Sabtu sore (23/02), Malioboro bak kedatangan makhluk mitologi. Sosok naga besar berlarian di sepanjang Jalan Malioboro. Sosok itu berputar di tengah sambil meliuk-liukkan tubuhnya. Pengunjung pun terlihat antusias dengan memadati area pinggiran jalan. Ada yang memotret atau sekedar melambaikan tangan.
Begitulah gambaran kemeriahan acara Dragon Festival. Acara ini merupakan salah satu rangkaian “Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) VIII” untuk memperingati Imlek. Diselenggarakan pada 20-24 Februari, festival kali ini telah memasuki tahun keduanya. Menurut Sidik Purnama, panitia PBTY yang menjadi leading organizer festival mengungkapkan, jumlah peserta kali ini cukup banyak, “Jumlah tim atau peserta yang mengikuti festival ini ada 31. Mereka berasal dari daerah Yogyakarta dan sekitarnya,” terangnya.
Dalam festival ini, ditampilkan atraksi naga raksasa khas negeri Tiongkok atau lebih dikenal dengan nama liong. Puluhan tim dari penjuru Yogyakarta turut berpartisipasi. Salah satunya para personel TNI-AU. Mereka memainkan liong terpanjang di Asia yang mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia pada 2010 silam. Panjang naga tersebut mencapai 131 meter. Praktis, diperlukan banyak personel untuk memainkannya. “152 personel akan memainkannya secara bergantian,” Ujar Letnan Dua Tegar, koordinator atraksi Liong TNI-AU.
Untuk memperlancar acara, beberapa ruas jalan pun ditutup. Penutupan dilakukan mulai pukul 17.00 hingga 23.00 di Jalan Pasar Kembang, Pangeran Mangkubumi, Abu Bakar Ali, Senopati, Ahmad Dahlan, Kleringan, dan area sekitar Tugu. Pengamanan pun dilakukan oleh berbagai pihak. Tidak hanya polisi, ada anggota dinas perhubungan dan beberapa petugas keamanan Malioboro. Kasat lantas Yogyakarta, Kompol Bambang S. Widodo menjelaskan, “Kita melakukan koordinasi dengan berbagai pihak. Ada Dinas perhubungan, Unit Penataan Teknis (UPT) Malioboro, Petugas Jogoboyo (Petugas Keamanan Malioboro), dan Kepolisian Yogyakarta.” Jumlah seluruh pasukan pengamanan mencapai 300-an orang. Menurut Bambang, koordinasi telah dilakukan sejak dua minggu sebelum acara.
Acara sempat mengalami kendala karena Arak-arakan festival dilanda macet. Begitu juga dengan Liong TNI-AU. Para tentara itu harus duduk sejenak di tengah Jalan, menunggu lalu lintas kembali lancar. Walaupun terdapat beberapa kendala, semua itu tidak menghalangi antusiasme pengunjung untuk tetap menyaksikannya. Salah satunya Nur Indah Wiji Lestari. Dia mengungkapkan, “Festivalnya menarik, jadi sayang untuk dilewatkan,” ungkapnya. Acara pun diakhiri dengan tembakan kembang api di alun-alun utara keraton. [Agung Hidayat]