Presensi fingerprint sebagai sistem presensi modern ternyata belum efektif diterapkan di kampus.
Sistem presensiĀ fingerprintĀ adalah suatu mekanisme presensi sidik jari sebagai simbol identitas dengan menggunakan alat yang terkomputerisasi. Sistem presensi ini kini mulai digunakan oleh beberapa fakultas di UGM untuk mendata kehadiran dosen dan karyawan. Termasuk pendataan kehadiran mahasiswa yang mulai diterapkan di Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, serta di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang baru menerapkan beberapa bulan terakhir ini.
Tujuan penerapan sistem presensiĀ fingerprintĀ adalah untuk mendapatkan data kehadiran mahasiswa secara efektif dan efisien. Penggunaan sistem ini dapat memudahkan bagian akademik fakultas dalam mengolah data untuk kepentingan kegiatan perkuliahan. Misalnya, saat mereka harus menghitung persentase kehadiran mahasiswa sebagai syarat untuk mengikuti ujian dan mendata mahasiswa yang bermasalah melalui persentase kehadirannya.
Salah satu fakultas yangĀ menerapkan sistemĀ fingerprintĀ adalah Fakultas Kedokteran, namun penerapannya masih sebatas pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter. Sedangkan, Ilmu Keperawatan dan Gizi Kesehatan masih menggunakan presensi manual.Ā Sistem ini diterapkan sejak awal tahun ajaran 2011 semester ganjil kepada mahasiswa angkatan 2011 dan 2010. Dalam pelaksanaannya belum ada protes ataupun keluhan dari mahasiswa mengenai sistem presensi baru ini.
Oleh karena Fakultas Kedokteran telah menjalankan sistem presensiĀ fingerprintĀ selama hampir dua semester, maka dipilih sebagai sumber data dalam tulisan ini. Angkatan 2010 yang dipilih sebagai sampel karena dianggap dapat mewakili perkembangan presensi mahasiswa sebelum dan sesudah penggunaanĀ fingerprint.Ā Ini dikarenakan angkatan 2010 sebelum tahun 2011 masih memakai sistem presensi manual atau tandatangan.
Data kehadiran mahasiswa diperoleh dari bagian akademik Fakultas Kedokteran untuk melihat keefektivitasan sistem presensiĀ fingerprint. Untuk itu, dilakukan perbandingan antara persentase kehadiran mahasiswa sebelum dan sesudah penerapan sistemĀ fingerprint. Data yang digunakan adalah data kehadiran mahasiswa angkatan 2010 pada blok 1.6 sebelum menggunakanĀ fingerprintĀ dan blok 2.3 setelah menggunakanĀ fingerprint. Data blok 1.6 mewakili kehadiran mahasiswa angkatan 2010 selama enam minggu dalam semester 2, sedangkan blok 2.3 mewakili kehadiran mahasiswa selama enam minggu dalam semester 3.
Persentase kehadiran mahasiswa pada tiap blok didapat dengan menjumlah kehadiran mahasiswa selama enam minggu dibagi jumlah total pertemuan kuliah, kemudian dikali 100%. Hasil persentase kehadiran tiap mahasiswa dirata-rata, sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan grafik di atas. Untuk persentase kehadiran mahasiswa pada blok 1.6 adalah sekitar 81%. Artinya jika terdapat 100 mahasiswa, maka rata-rata yang hadir sekitar 81 mahasiswa selama satu semester. Sedangkan persentase kehadiran pada blok 2.3 adalah 75,46%. Artinya jika terdapat 100 mahasiswa, maka yang hadir mencapai rata-rata 75 sampai 76 mahasiswa. Dengan demikian, penurunan tingkat kehadiran terjadi sekitar 5,4 %.
Secara tidak langsung, tujuan diberlakukan presensi denganĀ fingerprintĀ adalah untuk meningkatkan tingkat kehadiran mahasiswa saat kuliah. Dengan ditunjang oleh teknologi tinggi dan sistem pengolahan data yang akurat, maka teknis presensi akan menjadi lebih ketat. Praktis, ini akan menyebabkan mahasiswa berpikir ulang jika ingin membolos atau meninggalkan jadwal kuliah. Namun melihat grafik yang disajikan di atas, tingkat kehadiran mahasiswa justru cenderung mengalami penurunan.
Dengan pemberlakuanĀ fingerprintĀ ini, dimungkinkan mahasiswa yang semula terbiasa titip absen (TA) akan mengalami kesulitan melakukan aksinya lagi. Hal ini disebabkan mahasiswa harus melakukan presensi sendiri. Berbeda jika presensi dilakukan dengan sistem tanda tangan yang berpotensi adanya tindakan kecurangan. Akan tetapi, kemungkinan itu tidak berlaku jika mereka bisa mengakali TA dengan mesinĀ fingerprint. Kemungkinan yang lain, mahasiswa lupa melakukan presensi karena belum terbiasa dengan sistem presensi ini. Apalagi, mereka diharuskan melakukan presensi dengan sistem tersebut di dalam kelas saat masuk dan keluar kelas kuliah. Padahal, mahasiswa sudah terbiasa melakukan presensi secara manual atau dengan tanda tangan yang diedarkan pada saat kuliah.
Berdasarkan penjelasan grafik di atas, dapat digambarkan bahwa sistem presensi dengan menggunakanĀ fingerprintĀ justruĀ dinilai kurang efektif.Ā Hal ini menunjukkan bahwa penerapanfingerprintĀ di kampus cenderung belum siap diterapkan kepada mahasiswa. Dengan melihat pengalaman prodi Pendidikan Dokter, dapat disimpulkan bahwa tujuan penerapanĀ fingerprintkurang berhasil mewujudkan presensi kehadiran yang efektif. Bagaimana dengan fakultas yang baru menerapkan percobaan atas sistem ini seperti Fisipol? Kita mengenal Fisipol adalah salah satu fakultas yang memiliki peraturan yang kurang ketat dibandingkan fakultas lainnya. Misalnya, beberapa mata kuliah yang belum menerapkan presensi minimal 75% untuk mengikuti ujian dan kehadiran mahasiswa yang kurang diperhatikan dosen. Jika di prodi Pendidikan Dokter saja mengalami penurunan persentase kehadiran, dapat diprediksi bahwa di Fisipol bakal bisa menemui masalah yang sama ketika sistemĀ fingerprintĀ diterapkan sebagai satu-satunya sistem presensi.
Mahasiswa seharusnya sudah dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Mahasiswa seharusnya sudah memiliki kesadaran untuk hadir dalam perkuliahan tanpa harus sibuk mengakali sistem presensi yang diterapkan oleh fakultas. Jika mahasiswa memiliki kesadaran, tanpa penerapanĀ fingerprintĀ pun dari fakultas, sistem presensi yang efektif akan terwujud dengan sendirinya. Selain itu, jika ingin sistem ini berhasil diterapkan, pengawasan terhadap kinerja sistemĀ fingerprintĀ juga harus diperhatikan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir mahasiswa yang lupa absen, titip absen, dan lain-lain, serta meningkatkan keefektivitasan sistem presensi yang diterapkan.Ā [Anisa Lailatul F., Phisca Aditya R., M. Fakhrurrazi]