Bertempat di Gedung Auditorium Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Yayasan Lembaga Kajian islam dan Sosial (LKiS) bekerja sama dengan Keluarga Mahasiswa Antropologi (KEMANT) mengadakan diskusi buku. Acara yang diadakan Rabu (27/3), mendiskusikan buku ‘Bebetei Uma’ karya Bambang Rudito. Buku ini berkisah tentang budaya Mentawai, khususnya kajian etnografi.
Acara diskusi buku ini dimulai pukul 09.34 dengan sambutan perwakilan Yayasan LKiS. Setelah itu, pengantar diskusi oleh moderator. Selanjutnya, pembicara memberikan paparan. Pada sesi terakhir, diskusi tanya jawab dengan peserta yang hadir.
Awalnya, konsep acara ini adalah bedah buku. Namun, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A. selaku pembicara awal tidak bisa hadir, sehingga konsep acara diubah menjadi diskusi buku. Hal ini diungkapkan oleh Buhari, mahasiswa Antropologi ’10, selaku ketua panitia. “Pembicara awal enggak bisa dan akhirnya kami disarankan untuk menghubungi Mbak Maskota Delfi yang ternyata masih murid penulisnya,” kata Buhari.
Bambang selaku penulis sekaligus pembicara pertama, memaparkan tentang isi buku dan kekagumannya terhadap budaya Mentawai. Ia mengatakan, identitas orang Mentawai tidak akan berubah karena masih ada unsur keyakinan nenek moyang. “Kebiasaan mungkin bisa berubah, tetapi budaya itu sendiri akan tetap,” tegas Bambang.
Pembicara lainnya, Maskota Delfi, mahasiswi S3 Antropologi UGM, menanggapi buku ini secara positif. Ia mengungkapkan kekagumannya atas riset serius yang dilakukan Bambang untuk menulis buku ini. “Pak Bambang sudah meneliti Mentawai sejak saya baru berfikir untuk menjadi mahasiswa. Sungguh dedikasi yang luar biasa,” ujar Maskota.
Antusiasme peserta tidak terlalu tinggi. Terlihat dari penonton yang hadir tidak terlalu banyak. Kursi-kursi Auditorium FIB sebagian besar kosong tidak terisi. Biarpun begitu, hal ini tidak membuat pembicara maupun panitia kecewa. Menurut Maskota, yang terpenting adalah kontinuitas acara seperti ini. “Acara diskusi tidak perlu banyak peserta, yang penting komunikasi bisa terjalin selama acara berlangsung,” ujar Maskota. Hal serupa juga disampaikan oleh Buhari. “Mungkin acara kurang efektif karena ruangan terlalu besar, tapi saya cukup puas dengan diskusi ini,” katanya.
Penonton yang hadir pun juga cukup menikmati acara ini. Hal ini disampaikan oleh salah satu penonton yang hadir, Gilang P. Sari, Antropologi ’08. Ia mengatakan bahwa acara ini cukup menarik. “Saya kebetulan tertarik dengan Mentawai dan yang dibahas tentang etnografi,” ujarnya. Gilang juga mengungkapkan, acara diskusi buku terutama tentang etnografi akan sangat bagus jika sering diadakan.[Suci Wulandari]