Unit Pelaksana Tugas (UPT) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (PKCB) Kota Yogyakarta melakukan pencopotan tenda-tenda bazar ramadan milik Pedagang Kaki Lima (PKL) Teras Malioboro 2 pada Minggu(10-03). Tenda-tenda tersebut didirikan oleh PKL untuk menjual berbagai menu takjil selama ramadan guna menambah penghasilan. Menurut kesaksian Wanto, salah seorang PKL Teras Malioboro 2, kejadian tersebut berlangsung pada pukul 01.00 WIB dini hari. Waktu itu, ia sedang berbincang dengan pedagang lain ketika secara mendadak tenda-tenda mereka dibongkar satu persatu. âRombongan UPT [PKCB-red] ngumpul nggak seperti biasanya, begitu dateng langsung bersih-bersih, tenda langsung dibongkar,â ujar Wanto.
Lebih lanjut, Wanto menjelaskan bahwa pembongkaran tenda-tenda tersebut dilakukan oleh pihak UPT PKCB tanpa terlebih dahulu berkomunikasi dengan para PKL. Pedagang yang tidak terima lantas melakukan perlawanan. âKita udah minta tolong itu pembongkaran tenda berhenti dulu, tapi tetep aja tenda dibongkar terus. Ya mau nggak mau kan temen-temen [PKL Teras Malioboro 2-red] melakukan perlawanan, tenda-tenda yang dibongkar tadi kita dirikan lagi,â tambah Wanto.Â
Upik Supriyati, salah satu PKL Teras Malioboro 2, mengatakan pembongkaran dilakukan karena PKL menggunakan tenda dengan merek Aqua. Di sisi lain, pihak UPT PKCB telah bekerja sama dengan merek Le Minerale dan sudah menyepakatinya dalam Memorandum of Understanding (MoU). Namun, saat PKL meminta untuk ditunjukkan MoU tersebut, pihak UPT menolak. âKatanya kita sebagai pedagang tidak perlu tahu, ini kan minim informasi dan minim partisipasi,â ucap Upik.
Upik menerangkan bahwa sejak awal perencanaan bazar, komunikasi antara PKL dengan pihak UPT PKCB memang tidak terjalin dengan baik. Usahanya dalam menghubungi Ekwanto selaku Kepala UPT PKCB Kota Yogyakarta tidak pernah mendapat jawaban. âKita nggak pernah dilibatkan dari awal pembentukan. Kita tidak mengetahui juga tentang sosialisasinya, SOP-nya, ataupun tata tertibnya seperti apa,â tambahnya. Upik mengaku bahwa PKL yang minim informasi akan hal tersebut akhirnya berinisiatif menambah jumlah tenda dengan menggandeng merek lain, yaitu Aqua.Â
Wanto turut menyampaikan bahwa PKL berinisiatif untuk menambah jumlah tenda karena pihak UPT PKCB hanya menyediakan sepuluh tenda untuk digunakan tiga puluh PKL. Mereka yang ingin berjualan di dalam tenda harus mendaftar, nantinya, PKL dengan penjualan yang kurang laku akan diprioritaskan. âSedangkan di sini yang tidak laku itu banyak,â terang Wanto.
Wanto kembali menuturkan bahwa sepuluh tenda untuk tiga puluh pedagang akan menimbulkan kecemburuan sosial, mengingat terdapat 1.041 pedagang di dalam Teras Malioboro 2. Oleh karena itu, para PKL berinisiatif menambah sepuluh tenda agar terdapat dua puluh tenda, sesuai dengan jumlah lorong di Teras Malioboro 2. Ia menjelaskan bahwa satu tenda dapat dikelola oleh satu lorong dan keuntungan yang didapatkan dapat dikelola masing-masing lorong. âItu kan adil kalau konsepnya kayak gitu, 1.041 pedagang bisa menikmati semuanya,â ucap Wanto.
Pedagang lain bernama Rista menyampaikan bahwa setelah peristiwa pembongkaran terdapat kesepakatan antara PKL dengan pihak UPT PKCB. Ia mengatakan bahwa bazar ramadhan di Teras Malioboro 2 akan tetap berjalan. âKesepakatan terakhir seperti itu, nggak tau kalo berubah lagi,â tukas Rista.
Upik turut membenarkan pernyataan Rista. Saat dikonfirmasi oleh BALAIRUNG melalui aplikasi pesan singkat, ia juga menyebutkan bahwa PKL telah menawarkan kepada pihak UPT PKCB untuk merek Aqua pada tenda ditutup total. Akan tetapi, pihak UPT PKCB tetap bersikeras hanya tenda Le Minerale yang boleh digunakan. Pada akhirnya, Upik dan para PKL pun setuju dan tidak merasa keberatan dengan hal tersebut.Â
Namun, sampai tulisan ini diunggah, hanya terdapat sepuluh tenda merek Aqua yang berdiri di pelataran Teras Malioboro 2. Terkait hal tersebut, Upik menyatakan bahwa ia dan para PKL tidak mengetahui alasannya. âMasih tanda tanya besar tentang MoU pemerintah dengan Le Minerale dan kenapa sebagai komunitas [PKL-red] di Teras Malioboro 2 tidak dilibatkan,â terang Upik.
Terkait kejelasan atas permasalahan yang terjadi, BALAIRUNG telah mencoba menghubungi Ekwanto untuk melakukan konfirmasi dan wawancara. Namun, pihaknya menolak hal tersebut. Ekwanto berdalih permasalahan yang terjadi karena ketidakpahaman PKL atas aturan yang ada dan bertindak semaunya.
Reporter: Shalma Putri Adistin, Sidney Alvionita Saputra, dan Yasmin Nabiha Sahda
Penulis: Shalma Putri Adistin dan Yasmin Nabiha Sahda
Penyunting:Â Cahya Saputra
Ilustrator: Nabillah Faisal Azzahra
Erata: Sebelumnya, tertulis hari kejadian âSenin (10-03)â diganti dengan âMinggu (10-03)â dan penambahan nama-nama reporter.