Indonesia diuji dengan serangkaian bencana yang menerpa di awal tahun 2014. Jakarta yang memang menjadi langganan banjir saat musim hujan kini memiliki “kawan” yang mengalami hal serupa. Banjir menerjang daerah Jawa Tengah seperti Boyolali, Demak, dan Pati. Bahkan Boyolali turut dilanda puting beliung. Bencana juga terjadi di Jawa Barat, yakni di Bekasi dan Karawang, serta Sukabumi yang mengalami longsor.
Tidak hanya di Pulau Jawa, bencana terjadi pula di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan serta Kabupaten Bungo, Jambi. Ditambah lagi banjir di Manado, Sulawesi Utara. Menurut Tim SAR, banjir di tanah Manado tahun ini terbesar dalam sekitar dua tahun terakhir. Pada tahun sebelumnya, banjir hanya setinggi satu setengah meter. Sudah barang tentu ini berakibat pada lumpuhnya wilayah tersebut.
Itu baru banjir, puting beliung, dan longsor. Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara membuat pemerintah menetapkan status gunung api menjadi Awas. Aktivitas gunung api yang terus berlangsung hingga saat ini membuat warga terpaksa mengungsi. Sinabung merupakan gunung api tipe B di mana aktivitas erupsinya belum tercatat sejak tahun 1600. Gunung Api tersebut berubah menjadi tipe A setelah aktivitasnya terdeteksi 2010 lalu. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat pada 1 Januari saja terjadi 708 kali gempa.
Berbicara soal gempa, warga terutama di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah pada 25 Januari 2014 jam 12.14 merasakan gempa yang berpusat di 104 km Barat Daya Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kekuatan gempa yang mencapai 6,5 Skala Richter cukup membuat warga panik meskipun, menurut BMKG, tidak menimbulkan potensi tsunami. Gempa tersebut juga diikuti gempa susulan. Jangan katakan kalau gempa tersebut tidak menimbulkan berbagai kerugian.
Pemerintah terus berupaya entah melalui dana kemanusiaan, memberikan informasi berupa peta rawan bencana, memberikan kebutuhan hidup, dan menggunakan berbagai teknologi guna menanggulangi bencana. Misalnya, dengan menerapkan Sistem Peringatan Dini berupa penyebaran informasi kepada masyarakat melalui penyuluhan, alat komunikasi, serta media elektronik. Tidak hanya itu, sistem ini melahirkan peralatan berupa alat pendeteksi erupsi, gempa, banjir dan sebagainya.
Saat evakuasi korban, tim SAR (Search And Rescue) memanfaatkan teknologi berupa alat pendengar suara agar memudahkan pencarian. Bahkan ahli dari Institut Teknologi Georgia telah meneliti semut karena kemampuannya melewati berbagai medan untuk membuat robot SAR. Ada juga robot tikus bernama Scratchrobot yang mampu mencari korban sekalipun dengan kondisi berasap tebal.
Tidak hanya itu, teknologi sangat dibutuhkan untuk mengabarkan kondisi setelah bencana. Sistem geolocation yang kita kenal terbukti dapat mengetahui lokasi bencana sebab memanfaatkan internet dan satelit. Alat tersebut mampu menunjukkan lokasi yang memiliki potensi terjadinya bencana alam tinggi. Kemudian melalui surat elektronik, situs website, dan chatting, informasi itu tersebar luas ke berbagai penjuru. Alhasil bantuan dari dalam maupun luar negeri beserta relawan secara cepat berdatangan.
Teknologi memang terus berkembang dengan banyak manfaat tapi bila tidak digunakan secara optimal tentu akan percuma. Kita mengetahui bahwa bencana alam dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Oleh karenanya, manajemen bencana sangatlah penting mengingat Indonesia sarat akan bencana. Manajemen bencana yang dimaksud mencakup cara agar masyarakat dapat siap saat bencana datang dan koordinasi yang dilakukan misalnya soal suplai kebutuhan.
Tidak hanya itu, bencana alam yang datang juga harus disikapi secara bijak. Alam ingin agar kita sadar dan peduli. Sebenarnya ada penyebab alam terpaksa bersusah payah menyadarkan. Kehidupan kita terlampau nyenyak dihantui mimpi buruk tentang krisis moral. Dana proyek sebagian diambil untung pribadi tanpa permisi. Kesalahan satu orang digali terus menerus dengan tujuan tertentu. Berikutnya kebohongan dan pergaulan bebas serta pembunuhan menjadi hal biasa.
Oleh karena itu, bencana alam yang menimpa setidaknya dapat diambil pelajaran. Bukan waktunya lagi bencana dijadikan alasan untuk saling menyalahkan pihak tertentu termasuk pemerintah. Terlebih menjelek-jelekkan guna mengambil kursi pemerintahan. Harapannya bencana alam yang terjadi membuat kita bercermin atas apa saja yang telah kita perbuat. Kita berharap Indonesia terhindar dari bencana alam kedepannya. Segeralah pulih, Indonesia.
Shohieb Ahmad N – Mahasiswa Sekolah Vokasi 2013