Daun Bawang Ulang Tahun
Apiku daun hijau panjang
Rasa pedas mengharu mata
Pada pangkal bukan krim
Tapi warna sama putih meski keras
Ibu tidak ada di rumah
Bapak tidak nyanyi “selamat ulang tahun…”
Aku tidak minta banyak
Mau Bapak Ibu pulang
Tapi hanya ada daun bawang
Di luar pintu dunia seperti perang
Asap ban seperti lilin
Tapi tidak bisa aku tiup
Harus panjat pundak ayah
Tapi ayah marah harga minyak naik
Atau gelendot di dada Ibu
Tapi yang makin turun orang miskin
Ramai orang berteriak
Untuk peringatan hari lahirku
“Selamatkan kami!”
Selamat juga untuk kalian
Aku murah hati berbagi doa
Di ulang tahun negara beri
Aku seikat bawang
Tidak ada roti
yang lembut dan empuk akan mati
Kasongan,
Oktober 2022
Seperti Tangga
“Minyak naik”
Asam lambung begitu perih
“Bensin naik”
Tidak bisa menunggang motor
Ibu merebus gembili
Bapak jual kami suzuki
Di tengah yang jadikan miskin
Kami sudah makin-makin miskin
Kasongan,
Oktober 2022
Orang Melarat Terus
Ayah Ibuku kaya raya
Mereka punya kapal
Maka tiap hari bersauh
Kapalnya punya kaki
Bukan sirip atau sayap
Jadi di darat sepagi sesiang
Ayah Ibuku kaya raya
Aku punya tugas orang penting
Yaitu diam tidak menangis
Kasongan,
Oktober 2022
Rumah Siput
Siput terlalu lambat
Rumahnya bermotif bagus
Sayang-sayang ia jalan
Takut rumahnya pecah terbelah
Keluargaku sangat cepat
Bawa rumah warna coklat
Cepat-cepat jalannya
Rumah kami bongkar pasang
Aku mau jadi siput
Tapi lebih sering aku
tidur sama curut
Kasongan,
Oktober 2022
Soal Bertemu Tuhan
Mati adalah satu-satunya cara bertemu dengan Tuhan untuk bertanya,
Kali keberapakah kehidupanku kali ini?
Aku jadi gelandangan tidak berbakat;
Menyanyi tidak bagus—memainkan alat musik juga sumbang
Seperti kulihat di metromini yang lewat di jalanan kota besar ini,
Anak kecil bersuara indah dari satu bis ke bis lainnya
Tidak butuh aku minuman keras, suaraku sudah parau, seperti rusak
Dulu aku pernah berusaha menyanyi; lalu kaca pada pecah-pecah
Menjadi gelandangan tidak berbakat;
Aku hanya bisa pura-pura sekarat—
Tapi kakek di ujung jalan memang sakit betulan,
Hanya aku yang mengada-ada
Mati adalah satu-satunya cara bertemu dengan Tuhan untuk bertanya,
Apa aku sangat kejam pada orang-orang di kehidupanku dulu?
Masih mending aku jadi gelandangan berbakat,
Tidak punya rumah tapi punya asmara untuk digelorakan;
Punya apa-apa yang bisa datangkan uang
Bukan cuma ketidakpunyaan yang kuagung-agungkan
Tapi sepertinya aku akan hidup sekali lagi;
Matahari sudah terbit dan kota menjadi ramai lagi
Meski toples uangku masih kosong dan sunyi
Kasongan,
Januari 2021
1 komentar
Puisi-puisi apik!