Selasa (4/12/2012), Balairung mengunjungi Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF). Festival film Asia ini diadakan mulai tanggal 1 hingga 5 Desember 2012. Terlihat antusiasme masyarakat yang sangat besar untuk mengikuti jalannya festival ini. Hal itu terbukti dalam pemutaran film Parts of the Heart dengan membludaknya jumlah penonton sehingga kapasitas Gedung Societet tidak mencukupi. Para penonton pun rela duduk lesehan untuk dapat menyaksikan film tersebut. Mereka datang dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa sampai wisatawan mancanegara. Acara ini mengambil tema Redreaming Asia yang ditampilkan di Taman Budaya Yogyakarta dan Empire XXI serta terdapat open air cinema(layar tancap) yang berlokasi di Krapyak, Wedomartani dan Singosaren, Bangupatan. Film-film yang ditampilkan pada festival film ini tidak hanya berasal dari dalam negeri namun juga film-film dari negara asia seperti Srilanka, Filipina dan China. Film yang ditayangkan tidak terpaku pada salah satu genre saja, namun beberapa genre seperti komedi, drama,dan terdapat pula film kompilasi.
Tujuan dari festival film ini adalah menggabungkan film-film buatan sutradara Indonesia serta menayangkan film yang tidak didistribusikan di bioskop. Dengan begitu nilai moral yang terdapat dalam film-film tersebut dapat tersampaikan. Menurut Ifa Isfansyah, selaku Board of Program JAFF 2012 bahwa dengan terselenggaranya festival ini dapat mengubah anggapan masyarakat tentang bobroknya perfilman Indonesia. Harapan yang ingin dicapai adalah dapat memajukan perfilman Indonesia serta memperkenalkan film Indonesia di kancah Asia. Berkaca juga pada perfilman saat ini yang dikuasai oleh Hollywood dengan ditunjang dana besar karena distribusi yang luas. “Festival film ini sudah 7 kali diselenggarakan dan animo penonton selalu ada peningkatan setiap tahunnya serta di tahun inilah yang paling besar” ,tutur Ifa. Acara ini juga mendapat apresiasi dari Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) sebagai bentuk pengenalan budaya film nasional. Kemendikbud juga memberikan sumbangan dana untuk pelaksanaan acara ini. Selain dari kemendikbud dana juga diperoleh dari berbagai sponsor.
Para sutradara nasional juga memberi sumbangsih atas terselenggaranya acara ini seperti Ifa Isfansyah yang menyutradarai film Garuda Di Dadaku, Ambilkan Bulan dan juga sutradara yang lain seperti Garin Nugroho. Kepanitiaan merupakan volunteer dari kalangan mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta sampai seniman. Untuk lebih mengapresiasi, panitia juga mengadakan award pada penutupan festival berupa golden hanoman dan silver hanoman yang diberikan pada film yang terpilih sebagai film terbaik dalam festival film ini.
Respon penonton festival film ini juga sangat baik seperti dituturkan oleh Rendi bahwa acara ini dapat menjadikan hiburan gratis dengan memberikan film yang jarang dilihat di bioskop. Dia juga berharap semoga perfilman Indonesia semakin bermutu .“ Tidak hanya menampilkan yang seperti Suster Keramas”, ungkapnya. [Hilman Ramadhani/Adriansah Pratama/Nuresti Tristya Astarina]