Pengukuran lahan di Desa Wadas diberitakan oleh berbagai media, tak terkecuali Okezone. Madia ini memberitakan bahwa pengukuran lahan tersebut berjalan kondusif. Namun, pemberitaan Okezone tidak lepas dari praktik sosial yang mengelilinginya.
Pendahuluan
Warga Wadas menolak penambangan batuan andesit untuk pembangunan Bendungan Bener di Purworejo. Sumber-sumber penghidupan mereka terancam. Warga Wadas mengupayakan penolakan melalui berbagai jalur, mulai dari aksi hingga gugatan hukum. Namun, pada 8 Februari 2022, demi melancarkan pengukuran lahan, aparat kepolisian mengambil langkah represif dan melakukan penangkapan paksa. Keesokannya, 9 Februari 2022, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, datang ke Desa Wadas. Rangkaian peristiwa ini menjadi kabar utama di berbagai media Indonesia. Sebagai entitas yang mengklaim diri independen, berbagai media memberitakan peristiwa yang terjadi di Wadas dengan beraneka macam sudut pandang.Â
Salah satu media nasional yang turut memberitakan isu ini adalah Okezone, portal online yang memuat berita dan hiburan berbahasa Indonesia. Media ini resmi diluncurkan pada 1 Maret 2007 dan dimiliki oleh PT Media Nusantara Citra (MNC), bentukan Hary Tanoesoedibjo. Pada 2019, Okezone menempati posisi pertama di Indonesia dalam kategori situs web terpopuler menurut Alexa.com. Popularitas yang besar ini diperoleh dengan suntikan dana konglomerat yang besar pula. Melihat popularitasnya, Okezone, menurut Ross Tapsell (2017), berada dalam lanskap oligopoli media Indonesia.
Setelah pengukuran lahan di Desa Wadas, Okezone menerbitkan 16 artikel yang mengandung kata âWadasâ pada 9 Februari, dan 8 artikel pada 10 Februari. Dalam paradigma kritis, produk yang dihasilkan oleh media dan wartawan tidak lepas dari ideologi tertentu sebagai akibat dari struktur sosial yang melingkupi dapur redaksi masing-masing media (Eriyanto, 2011). Proses pembuatan berita tidak hanya meliputi praktik teknis dalam merangkai peristiwa, tetapi juga sebuah hasil dari praktik sosial. Praktik sosial memengaruhi keputusan media dalam merangkai suatu makna dari peristiwa (Hall, 1982). Alhasil, media memiliki daya untuk memanufaktur kenyataan. Dengan kata lain, sebagaimana media lainnya, Okezone adalah mesin reproduksi wacana (OâKeeffee, 2011).
Wacana
Menurut Michel Foucault (dalam Fox, 1998), kata âwacanaâ merujuk pada dua hal, yaitu kumpulan praktik yang membatasi tindakan dan pikiran manusia, serta konsep yang menjadi penyebab dari fakta bahwa pikiran dan tindakan manusia berjalan beriringan dengan ârezim kebenaranâ. Wacana menciptakan apa yang benar dan apa yang salah (Foucault, 1980 dalam Fox, 1998).Â
Wacana sering terlihat sebagai âsesuatu yang telah dikatakanâ (an already said). Namun, eksistensi wacana tidaklah terbatas sebagai frasa yang telah diucap atau teks yang telah ditulis, tetapi juga sebagai âsesuatu yang tidak pernah dikatakanâ (a never said). Sesuatu yang tidak pernah dikatakan adalah suara halus dari tarikan napas, terlihat tidak ada. Oleh karena itu, perlu ada pengandaian bahwa wacana muncul dan telah terartikulasikan melalui proses yang mendahuluinya. Sebuah tulisan (sesuatu yang telah dikatakan) selalu memiliki rongga dalam huruf dan tanda-tandanya (sesuatu yang tidak pernah dikatakan) (Foucault, 2019).
Dalam setiap kelompok masyarakat, wacana diproduksi melalui prosedur yang mengandung kontrol, seleksi, dan keteraturan. Prosedur ini ditujukan untuk memperoleh penguasaan dan menjaga kuasa (Foucault, 1970). Pierre Bourdieu (dalam Haryatmoko, 2017) mengatakan bahwa, salah satu instrumen kekuasaan, yang juga instrumen wacana, adalah bahasa. Penggunaan bahasa adalah wacana, menyiratkan praktik sosial.
Pandangan yang melihat penggunaan bahasa sebagai wacana menghadirkan dua implikasi. Pertama, wacana adalah bentuk dari tindakan. Penggunaan bahasa oleh seseorang merupakan tindakan yang merepresentasi penglihatannya atas dunia/realitas. Kedua, wacana akan selalu tersituasikan secara sosial, dan memiliki hubungan dialektis dengan struktur sosial. Dengan demikian, untuk membuat wacana lebih terlihat dan transparan, perlu adanya model analisis yang berpusat pada penyebab suatu bahasa terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial serta konteks sosial yang mengelilinginya (Eriyanto, 2001; Fairclough, 2010). Model analisis seperti ini dikenal dengan nama âanalisis wacana kritisâ.
Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough
Norman Fairclough, salah seorang pengembang analisis wacana kritis, membangun model analisis yang mengintegrasi pendekatan linguistik dan sosial politik. Menurut Fairclough (2010), tujuan dari analisis wacana kritis adalah untuk menyelidiki hubungan yang buram dari kausalitas antara (a) teks, peristiwa, dan praktik diskursif, serta (b) struktur, relasi, dan proses sosial juga budaya yang lebih besar. Analisis wacana kritis melakukan penyelidikan atas teks, peristiwa, dan praktik yang muncul dan terkondisikan oleh relasi kuasa serta pergumulan atas kuasa dalam kehidupan sosial. Â
Fairclough (2010) mengacukan tiga karakteristik dari analisis wacana kritis, yaitu (1) tidak hanya menganalisis teks, tetapi juga menganalisis hubungan antara teks dan elemen lain di dalam proses sosial; (2) tidak hanya berisi tafsiran atas wacana, tetapi juga analisis terhadap teks; dan (3) tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga normatifâmenunjuk apa yang salah atau tidak tepat secara sosial.
Sejalan dengan Fairclough, Foucault (dalam Fox, 1998) menandaskan bahwa wacana bersifat anonim, tidak bergantung pada intensi manusia, sehingga tidak dapat direduksi menjadi hanya teks. Namun, untuk membuka kedok dari wacana, tetap penting untuk bermula dari teks. Dalam upaya membongkar suatu wacana, Fairclough (2010) membagi analisis wacana dalam tiga dimensi: teks, praktik diskursif, dan praktik sosiokultural.Â
Analisis Teks
Analisis wacana kritis mengupas dua hal, yaitu peristiwa sosial yang konkret dan struktur sosial yang abstrak. Keduanya merupakan bagian dari realitas sosial. Salah satu bentuk dari peristiwa sosial yang konkret adalah teks. Teks terbentuk dari praktik dan struktur sosial oleh agen sosial yang tersituasikan. Dalam analisis wacana kritis, analisis teks perlu dilakukan karena teks merupakan bagian dari proses penciptaan makna (Fairclough, 2010).
Sebuah teks menghadirkan penggambaran atas suatu objek serta menampilkan hubungan antarobjek. Menurut Fairclough (dalam Eriyanto, 2001), teks dapat diurai dan dianalisis dari tiga unsur, yaitu representasi, relasi, dan identitas. Dalam tulisan ini, teks yang dijadikan objek analisis adalah âBerjalan Normal dan Kondusif, Pengukuran Lahan di Desa Wadas Segera Tuntasâ yang diterbitkan oleh Okezone pada 10 Februari 2022.
1. Representasi
Analisis representasi ditujukan untuk melihat cara seseorang, kelompok, tindakan atau kegiatan ditampilkan. Fairclough (dalam Eriyanto, 2001) mengungkapkan bahwa ketika teks ditampilkan, setidaknya penulis dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu pemilihan kosakata (vocabulary) dan pilihan tata bahasa (grammar).Â
Wacana yang ingin ditampilkan dalam teks berita âBerjalan Normal dan Kondusif, Pengukuran Lahan di Desa Wadas Segera Tuntas” adalah pengukuran lahan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) di desa Wadas berjalan normal dan tidak sarat konflik. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata ânormalâ sebanyak lima kali, termasuk di judul berita. Penggunaan kata ânormalâ yang cukup banyak ini menekankan bahwa pengukuran lahan yang terjadi di desa Wadas tidak menyimpang dan menyalahi aturan. Peristiwa yang terjadi digambarkan sebagai hal yang biasa dan umum. Hal tersebut diperkuat dengan penggunaan kata âkondusifâ di judul berita. Lalu, diafirmasi oleh kalimat âSementara itu, Kades Wadas, Fachri menambahkan, aktivitas warga berjalan normal, sejumlah warga dibantu petugas turut mendampingi tim BPN melakukan pengukuran.â Penulis menggunakan otoritas Kepala Desa (Kades) Wadas untuk menekankan lagi bahwa kondisi di Wadas berjalan normal.Â
Penulis menggambarkan hubungan antara warga desa yang pro dan kontra dengan memilih kata âinteraksiâ. Kata interaksi menggambarkan hubungan yang tidak mengandung gesekan, beda halnya dengan perdebatan, bentrokan, atau konflik. Selanjutnya, keberadaan petugas kepolisian di Desa Wadas dituliskan sebagai suatu âpendampinganâ, alih-alih pengepungan atau penyerbuan. Beberapa warga Wadas juga ada yang sempat âdiamankanâ, seakan perilaku warga sebelumnya tidak aman. Para warga âdiamankanâ bukan ditahan atau ditangkap paksa. Lebih lanjut, dalam kalimat âSelain melakukan pendampingan pengukuran lahan, lanjutnya, petugas kepolisian juga melakukan aksi sosial dengan membagikan ratusan paket sembako pada warga,â tertuliskan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh petugas kepolisian. Petugas kepolisian tidak hanya melakukan âpendampinganâ, tetapi juga membagikan sembako.
2. Relasi
Relasi dalam analisis teks berarti berusaha melihat hubungan antaraktor sosial dalam teks. Dalam suatu berita, terdapat berbagai pihak yang terlibat, mulai dari wartawan, editor, sampai masyarakat. Relasi ini terbentuk karena media berita merupakan suatu arena sosial yang mempertemukan kepentingan dan gagasan dari berbagai kelompok masyarakat (Eriyanto, 2010).
Masih dalam artikel âBerjalan Normal dan Kondusif, Pengukuran Lahan di Desa Wadas Segera Tuntasâ, aktor sosial yang terlibat adalah wartawan, Kapolda Jawa Tengah, Kades Wadas, dan masyarakat Wadas. Relasi yang digambarkan dalam artikel berita ini adalah hubungan baik antara kepolisian yang mengawal proses pengukuran lahan dengan masyarakat Wadas. Hal ini dapat dilihat dari kalimat â… sejumlah warga dibantu petugas turut mendampingi tim BPN melakukan pengukuran.â Lalu, diperkuat dengan âPihaknya (Kades) menampik informasi yang beredar bahwa situasi di desa Wadas dikabarkan mencekam sejak kedatangan petugas yang mengukur lahan milik warganya.â
Selanjutnya, relasi yang digambarkan dalam artikel berita ini adalah relasi antara masyarakat yang pro dengan masyarakat yang kontra. Relasi antarkeduanya digambarkan baik-baik saja. Hal ini dapat dilihat dari kalimat âDisebutkan bahwa hingga saat ini interaksi warga masyarakat di desa Wadas baik yang sepakat tanahnya diukur dengan warga yang kontra juga berjalan dengan baik.â Pernyataan ini pun ditambah dengan penjelasan dari Kades Wadas yang menyatakan bahwa masyarakat yang pro dan masyarakat yang kontra saling menghargai keputusan dan pendapatnya masing-masing.
3. Identitas
Analisis identitas berbicara tentang cara wartawan mengidentifikasi identitasnya dalam suatu teks berita. Identitas ini berkaitan dengan keberpihakan wartawan dalam berita yang ditulisnya. Tidak hanya itu, identitas juga berkaitan dengan cara aktor sosial lain diidentifikasi dalam teks berita. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan narasumber (Eriyanto, 2001).
Penulis memilih Kabid Humas Kombes Polda, M Iqbal Alqudusy; dan Kades Wadas sebagai narasumber. Pemilihan narasumber ini menunjukkan bahwa penulis mengambil posisi yang memiliki otoritas dalam pengukuran lahan atau, dengan kata lain, pelaku dari pengukuran lahan. Lalu, penulis sama sekali tidak menampilkan suara dari warga Wadas. Artinya, penulis tidak mengidentifikasikan dirinya sebagai pihak yang bersama warga.
Praktik Diskursif
Setelah analisis teks, selanjutnya Fairclough menekankan perlunya analisis praktik diskursif yang terdiri dari produksi, konsumsi, dan distribusi. Dalam analisis wacana kritis Fairclough, praktik diskursif merupakan dimensi kedua setelah analisis teks. Fairclough menekankan bahwa diperlukan suatu bentuk radikalisasi secara konkret dari analisis terhadap teks.Â
Praktik diskursif Fairclough selaras dengan makna dari analisis wacana kritis itu sendiri, yakni peleburan antara analisis wacana kritis dengan analisis sosial kritis ke dalam bahasa dan fokus terhadap wacana serta hubungan antarwacana juga elemen sosial lainnya, seperti, relasi kekuasaan, ideologi, institusi, identitas sosial, dan pendidikan (Universitas Birmingham, 2008). Praktik diskursif merupakan langkah yang mesti ditempuh agar analisis wacana kritis dapat masuk ke praktik sosiokultural yang menjadi tumpuan akhirnya (Eriyanto, 2001).Â
Analisis praktik diskursif, secara praktis, dapat ditinjau melalui tiga faktor, yakni (1) individu, (2) rutinitas media, dan (3) struktur organisasi untuk melakukan penyelidikan terhadap rantai produksi, konsumsi, dan distribusinya. Hal ini seturut dengan penjelasan Fairclough (dalam Eriyanto, 2001) mengenai analisis praktik diskursif dalam analisis wacana kritis.Â
Okezone merupakan media masif yang menempati posisi, salah satu, yang tertinggi di Indonesia. Mengutip penelitian Irene dan Rusdi (2021), yang membahas proses pemberitaan Okezone, ditemukan bahwa Okezone memiliki beban berat sebagai portal pemberitaan. Dalam level rutinitas media, redaksi Okezone memiliki kewajiban memproduksi setidaknya 600 artikel berita setiap harinya. Tim redaksi Okezone melakukan rapat rutin setiap harinya untuk bisa memenuhi beban kerja ini. Tim ini juga melaksanakan rapat agenda setting pagi hari pukul 07.00 dan pukul 17.00 untuk rapat proyeksi, guna memenuhi kewajiban kuantitas minimal 600 berita.Â
Faktor struktur organisasi juga turut memengaruhi cara pemberitaan Okezone. Media ini adalah bagian dari organisasi media MNC Group. Hal ini tentu memengaruhi kerja redaksinya. Dalam penelitian Sadono dan Fensi (2019), ditemukan bahwa terdapat rutinitas media MNC Group yang konsisten. Narasi positif selalu menyertai warta yang berkaitan dengan pembinanya, Hary Tanoe. Okezone menjadi corong politik Hary Tanoe. Hal sama akan berlaku di persoalan Wadas. Pemberitaan Okezone tentang Wadas tidak akan jauh-jauh dari kepentingan politik Hary Tanoe.Â
Praktik Sosiokultural
Praktik sosiokultural dalam analisis wacana kritis memiliki arti, pengejawantahan dari praktik diskursif yang telah dianalisis menjadi rangkaian besar. Dalam praktik sosiokultural, terdapat tiga level analisis yang berfungsi menganalisis pembentukan suatu wacana. Ketiga level itu adalah situasional, suatu wacana muncul melalui momentum yang situasional; institusional, wacana muncul dari bentukan institusi; dan sosial, wacana yang ada tidak lepas dari formasi sosial yang melingkarinya. Praktik sosiokultural, dalam analisis wacana kritis, membantu membongkar ideologi atau kepentingan yang sudah terbekukan dalam bahasa (Eriyanto, 2001).
1. Level situasional
Level situasional mencoba menganalisis wacana berdasarkan konteks. Teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas dan unik sehingga satu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Dalam konteks situasional, wacana dianggap sebagai suatu tindakan yang yang merespons suatu situasi atau konteks yang unik dan khas tadi. Dimensi situasional mencoba mencari konteks yang terdapat dari suatu fenomena, baik latar belakang maupun titik penting permasalahannya (Eriyanto, 2001).Â
Peristiwa pengukuran lahan di Desa Wadas diikuti dengan kedatangan Ganjar Pranowo ke Desa Wadas dan konferensi pers yang diadakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemko Polhukam). Keduanya, baik Ganjar maupun Mahfud MD selaku Menko Polhukam, menyatakan dukungan terhadap kelancaran pengukuran lahan. Perlu dicatat, mereka berdua adalah aktor politik nasional yang pernyataannya tentu memiliki pengaruh. Hal ini turut memengaruhi cara berbagai media, tidak terkecuali Okezone, memberitakan persoalan pengukuran lahan di Desa Wadas.
2. Level institusional
Level institusional melihat pengaruh institusi dalam praktik produksi wacana. Pengaruh ini berasal dari internal dan eksternal. Internal artinya struktur dan upaya dari dalam institusi untuk mempertahankan eksistensinya, sedangkan eksternal artinya ketergantungan ekonomi media untuk bisa tetap mendapat sokongan dana, menyeimbangkan kepentingan politis, dan mempertahankan peringkat serta penyebaran (Eriyanto, 2001).
Okezone mengamalkan jurnalisme cepat. Hal ini dapat dilihat dari prinsipnya, yakni fantastic five yang meliputi speed, running, accurate, complete dan exclusive. Hasilnya adalah 600 artikel berita setiap harinya. Banyaknya jumlah berita yang harus diproduksi membuat Okezone haru reaktif terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya (Irene dan Rusdi, 2021). Pada 9 Februari 2022 saja, Okezone bahkan menerbitkan 16 artikel yang mengandung kata âWadasâ.
Dalam pengaruh ideologi, Okezone menganut sistem konvergensi media, yakni pengintegrasian suatu media dengan media lainnya demi kepentingan bisnis. Secara eksternal, Okezone bekerja sama dengan berbagai media di bawah naungan MNC Group bentukan Hary Tanoe (Irene dan Rusdi, 2021). Karena itu, Okezone memiliki afiliasi politik dengan Partai Perindo. Bahkan, media ini memiliki rubrik tersendiri yang secara khusus memberitakan Partai Perindo. Setiap isu yang sedang hangat akan mendapat komentar dari Partai Perindo. Pada Februari 2022, tepatnya tanggal 10 dan 16, ada empat pemberitaan yang menarasikan dukungan Partai Perindo terhadap warga Wadas. Kebergantungan Okezone terhadap Hary Tanoe akan membuat pemberitaannya tidak lepas dari pengaruh Hary Tanoe dan Partai Perindo.
3. Level sosial
Pada level sosial, Fairclough menyatakan bahwa wacana dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Perubahan masyarakat ini menentukan cara pengambilan data oleh media, penentuan isu, dan keberpihakan. Dalam level sosial, hal yang diperhatikan ialah berbagai aspek makro, seperti sistem politik, sistem ekonomi, atau sistem budaya secara keseluruhan. Level sosial menentukan sikap media merespons suatu kuasa dan membahasakannya dalam tulisan (Eriyanto, 2001).
Selama tiga tahun terakhir, jumlah konflik agraria di Indonesia, hampir selalu, tercatat dalam angka yang tinggi. Pada 2019, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat setidaknya 279 konflik agraria meletus di berbagai wilayah dari Aceh hingga Papua. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, KPA mencatat bahwa konflik agraria pada 2019 mengalami eskalasi kekerasan. Banyak petani, aktivis, hingga anggota masyarakat adat yang mendapat kekerasan karena mencoba untuk mempertahankan tanahnya. Jumlah konflik agraria mengalami penurunan pada 2020. Namun, angkanya masih tinggi. Catatan Akhir Tahun 2020 KPA menyebut bahwa jumlah konflik agraria pada 2020 adalah sebanyak 241 konflik.
Melalui Catatan Akhir Tahun 2021, KPA mencatat bahwa konflik agraria tetap berada dalam angka yang tinggi. Pada 2021 terjadi 207 letusan konflik di 32 provinsi yang tersebar di 507 desa/kota. Korban yang terdampak mencapai 198.895 kepala keluarga (KK) dengan luas lahan berkonflik 500.062 hektare. Jumlah konflik yang terjadi memang mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 241. Namun dari laporan KPA, terjadi kenaikan konflik agraria yang signifikan di sektor pembangunan infrastruktur sebesar 73% dan pertambangan sebesar 167%. Sektor perkebunan menjadi sektor dengan jumlah konflik agraria tertinggi, yaitu 74 konflik, diikuti sektor infrastruktur sebanyak 52 konflik, aktivitas pertambangan 30 konflik, pembangunan proyek properti 20 konflik, dan kehutanan 17 konflik. KPA menyatakan bahwa, berdasarkan dalam dua tahun pandemi (2020â2021), terjadi 448 kejadian konflik di 902 desa/kota. Bila dirata-rata, ada 18 letusan konflik setiap bulannya.
Salah satu konflik masyarakat vis a vis negara dalam perebutan hak atas tanah ini adalah konflik di Desa Wadas. Proses pengambilalihan lahan di Wadas memicu protes dari warga dan berbagai aktivis karena bermasalah, mulai dari proses hukumnya hingga berbagai dampak yang mungkin ditimbulkan. Menanggapi aduan dan keluhan mengenai potensi kerusakan lingkungan, Pemerintah menggunakan pendekatan-pendekatan restoratif dalam memberikan solusi. Salah satu solusi berbasis pendekatan restoratif yang diajukan pemerintah adalah pemberian ganti rugi terhadap tanah yang diambil alih menjadi pertambangan. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan bahwa sebanyak 617 bidang tanah yang akan ditambang akan segera diganti rugi (Mikrefin, 2022).Â
Penggunaan uang ganti rugi untuk meredam potensi konflik agraria merupakan sebuah praktik yang umum ditemui. Ketentuan ganti rugi tanah telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa pihak pengada tanah wajib memberikan uang ganti rugi yang layak dan adil bagi pihak yang tanahnya diambil alih (Subekti, 2016). Beberapa kasus lain yang âselesaiâ dengan ganti rugi di antaranya ada pembangunan tol JogjaâSolo, pembangunan kilang minyak di Tuban, hingga pendirian pabrik semen di Manokwari. Karena ada ganti rugi, berbagai praktik perampasan lahan seakan dapat dibenarkan. Dalam konteks sosial seperti ini, berita Okezone yang menyatakan bahwa pengukuran lahan di Wadas berjalan normal menjadi terasa âwajarâ, melihat banyaknya jumlah konflik agraria di Indonesia dan program ganti rugi yang dianggap bisa menyelesaikan masalah nantinya.
Text Network Analysis
Untuk melengkapi analisis wacana kritis, tulisan ini juga menggunakan metode text network analysis (TNA). TNA adalah metode analisis yang berbasis pada big data. Data yang berupa teks kemudian divisualisasikan dalam bentuk grafik yang menunjukkan frekuensi dari suatu kata yang muncul dan kaitannya dengan kata yang lain. Dengan begitu, dapat terlihat sirkulasi makna antarteks (Paranyushkin, 2011).Â
Grafik tersebut selanjutnya akan dianalisis. Analisis dalam TNA berbasis pada interpretasi dan pemahaman peneliti atas struktur, arti, serta konteks kalimat dan kata. Dengan begitu, didapatkan suatu hasil analisis yang bersifat kualitatif. Analisis TNA ini merupakan perpaduan antara teknologi komputer dan kemampuan berpikir manusia. Komputer dapat mengolah data dengan jumlah banyak, tetapi tidak dapat memahami konteks. Di sisi lain, kemampuan berpikir manusia tidak dapat mengolah data banyak, tetapi mampu memahami konteks (Drieger, 2013).
Analisis TNA dalam tulisan ini menggunakan data dari media Okezone dengan kata kunci âWadasâ dalam jangka waktu antara tanggal 5 Januari 2022 sampai 23 Maret 2022. Pengambilan data ini dibantu oleh Laboratorium Big Data Analytics PolGov UGM. Didapatkan bahwa Okezone menerbitkan 60 artikel berita yang membahas tentang Wadas. Data tersebut selanjutnya divisualisasikan menjadi text network.
Dari data tersebut, terlihat bahwa Okezone cenderung membingkai kasus Wadas sebagai kasus yang berjalan kondusif. Hal ini dapat dilihat dari adanya kata âkondusifâ dan ketiadaan kata yang menggambarkan kericuhan, konflik, dan semacamnya.
Berdasarkan data tersebut pula, dapat dilihat bahwa penokohan Mahfud MD lebih dekat dengan isu Wadas ketimbang Ganjar Pranowo. Padahal, secara struktur ketatanegaraan, Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah lebih dekat dengan isu Wadas. Jika melihat hubungan antara pemilik Okezone, Hary Tanoe, dan Ganjar, terdapat kaitan antara mereka berdua. Partai Perindo, yang dibentuk oleh Hary Tanoe, merupakan salah satu partai pengusung Ganjar di Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun 2018.
Jika melihat jumlah traffic publikasi artikel berita, Okezone merilis artikel paling banyak pada 9 Februari 2022 dengan jumlah 16 artikel. Di artikel-artikel yang dirilis Okezone pada 9 Februari 2022, lima artikel di antaranya mengutip perkataan Mahfud MD yang menyatakan bahwa kericuhan yang terjadi di Wadas adalah tidak benar. Mahfud MD menyatakan bahwa informasi mengenai kericuhan yang terjadi di Wadas merupakan framing buatan dan tidak benar. Menurutnya, kondisi di Wadas sangat kondusif. Selain itu, empat artikel yang dirilis pada 9 Februari 2022 menekankan bahwa proyek Bendungan Bener dan proyek tambang batu andesit di Wadas, merupakan bagian dari proyek strategis nasional yang bisa membawa kebaikan bagi masyarakat luas. Kalau pun ada artikel yang memberitakan penangkapan oleh aparat kepolisian, Okezone membingkai bahwa penangkapan terjadi karena terduga membawa senjata tajam dan memprovokasi warga.
Okezone juga sering mengangkat pandangan Partai Perindo atas isu Wadas. Total ada tiga artikel yang mengangkat Partai Perindo. Partai Perindo digambarkan oleh Okezone sebagai pembela masyarakat Wadas. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaan Partai Perindo yang cenderung mendorong diskusi dengan masyarakat, mengecam tindakan represif aparat, dan menekankan adanya ganti rugi yang pantas bagi masyarakat Wadas. Hal ini berbanding terbalik dengan artikel pemberitaan Wadas lain dari Okezone yang cenderung menyangkal adanya tindakan represif aparat kepolisian dan konflik kekerasan di Wadas.
Okezone berusaha meyakinkan pembacanya untuk tidak mempercayai narasi mengenai konflik kekerasan yang terjadi di Wadas. Berlandas ke pemikiran Fairclough (2010), apa yang dilakukan Okezone dapat dilihat sebagai usaha mengonstruksi realitas sosial. Dalam konteks ini, wacana yang dibawa oleh Okezone berusaha menjauhkan relasi antara pembaca dengan demonstran di Wadas.Â
Tidak hanya itu, Okezone juga berusaha meyakinkan pembacanya bahwa proyek pembangunan tambang batuan andesit di Wadas merupakan bagian dari proyek nasional pembangunan Bendungan Bener yang akan membawa manfaat bagi masyarakat luas. Hal ini dapat dilihat dari text-network yang menunjukkan adanya kaitan antara isu Wadas dengan proyek pembangunan Bendungan Bener. Dalam konteks ini, Okezone berupaya untuk meyakinkan pembacanya bahwa proyek pembangunan tambang andesit di Wadas demi kepentingan umum. Dalam arti lain, Okezone berusaha membingkai masyarakat Wadas yang menolak pembangunan tambang andesit di Wadas sebagai penentang kepentingan bersama. Hal ini sejalan dengan Fairclough yang menyatakan bahwa wacana dapat mengkonstruksi sistem pengetahuan dan kepercayaan masyarakat.
Penutup
Okezone memberitakan bahwa pengukuran lahan di Desa Wadas berjalan normal dan kondusif. Padahal, pada 8 Februari 2022, ribuan polisi bersenjata lengkap mengepung Desa Wadas. Sebelumnya, listrik dan sinyal di Desa Wadas telah dipadamkan. Akses jalan menuju Wadas dijaga polisi. Spanduk penolakan warga dicopoti. Ponsel warga disita. 60 warga ditahan di Polres Purworejo. Namun, itu semua disampaikan oleh Okezone sebagai hal yang normal dan kondusif.
Seperti yang telah disebutkan di atas, media memiliki daya untuk memanufaktur kenyataan. Okezone menciptakan âkebenaranâ yang menyatakan bahwa pengukuran lahan di Desa Wadas berjalan normal dan kondusif. Pemberitaan Okezone dibaca oleh masyarakat luas. Alhasil, jadilah, kenyataan di mana pengukuran lahan di Wadas berjalan kondusif, tanpa adanya aparat yang represif.
Okezone telah mengonstruksi sistem pengetahuan masyarakat. Pengonstruksian kenyataan sedemikian rupa ini dipengaruhi oleh praktik sosiokultural yang ada. Selain itu, media ini dibina oleh Hary Tanoe, seorang ketua umum dari partai politik nasional. Hal ini berpotensi menghilangkan independensi Okezone sebagai sebuah media. Media seharusnya, secara independen, menjadi pemantau kuasa. Menjadi kanal bagi suara yang terpinggirkan, bukan hanya menjadi corong untuk mereka yang berada di atas. Namun, hal tersebut tidak terjadi di Okezone. Pada akhirnya, pihak yang berusaha menundukkan warga Wadas tidak hanya negara, tetapi juga media.
Penulis: Fandy Arrifqi, M. Ihsan Nurhidayah, Vigo Joshua
Penyunting: Megantara Agustina Pertiwi Massie
Ilustrator: Rizky Aisyah
Daftar Pustaka
Drieger, Philipp. “Semantic network analysis as a method for visual text analytics.” Procedia-social and behavioral sciences 79 (2013): 4-17.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKis, 2001.
Fairclough, Norman. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London: Routledge, 2010.Â
Foucault, Michel. Arkeologi Pengetahuan. Diterjemahkan oleh Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: BasaBasi, 2019.
Foucault, Michel. The Order of Things: An archaeology of the human sciences. London: Routledge, 1970.Â
Fox, Nick J. âFoucault, Foucauldians and Sociology.â The British Journal of Sociology 49, no. 3 (September, 1998): 415-433.
Hall, Stuart. âThe Rediscovery of âIdeologyâ: Return of the Repressed in Media Studies.â dalam Culture, Society and the Media, disunting oleh T. Gurevitch, M. Bennet, J. Currna, & J. Woollacot,. London: Methuen, 1982.
Haryatmoko. Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis): Landasan Teori, Metodologi dan Penerapan. Jakarta : Rajawali Pers, 2017.
Irene, Irene, dan Farid Rusdi. “Proses Gatekeeping Portal Media Daring (Studi Kasus pada Media Daring Okezone. com).” Koneksi 5, no.1 (2020): 16-22.
KPA. Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria: Dari Aceh Sampai Papua. Konsorsium Pembaruan Agraria, 2019. http://kpa.or.id/publikasi/baca/laporan/82/Catahu_2019:_Dari_Aceh_Sampai_Papua_-_Urgensi_Penyelesaian_Konflik_Agraria_Struktural_dan_Jalan_Pembaruan_Agraria_ke_Depan/
KPA. Catatan Akhir Tahun 2020 Konsorsium Pembaruan Agraria: Pandemi Covid-19 dan Perampasan Tanah Berskala Besar. Konsorsium Pembaruan Agraria, 2020. Â http://kpa.or.id/publikasi/download/f1bd9-catahu-2020-kpa_www.pdf
KPA. Catatan Akhir Tahun 2021 Konsorsium Pembaruan Agraria: Penggusuran Skala Nasional. Konsorsium Pembaruan Agraria, 2021. http://kpa.or.id/publikasi/baca/laporan/96/Catahu_2021_Edisi_Peluncuran:_Penggusu
Marhaen, Delpedro. âCatatan Akhir Tahun KPA: Konflik Agraria Melonjak akibat Proyek Strategis Nasional | BandungBergerak.id.â Bandung Bergerak, 2022, https://bandungbergerak.id/article/detail/1997/catatan-akhir-tahun-kpa-konflik-agraria-melonjak-akibat-proyek-strategis-nasional.
Mikrefin, Nuhansa, âPemerintah Janji Ganti Rugi Lahan Warga Wadas Rampung Sebelum Lebaran,â Katadata.co.id, 4 Maret 2022, https://katadata.co.id/ameidyonasution/berita/6221e72ec56d9/pemerintah-janji-ganti-rugi-lahan-warga-wadas-rampung-sebelum-lebaranÂ
Paranyushkin, Dmitry. “Identifying the pathways for meaning circulation using text network analysis.” Nodus Labs 26 (2011): 1-26.
OâKeeffee, Anne. âMedia and Discourse Analysis.â dalam The Routledge Handbook of Discourse Analysis, disunting oleh Gee, J. dan Handford M. London: Routledge, 2011.
Sadono, dan Fensi. âPemberitaan Bergabungnya Hary Tanoesoedibjo Ke Partai Hanura (Analisis Ekonomi Politik Media Dalam Framing Portal Online Okezone.com dan Metrotvnews.com).â Bricolage: Jurnal Magister Ilmu Ekonomi 1, no. 1 (2015).
Subekti, Rahayu. âKebijakan Pemberian Ganti Kerugian dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.â Yustisia, 5, no. 2 (2016): 376-194. https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/view/8754
Tapsell, Ross. Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution. Rowman & Littlefield International Limited, 2017.
Universitas Birmingham. âDiscourse Practices.â Universitas Birmingham, 2008, https://www.birmingham.ac.uk/Documents/college-artslaw/cels/essays/writtendiscourse/andy-lawson-crit-diss.pdf.