Selasa(3/5) Siang, Nurhadi, Kepala Satuan Ketertiban dan Keamanan Kampus(SKKK), menyatakan kekecewaannya perihal aksi demonstrasi yang dilakukan Komite Aksi Masyarakat Progesif Anti Komersialisasi(KAMPAK) di UGM.
Ia menganggap aksi yang dilakukan pada Senin(2/5) tersebut tidak terpuji dan cenderung anarkis. “Petugas SKKK didorong, ada yang sampai terjatuh dan cedera,” ujarnya.
Menurut Winaryo, anggota tim penyelidik SKKK, aksi demonstrasi memperingati hari pendidikan nasional tersebut tidak sesuai dengan peraturan di kampus. Sebab peserta demonstrasi tidak seluruhnya mahasiswa UGM, melainkan juga mahasiswa dari beberapa universitas lain. “Kita mempertanyakan kepentingan dan tuntutan mereka terhadap UGM,” tuturnya. Ia juga menuding kericuhan yang terjadi pada saat demonstrasi salah satunya disebabkan mahasiswa dari universitas lain yang cenderung provokatif. “Kalau yang melakukan demonstrasi adalah mahasiswa UGM, tentu tidak akan terjadi gesekan seperti itu,” tuturnya. Atas dasar aksi tersebut, Kepala SKKK berencana membuat Standar Operasional Prosedur(SOP) untuk menertibkan demonstrasi di UGM.
Pihak demonstran membantah tudingan seputar kericuhan dalam demonstrasi tersebut. Rifyan Ernando, mahasiswa Hukum Tata Negara 2008 UGM yang turut dalam aksi tersebut justru mengutarakan hal sebaliknya. Menurut dia, ada oknum SKKK yang justru memprovokasi massa. Sejak awal, massa hanya ingin masuk ke Balairung untuk melakukan aksi damai berupa mimbar bebas. Namun petugas SKKK berusaha menghadang massa mulai dari tangga masuk ke Balairung dengan membentuk barikade. “Kami sudah meminta petugas SKKK untuk membuka barikade, namun tidak digubris,” ujarnya.
Lebih lanjut Ernando menjelaskan, karena permintaan demonstran tidak ditanggapi mereka akhirnya menerobos barikade SKKK dan berhasil masuk ke Balairung. Suasana pun semakin tidak kondusif. “Barikade SKKK lapis kedua di dalam Balairung bersikeras menghadang mahasiswa yang sudah masuk. “Mahasiswa pun saling dorong dengan petugas SKKK,” ungkapnya.
Dalam aksi demonstrasi yang berlangsung ricuh tersebut, Mandela Sinaga selaku Koordinator Lapangan juga memberikan kesaksian. Ia menjelaskan bahwa demonstrasi yang dilakukan KAMPAK merupakan aksi bersama mahasiswa menolak komersialisasi pendidikan di Indonesia. UGM dipilih sebagai tempat aksi, karena mahasiswa menganggap pihak rektorat UGM sebagai simbol geopolitik dan komersialisasi pendidikan di Indonesia.
Selain itu Mandela juga menjelaskan bahwa aksi yang dilakukan memang tidak sesuai dengan rencana awal. Namun hal tersebut disebabkan tindakan represif pihak SKKK. “Memang ada tindakan keras dari demonstran, tetapi itu semata-mata reaksi dari apa yang dilakukan oknum SKKK,” katanya. Ia menambahkan, beberapa mahasiswa justru mengalami kekerasan dalam aksi tersebut. “Wisnu Prasetya Utomo, Koordinator Umum dalam aksi tersebut, dipukul oknum SKKK saat sedang berusaha menengahi kericuhan,” tuturnya. Hal itu sempat membuat demonstran terprovokasi. Ia juga mengaku siap membuktikan hal tersebut. “Kami memiliki bukti foto dan video pemukulan yang dilakukan oknum SKKK terhadap demonstran,” tegasnya.[Ibnu]