Mulai awal perkuliahan semester genap tahun ajaran (TA) 2011/2012, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) akan menggunakan sistem fingerprint dalam menghitung presensi mahasiswa. Seminggu sebelum awal masuk perkuliahan, mahasiswa diberi waktu untuk mendaftarkan sidik jarinya, yaitu sejak tanggal 13 hingga 17 Febuari 2012.
Menurut Dr.Phil.Hermin Indah Wahyuni,S.IP.,M.Si, wakil dekan bidang akademik, Fisipol telah menerapkan panduan akademik tentang presensi mahasiswa sejak 2009. Panduan tersebut mencantumkan bahwa untuk mengikuti ujian, mahasiswa harus hadir minimal 75% dari total pertemuan. Selama ini, peraturan tersebut belum tercapai secara maksimal.
Maraknya pemalsuan tanda tangan mahasiswa pada presensi menjadi penyebabnya.Ditambah lagi adanya perbedaan pandangan antar dosen tentang penerapan minimum 75% kehadiran. Selain itu, penghitungan absen secara manual yang dilakukan sering menimbulkan kesalahan yang membuatnya tidak akurat. Pengadaan fingerprint dimaksudkan sebagai solusi meningkatkan akurasi data presensi tersebut. “Terobosan teknologi ditujukan untuk efisiensi dan menjamin mutu penyelenggaraan proses pendidikan yang lebih akuntabel,” ujar Hermin.
Penerapan teknologi baru ini diharapkan dapat mereduksi permasalahan presensi yang sering muncul. Presensi yang dilakukan di awal dan akhir perkuliahan juga mampu merekam durasi perkuliahan.“Meskipun bukan penyembuh segalanya, tapi setidaknya fingerprint bisa mengurangi masalah di akhir semester,” ungkapnya.
Ada beberapa tanggapan di kalangan mahasiswa menyikapi penggunaan teknologi fingerprint ini. Sulpa Saleh, mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan (JPP) 2011 menyatakan akan mengikuti kebijakan dari fakultas asalkan tujuannya memang baik. Setali tiga uang, Dzikri Asykarullah, mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan(PSDK) 2010 juga mengungkapkan dukungannya. “Bisa dibilang ini sebuah kemajuan dengan tujuan yang baik untuk meminimalisir ketidakjujuran mahasiswa” ujar Dzikri.
Di sisi lain,Mohammad Zaki Arrobi, mahasiswa Sosiologi 2010 mengungkapkan kritiknya atas kebijakan baru ini. Ia mengeluhkan sosialisasi yang buruk dari pihak dekanat. Menurutnya, sosialisasi hanya sebatas pemberitahuan di Facebook, tidak melibatkan partisipasi mahasiswaterlebih dahulu. “Keluarga Mahasiswa Sosiologi(KMS) tidak pernah dilibatkan dalam proses sosialisasi apapun bentuknya oleh dekanat, saya kira HMJ lain juga demikian,” ujar ketua Keluarga Mahasiswa Sosiologi tersebut.
Selain tidak ada sosialisasi resmi yang jelas dan intensif, waktu input data saat liburan juga merugikan mahasiswa yang masih diluar kota.“Terus terang sangat banyak keluhan dari teman-teman mahasiswa terkait sosialisasi kebijakan ini,” ujarnya lagi.
Hermin sendiri mengakui, pro-kontra pasti akan ada di awal pelaksanaan sistem ini. Oleh sebab itu, pada seminggu pertama nantinya absen akan dilakukan secara manual dan fingerprint sekaligus sebagai proses transisi. “Ya nanti kita lihat sajalah bagaimana keributannya,” tuturnya. Mulai semester depan Fisipol akan mulai menjalankan sistem baru ini. “Namun pertanyaannya, apakah Fisipol sudah benar-benar siap?” tutup Ristifah, mahasiswa PSDK 2011, mengakhiri pembicaraan. [Shiane Anita Syarif, Hamzah Zhafiri Dicky, M. Faisol Amir, M. Ageng Yudhapratama R.]