Seekor bebek, lengkap dengan topi dan baju kelasi birunya, berjalan dengan gaya lucu di tengah keruwetan posko pegungsian Purna Budaya UGM. Bokongnya yang besar berayun ke kiri dan kanan mengundang perhatian anak-anak di lokasi pengungsian. Ia adalah si Donal Bebek, ia datang bersama dua badut lain dari Kelompok Badut Sulap Samasuka pada Sabtu siang (6/11). Posko yang menampung 507 pengungsi korban letusan Merapi pun sontak meriah. “Badut… Badut… Badut… Badut…” teriak anak-anak menyambut kedatangan badut Donal Bebek dan kawan-kawannya. Bukan hanya anak-anak yang senang, para personil TNI-AD YONIF 403 yang sedang berjaga juga melambai-lambai girang pada para badut.
Sesampainya di Hall Purna Budaya, para badut dikerumuni anak-anak. “Salim sama badut sana le,” kata Fitri Widayanti, pengungsi dari kecamatan Harjobinangun, pada putranya, Zidan Rizqy Harmida yang masih berusia tiga tahun. Zidan yang sebelumnya malu-malu pun ikut mengerumuni para badut. Ia kemudian semakin asyik bercanda dengan badut. Anak-anak dan para relawan pada tergelak melihat tingkah lucu Zidan saat berkejaran dengan badut Donal Bebek.
Sejurus kemudian, anak-anak diajak duduk dan menyanyi bersama. Drs Sukino dalam kostum badut polkadot dan wig rambut jabrik mengambil posisi sebagai pemandu acara. “Ayo kita tabah, insya Allah semua ini ada hikmahnya,” ujar lelaki paruh baya yang akrab disapa Gareng itu pada anak-anak. Bersama Agus Subkhan dalam kostum Miki Tikus dan Jeki Kapas dalam kostum Donal Bebek, ia lalu menghibur anak-anak dengan pertunjukan sulap dan tebak-tebakan. Jeki Kapas mengaku senang bisa ikut menghibur anak-anak. “Saya bangga walaupun sumbangsih saya mungkin hanya sedikit untuk membantu para korban letusan Merapi,” tutur pendukung fanatik Persibo Bojonegoro tersebut.
Para badut memang sengaja didatangkan untuk menghibur anak-anak pengungsi letusan Merapi. Ide ini datang dari ibu-ibu paguyuban “Istri Rimbawan” Departemen Perhutani rayon Bojonegoro. “Selain bantuan fisik berupa logistik, kami juga bermaksud memberikan bantuan dalam bentuk hiburan,” ujar Ir. Joko Purnomo, Kepala Biro Optimalisasi Aset dan Usaha Lain Departemen Perhutani rayon Bojonegoro. Sebelum ke Purna Budaya, rombongan Departemen Perhutani dan Kelompok Badut Sulap Samasuka menghibur anak-anak pengungsi di posko stadion Maguwoharjo dan Gelanggang Mahasiswa UGM.
Dadang Tri Kusumandanu, Koordinator GER (Gelanggang Emergency Response) posko Purna Budaya, menyatakan, relawan merasa terbantu dengan kedatangan para badut. “Kami senang melihat anak-anak antusias,” ujarnya. Sampai Sabtu (6/11) pukul 11.00 WIB, di posko Purna Budaya sendiri terdapat 75 anak-anak. 42 anak berusia enam sampai sepuluh tahun, sedang 33 anak berusia dua sampai lima tahun. Untuk membantu para anak-anak melawan trauma pasca bencana, para relawan melakukan pendampingan. “Kami ajak bernyanyi dan menggambar bersama,” ujar Dadang memberi contoh kegiatan pendampingan.
Penyembuhan trauma pasca bencana memang menjadi prioritas tersendiri di posko-posko pengungsian. Anak-anak, menurut Dadang, lebih rentan mengalami trauma. Zidan misalnya, seringkali terbangun dari tidur dan langsung menangis di malam hari. Fitri juga menuturkan anaknya terkadang minta pulang ke rumah. Namun kegundahan Fitri baru saja sedikit terobati. Ia senang melihat Zidan berjingkrak-jingkrak bersama badut Donal Bebek. “Selama di pengungsian, baru tadi saya lihat Zidan segembira itu,” kata Fitri sambil membuat susu untuk Zidan. [Azhar]