Beberapa orang dari berbagai usia tampak menyasar salah satu sisi Benteng Vredeburg pada Minggu (3/3). Mereka mengenakan pakaian dengan warna-warna yang mencolok mata, mulai hijau, biru sampai hitam. Menjelang pukul 09.00, langkah kaki mereka semakin cepat. Orang- orang itu hendak menuju ke Gedung E tempat acara Jogjanesia dilangsungkan. Di dalam ruangan terdengar lantunan lagu Indonesia Raya yang mengiringi pembukaan acara Jogjanesia sekaligus menandakan peresmian Forum Jogja Peduli (FJP).
Hadirin riuh bertepuk tangan menyambut peresmian FJP. Sejenak suasana riuh padam saat video tentang pergerakan beberapa komunitas Yogyakarta mulai diputar. Tampak dalam penayangan video, seorang bocah laki-laki dengan malu berkata, âmau jadi pemain bola,â katanya terkekeh. Seketika tawa pecah. Keluguan sang bocah mengundang tawa hadirin. Emosi hadirin teraduk ketika sang bocah ditanya, âgimana perasaanya kalau enggak bisa sekolah?â. Hening. Sang bocah tertegun, tak ada sepatah katapun keluar dari bibir kecilnya. Heningnya sang bocah merambat kepada hadirin. Pada akhirnya, tayangan video ditutup dengan gagasan bahwa cita-cita mereka harus kita jaga.
Lahirnya FJP berawal dari beberapa komunitas Yogyakarta yang berkumpul dalam pertemuan pada 26 Oktober 2012. Saat itu, tiga puluh komunitas yang hadir menelurkan gagasan akan perlunya sarana untuk berkolaborasi. Mereka sadar masing-masing komunitas tidak dapat bergerak sendiri-sendiri. Empat bulan setelah pertemuan di bulan Oktober, lahirlah Forum Jogja Peduli. Komunitas Yogyakarta yang dulu berdiri sendiri, kini telah tergabung ke dalam FJP. âBayangkan saja nyala lilin, ketika sendirian mungkin nilai manfaatnya kecil, tapi dengan bersama pasti akan lebih bermanfaat,â jelas Seno Wahyu Aji P., M.B.A. selaku ketua FJP.
Komunitas Yogyakarta yang tergabung ke dalam FJP memiliki kepedulian terhadap permasalahan sosial di kota ini. FJP berfokus pada empat kategori, yakni pendidikan, beasiswa, lingkungan dan perdamaian. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan bagi komunitas lain untuk bergabung, mengingat keanggotaan forum ini bersifat terbuka. âPada dasarnya setiap komunitas yang bersifat positif dan non-profit akan kami terima,â jelas Seno. Mengusung semboyan Jogjanesia, Dari Jogja Untuk Indonesia, forum ini diharapkan bisa membawa perubahan yang lebih baik untuk Indonesia. Ia mengatakan keikutsertaan berbagai komunitas ini menunjukkan kesiapan Yogyakarta untuk mulai melakukan perubahan. âJadi kita tidak melulu menuntut suatu perbaikan pada pemerintah, tapi juga menjadi bagian dari solusi itu sendiri,â tuturnya.
FJP ingin memprakarsai lahirnya teori butterfly effect (pengaruh kecil dapat menyebabkan efek yang jauh lebih besar) di bidang sosial. Hadirnya forum ini di Yogyakarta diharapkan menjadi katalis bagi daerah lain untuk turut memulai pergerakan yang peduli terhadap masalah sosial. Kedepannya Seno berharap berbagai komunitas lain dan juga ikut bergabung ke dalam FJP dan bersama membangun Indonesia. âUntuk agenda tahun ini FJP akan berfokus memperkenalkan forum ini kepada masyarakat luas,â ujar Seno.
Forum ini diharapkan dapat menjadi media komunikasi antar komunitas sosial di Yogyakarta. Dengan adanya komunikasi maka diharapkan berbagai komunitas dapat bersinergi untuk mencapai tujuan FJP. âAlangkah sayangnya apabila komunitas-komunitas tersebut tidak saling mengenal sehingga tidak tahu kebutuhan satu sama lain,â ujar Mega dari Hoshizora, komunitas pegiat pendidikan anak. Mega juga menyebutkan harapannya agar melalui forum ini akan tercipta kolaborasi yang lebih hebat lagi.
Weny N. Arifani, salah satu pengunjung peresmian Forum Jogja Peduli mengatakan bahwa konsep forum ini menarik. âBanyak komunitas di Yogyakarta yang jalan sendiri-sendiri, dengan hadirnya forum ini komunitas-komunitas itu bisa saling bekerja sama sehingga hasilnya lebih baik lagi,â tutur Weny.
âBayangkan sapu lidi ketika lidi itu sendiri ia akan memiliki manfaat yang lebih kecil dibandingkan ketika lidi itu berkumpul,â ujar Seno. Semangat kerja kolektif inilah yang menjadi ide dasar bagi komunitas yang tergabung dalam FJP untuk berkongsi menjernihkan persoalan sosial di kota Pelajar. Meskipun terdiri dari komunitas-komunitas dengan berbagai warna, mereka siap membawa Yogyakarta ke arah yang lebih baik. [Arifanny Faizal, Krisnia Rahmadany]
1 komentar
It’s difficult to find knowledgeable people about this subject, however, you seem like you know
what you’re talking about! Thanks