Acara kolaborasi komunitas seni bertajuk ARTCHIVE diselenggarakan di Misty Gallery pada Jumat (24/1) kemarin. ARTCHIVE merupakan ajang perpaduan karya seni ART dan ARTCHIVE. Konsep ART ditampilkan lewat kerajinan tangan, musik, dan efek visual. Sedangkan konsep ARTCHIVE dimunculkan melalui gelaran karya foto serta perpustakaan mini buku foto. Kelompok [At] HIT yang dibentuk empat orang pegiat seni dan acara, yakni Priambodo Adi Nugroho, Thagatha Skolastika, Ida Rohilaika, dan Haryorachmantyo Wijowarastro menjadi inisiator acara ini. “Kami mengajak komunitas tempat kami bergabung sebelumnya. Kami mulai dari yang terdekat,” papar Priambodo Adi Nugroho, ketua acara.
Acara ini diisi salah satunya oleh Old Photographic Process ISI (K.O.P.P.I) yang menggalakkan teknik cetak foto tua. Komunitas ini memamerkan peralatan teknik cetak foto tua berikut hasil cetakannya di kertas, kayu, dan keramik. Selain itu, Kelas Pagi Yogyakarta (KPY) menggelar perpustakaan mini buku foto. Buku foto baik dari dalam maupun luar negeri disajikan dan dapat dibaca pengunjung.
Komunitas lain yang terlibat dalam ARTCHIVE adalah Komunitas Jogja Stage yang menampilkan pertunjukkan panggung kesenian tradisional maupun kontemporer. Jepretan foto panggung konser musik dan pagelaran tarian dipamerkan di acara ini. Di sisi lain ruangan, perajin dari komunitas kerajinan tangan Magic Fingers Syndicate mengadakan bazar. Komunitas ini juga menyelenggarkan lokakarya melukis di talenan kayu pukul 14.00-17.00 WIB. Acara kemudian ditutup oleh permainan musik DJ Daniel Satya dan VJ Dikasapi dari Soundboutique Forum. Gabungan antara nada dan efek visual menjadi sajian terakhir yang dinikmati oleh penonton.
Adi menjelaskan, ide awal ARTCHIVE bermula dari banyaknya komunitas yang akif berkegiatan di Yogyakarta. Akan tetapi, komunitas-komunitas tersebut banyak berjalan di bidangnya masing-masing. “Tujuan ARTCHIVE adalah mempertemukan teman-teman komunitas agar lebih kenal satu sama lain. Harapannya kalau acara ini ada gaungnya, akan mudah mengajak teman-teman bergabung.,” paparnya. Hal senada juga diungkapkan Aprilo Abdullah Akbar, anggota K.O.P.P.I. “Komunikasi dengan komunitas yang bergerak di bidang foto sudah bagus. Besok Februari dengan KPY bakal bikin lokakarya,” tuturnya.
Putri Amandhari, salah satu pengunjung, menganggap masing-masing komunitas mempunyai produk atau media yang diolah. Hal tersebut membuat komunitas-komunitas memiliki karakter yang unik. “Makanya acara seperti ini harus lebih sering diadakan agar dapat memunculkan ide lewat karya-karya,” ujarnya. [Nindias Nur Khalika]