. “Teman-teman banyak yang berdiri, padahal waktu pertunjukkan lumayan lama. Kalau berdiri jadinya mudah capek,” jelasnya.
Sebagai ketua panitia, Cerri mengaku bahwa acara ini masih memiliki keterbatasan. Namun ia dan teman-teman berpendapat bahwa acara ini cukup sukses. “Kami sangat senang karena dapat mengembangkan bakat seni kami untuk kepentingan sosial,” tutur Cerri. Baginya seni bukan semata-mata hanya untuk hiburan. Seni juga sebagai media amal. Penonton tidak hanya menonton pertunjukkan, tetapi juga melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain,” tutur Cerri.
Dana yang terkumpul dari sumbangan penonton hingga akhir acara berjumlah sekitar Rp. 4.485.800,00. Panitia berharap agar dana sumbangan masih bisa bertambah dari penjualan lukisan. “Semoga dengan adanya acara ini dapat membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang menjadi korban letusan Gunung Sinabung dan Kelud,” tutup Cerri. [Amalia, Pratiwi Diranti]