Kekhawatiran akan perubahan iklim mendorong masyarakat akademika Fakultas Geografi UGM menyelenggarakan rangkaian acara simposium internasional pada Jumat-Senin, 4-7 Mei 2012. Acara bertajuk Geography International Symposium (GIS) 2012: Adaptation toward Climate Change for Sustainability ini diprakarsai oleh BEM KM Fakultas Geografi UGM yang bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia (Imahagi).
Ditemui pada sela acara (6/5), ketua panitia acara, Rona Kusuma Hati, memaparkan tentang rangkaian kegiatan yang telah berlangsung sejak Jumat (4/5). Peserta membentuk forum asosiasi bernama ASEAN Geography Student Association (AGSA) dengan harapan dapat dijadikan wadah berkumpul bagi mahasiswa Geografi se-ASEAN. Karena itu, pada Sabtu (5/5) bertempat di Fakultas Geografi UGM, acara dibuka dengan Konferensi Pemuda bertema seputar perubahan iklim. “Ini pertama kalinya acara seperti ini diadakan,” ungkap Rona.
Ada empat tema yang diusung dalam acara ini, yakni Climate Change and Disaster Risk Management, Hidrology and Agroecosystem in Climate Change, Community Empowerment to Adapt Climate Change, dan Reducing Economic Disruption Caused by Climate Change. Rona memaparkan, “Kami melihat banyak negara di Asia rawan bencana, terutama di kota-kota besar. Selain itu, ada pergeseran musim, ini imbasnya pada sektor agrikultur, lalu ke sosial masyarakat.” Kesepakatan terhadap keempat tema besar dalam Konferensi Pemuda itu dideklarasikan pada akhir acara. Tamu-tamu dari berbagai belahan dunia seperti Bangladesh, Uzbekistan, Malaysia, Timor Leste, turut hadir dan mendeklarasikan hasil konferensi.
Pada Minggu (6/5), simposium internasional dilangsungkan. Simposium dibagi ke dalam tiga sesi. Sesi pertama menghadirkan Presiden International Geographical Union, Prof Ronald F. Abler yang membawakan presentasi bertajuk The Important for Land Use Planning to Preserve Environment Sustainability. Selanjutnya, Kepala Bidang Bina Operasi Badan Meteorolgi, Klimatologi, dan Geofisika, Drs. Budi Suhardi, DEA, membawakan presentasi bertajuk Climate Change Policy and Adaptation Strategy for Indonesia.
Sesi selanjutnya juga menghadirkan Ketua Pusat Studi Energi UGM, Prof. Dr. Jumina, yang membawakan presentasi mengenai energi alternatif untuk mengurangi pengaruh perubahan iklim. Sesi dilanjutkan oleh Ketua Climate Change Adaptation and Mitigation, Dr. Pramono Hadi dengan topik upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Melalui sesi-sesi tersebut, acara ini diharapkan memiliki keberlanjutan, tidak hanya kajian, namun mendalangi implementasi program untuk diterapkan oleh pemerintah. “Tentu kami berharap akan ada keberlanjutan, karena ini yang pertama. Mungkin ke depannya akan diadakan di Malaysia atau Singapura,” tandas Rona. [Dewi Kharisma Michellia, Hamzah Zhafiri Dicky]