Suasana pelataran Gedung R. M. Margono Djojohadikusumo FIB riuh dengan suara rebana yang ditabuh, pada Kamis (3/3) siang. Penonton berdesakan untuk melihat apa yang ada di dalam kerumunan acara puncak Dies Natalis ke-65 FIB UGM. Pertunjukan dibuka dengan aksi beberapa penari bertopeng seram yang muncul menggunakan gelang kaki yang bergerincing. Pentas lalu dilanjutkan oleh seorang penari yang sontak membuat penonton bersorak-sorai. Sebagai pengisi acara puncak, pihak penyelenggara menampilkan sepuluh pagelaran budaya dari beberapa jurusan yang telah diseleksi sebelumnya. Acara yang mengusung tema Festival Internasional Budaya dan Kuliner ini juga menampilkan pertunjukan mahasiswa asing FIB. Selain itu, sepanjang jalan menuju pelataran gedung R.M Margono juga terdapat standmakanan khas dari beberapa daerah di Indonesia maupun makanan dari luar negeri. Acara puncak Dies Natalis ini kental akan nuansa kebudayaan. Drs. Djarot Heru Santosa, M.Hum, selaku panitia pelaksana Dies Natalis ke-65 FIB UGM mengungkapkan, “Harapan kami adalah supaya warga FIB, khususnya mahasiwa mengetahui apa saja yang menjadi kekayaan budaya Indonesia”. Begitu pula tutur Dekan FIB, Dr. Ida Rochani Adi, S.U. “Sebetulnya, acara seperti ini juga ditujukan untuk menimbulkan minat mahasiswa untuk mengembangkan dan mencintai budayanya”. Gayung pun bersambut. Tarian dan nyanyian yang ditampilkan mampu memikat puluhan penonton dari berbagai jurusan. “Dies Natalis kali ini menarik, berbeda dari sebelumnya. Hanya saja waktunya kurang pas, harusnya jam perkuliahan ditiadakan saja,” ujar Lutfi, mahasiswa Antropologi 2009. Namun, meskipun acara ini berbenturan dengan jam kuliah beberapa mahasiswa, hal tersebut tak lantas membuat pertunjukan sepi penonton. [Dian]