“Gerakan perempuan itu bukan hanya soal orasi, tetapi bisa melalui hal-hal kecil,” ucap Yolanda, anggota International Women’s Day (IWD) Yogyakarta, Sabtu (02-03). Dalam peringatan Hari Perempuan Sedunia, IWD Yogyakarta menggandeng Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta untuk mengadakan kegiatan dengan tajuk “Srawung Perempuan Merdeka”. Salah satu agenda dalam kegiatan ini adalah tes HIV, tes IVA, dan tes kesehatan umum yang diadakan secara gratis di PKBI Yogyakarta.
Bagong, penanggung jawab rangkaian tes kesehatan, menjelaskan bahwa agenda ini berangkat dari permasalahan perempuan itu sendiri. Ia menyebutkan bahwa HIV dan kanker serviks adalah momok yang sangat dekat dengan perempuan. Bagong juga menyayangkan masyarakat yang sering memberi stigma negatif terhadap penyakit tersebut. “Kadang mereka [perempuan-red] belum tes aja udah takut duluan, soalnya dikasih stigma yang buruk,” ungkapnya.
Bagong juga merasa bahwa perempuan sangat rentan dalam ranah kesehatan seksual, seperti HIV dan kanker serviks. Ia cukup simpati dengan perempuan yang selalu dijadikan sebagai beban sosial saat permasalahan mengenai kesehatan ini muncul. “Nggak hanya beban sosial, mereka [perempuan-red] juga dibebankan secara domestik,” tegas Bagong. Ia menyampaikan bahwa perempuan bahkan harus menunda pemeriksaan kesehatan mereka karena biaya yang cukup mahal.
Kondisi di saat perempuan harus menanggung beban ganda ini dianggap Bagong sebagai sebuah ironi. Ia menekankan bahwa lingkungan yang patriarki bertanggungjawab atas keadaan perempuan yang kesulitan untuk mengakses dan memeriksakan kesehatan mereka. “It’s irony karena menurutku, perempuan tuh memegang peran yang sangat besar yang nggak bisa digantikan sama laki-laki,” ketusnya.
Di sisi lain, Yolanda melihat bahwa kegiatan ini menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Ia menyadari bahwa tidak semua orang bisa dijangkau lewat diskusi ataupun acara-acara terbuka, seperti acara musik. “Kebetulan momentumnya tepat [Hari Perempuan Sedunia-red], sekalian aja menyadarkan lewat tes kesehatan [tes HIV dan tes kanker serviks-red] yang dekat dengan perempuan ,” ujar Yolanda.
Siska, Direktur Eksekutif PKBI Yogyakarta, mengungkapkan bahwa kegiatan ini adalah sebuah keberhasilan. Pengunjung yang mau dan berani untuk memeriksakan dirinya menjadi target capaian utama. Ia menyebutkan bahwa angka tidak mereka [IWD dan PKBI-red] anggap sebagai patokan dari keberhasilan kegiatan ini. “Ini bukan soal seberapa banyak yang datang, tapi soal seberapa variatif dan inklusifnya kegiatan hari ini,” jelas Siska.
Mengamini Siska, Yolanda merasa bahwa kegiatan ini berjalan dengan lancar. Walau seharian datang hujan, tetapi animo yang didapatkan cukup banyak. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini sangat terbuka kepada seluruh kalangan. “Ternyata, tadi mas-mas [gender selain perempuan-red] banyak juga yang datang untuk memeriksakan kesehatannya,” papar Yolanda. Ia mengatakan bahwa peringatan Hari Perempuan Sedunia bukan hanya soal perempuan, tetapi seluruh kalangan.
Yolanda dengan penuh semangat menuturkan bahwa kegiatan ini tidak akan berhenti sampai di sini. Ia menginginkan agar kegiatan ini menjadi sebuah wadah yang aman dan inklusif bagi semua perempuan. “Semoga semua perempuan kecil yang tertindas tidak merasa kecil lagi karena kita kecil sama-sama,” tegas Yolanda.
Layaknya Yolanda, Bagong meyakini bahwa kegiatan sosial kecil seperti ini menjadi sebuah awal gerakan yang berdampak besar ke depannya. Ia merasa bahwa forum dan animo dari kegiatan ini menjadi sebuah bentuk sharing power. Kesadaran orang-orang melalui kegiatan ini, bukan hanya perempuan, terbentuk secara natural dan organik. “Tadi forumnya cukup mendukung dan jadi bentuk advokasi sendiri. Sharing power-nya juga terbentuk secara organik,” tutup Bagong.
Penulis: Ester Veny
Penyunting: Tiefany Ruwaida Nasukha
Ilustrator: Gayuh Hana Waskito