Kamis (22/3), Pemilihan Rektor (Pilrek) UGM 2012-2017 telah mencapai puncaknya. Pada sidang gabungan Majelis Wali Amanat (MWA) beserta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Djoko Santoso, terpilih Prof. Dr. Pratikno sebagai rektor baru.
Dengan hasil itu, selesai sudah hingar-bingar euforia politik menuju kursi kekuasaan.
Momen lima tahunan Pilrek tentu tidak ditinggalkan begitu saja oleh para mahasiswa. Semenjak disosialisasikan pendaftaran calon rektor, gerakan-gerakan intra ataupun ekstra kampus bermunculan mengungkapkan kepeduliannya terhadap isu ini. Pandhuri Jayadi, koordinator Gerakan Aliansi Peduli UGM (GARPU), mengungkapkan bahwa aksi demonstrasi yang selama ini dilakukan sebagai bentuk tekanan yang diberikan kepada pihak MWA, “Kita memposisikan sebagai sekelompok orang yang menekan kemudian membawa usulan untuk dipertimbangkan,” ungkapnya
Dalam menanggapi isu ini, gerakan-gerakan mahasiswa memiliki tuntutan dan cara yang berbeda (baca balpress: Ragam Tuntutan Mahasiswa Warnai Pemilihan Rektor). Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Bulaksumur misalnya, pada selasa (13/3) menggelar debat calon rektor kemudian merumuskan 10 tuntutan rektor ideal menurut mahasiswa. Menurut Dwi Nuswantara, ketua HMI cabang Bulaksumur, HMI menekankan isu ini lebih kepada substansinya. Tidak ada masalah yang sangat urgen untuk disikapi dengan demonstrasi turun ke jalan. “HMI hanya mengagendakan acara debat kandidat, merumuskan 10 tuntutan, kemudian menyampaikan aspirasi tersebut kepada para calon,” ujar Dwi.
Berbeda dengan HMI, GARPU lebih sering melakukan aksi turun ke jalan. Tercatat selama isu pilrek ini bergulir, sudah empat kali mereka menyampaikan tuntutan. Tuntutannya pun berubah-ubah dari keterbukaan Pilrek, pelaksanaan yang bersih, gugatan tentang batasan umur calon, hingga menuntut ketua MWA mundur dari jabatannya. Pandhu mengungkapkan perbedaan tuntutan tersebut karena terdorong oleh keadaan proses Pilrek yang bermasalah. “Ketika akan menghasilkan pemimpin yang bersih dan bagus, bersihkan dulu tata cara pemilihannya,” tambahnya.
Senada dengan Pandhu, Lazuar Sitepu, Kepala Departemen Advokasi Dewan Mahasiswa (DEMA) Justicia Fakultas Hukum menjelaskan bahwa sebuah aksi berlangsung sebagai pengejewantahan dari isu yang hangat saat ini. DEMA tidak ingin kepemimpinan Prof. Sujarwadi terulang kembali oleh rektor terpilih nantinya. Dema melihat bahwa peraturan-peraturan yang dibuat Sujarwadi dinilai otoriter dalam memimpin UGM. Selama mengawal isu ini, tercatat DEMA melakukan aksi sebanyak satu kali.
Berbagai aksi yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa tidak serta merta dilakukan begitu saja. Sebelum aksi, penggodokan isu dilakukan di dalam intern gerakan. Lazuar menjelaskan bahwa dilakukan pengkajian isu terlebih dahulu dengan berkonsultasi dengan dosen tentang aturan atau solusi yang akan diberikan kemudian hasil tersebut dibahas bersama-sama. “Jika memang diperlukan untuk aksi, kami menindaklanjutinya dengan turun ke jalan,” tambahnya.
Pandhu merasakan dari berbagai aksi yang dilakukan, masih kurang dalam penggodogan dan pendalaman isu. Hal ini terlihat saat membahas isu tersebut, hanya para aktivis gerakan saja yang ikut di dalamnya. Akibatnya pada saat aksi berlangsung, tidak semua paham dengan substansi tuntutan yang diusung dalam aksi tersebut. “Saya sadar itu sangat pragmatis. Tapi karena kita butuh untuk segera menekan, hal itu terpaksa dilakukan,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Lazuar, selama ini gerakan mengawal isu Pilrek hanya hangat dibahas oleh para aktivis. Sebagian besar mahasiswa kurang peduli dengan agenda pemilihan rektor. “Ketika kami melakukan aksi, kurang lebih hanya 30an mahasiswa Hukum yang ikut. Kebanyakan adalah para aktivis. Walau demikian, DEMA berupaya agar mahasiswa tahu tentang pilrek dengan memberikan pers rilis yang dibagikan kepada mahasiswa,” ungkapnya.
Dengan berakhirnya proses pemilihan rektor, bukan berarti gerakan mahasiswa baik diskusi ataupun demonstrasi berakhir disini. Dwi menjelaskan, “Kita jangan melihat peristiwa ini sepotong-sepotong sehingga ahistoris terhadap isu pemilihan rektor. Mahasiswa harus terus mengawal rektor yang terpilih untuk melaksanakan visi-misinya”. Pandhu juga menambahkan, “Setelah isu Pilrek ini, kita tetap akan melakukan aksi kepedulian UGM. Banyak masalah yang dihadapi oleh UGM yang harus kita sikapi,” pungkasnya. [Khairul Arifin, M. Ramdani]