Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Rupa dan Fotografi (SERUFO) Universitas Negeri Yogyakarta mengajak para seniman dan penikmat seni untuk kembali meninjau ulang realitas kehidupan mengenai cara untuk berbahagia. Melalui pameran seni rupa dan fotografi, mereka mencoba membawakan nuansa taman hiburan di pameran itu sebagai sebuah tempat yang menawarkan ekspresi kebahagiaan dan sebagai pelarian atas kejenuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Bertempat di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Senin (31-10), pameran yang sudah diadakan sejak 29 Oktober 2022 tersebut mengusung tajuk “Andum Bingar”. Dalam pengadaan karyanya, pameran ini melibatkan puluhan seniman baik dari kalangan mahasiswa anggota SERUFO maupun alumni SERUFO. Hasilnya, ada lebih dari 50 karya seni rupa maupun fotografi dengan ragam warna cerah yang terpajang di ruangan galeri.
Aningtyas, Ketua Umum SERUFO, ketika ditemui BALAIRUNG di galeri TBY, mengatakan bahwa latar belakang diusungnya tajuk pameran ini berangkat dari keresahan tentang kebahagiaan, keresahan mengenai cara mengekspresikan keceriaan dan kebahagiaan itu sendiri. Aningtyas juga menjabarkan mengenai makna Andum Bingar, yang dalam bahasa Jawa sendiri bermakna berbagi keceriaan. Keceriaan tersebut diharapkan akan didapatkan di taman hiburan yang menjadi konsep pameran kali ini. “Taman hiburan kami pilih karena anggapan mengenai taman hiburan sebagai tempat untuk mendapat keceriaan dan bersenang-senang,” tegas Aningtyas.
Salah seorang pengunjung menuturkan bahwa makna dari tajuk yang ingin diangkat di sini sedikit bisa ditangkap oleh mereka. Terbantu oleh atribut pelengkap sebagai hiasan yang berhasil menonjolkan kesan ceria dan ramai. Balon-balon, puzzle, instalasi permen gulali, rumah tenda, hingga adanya bilik foto membuat nuansanya terasa mirip di taman hiburan. “Karyanya bagus-bagus, penempatannya juga strategis,” ujar Wulan, salah satu pengunjung pameran.
Di samping itu, momen ini juga digunakan para kontributor seniman untuk mencurahkan kebahagiaan versi mereka kepada para pengunjung. Hal tersebut terlihat jelas dari beragam jenis karya seni rupa dan fotografi yang terpajang.
Menurut Ulya, salah satu kontributor seniman dari kalangan mahasiswa anggota SERUFO, kebahagiaan bisa tumbuh dari kebahagiaan orang lain yang ada di sekitarnya. Ia menggambarkan kebahagiaan yang seperti ini acapkali datang dari tempat-tempat atau waktu yang tak terduga.
Pada karyanya yang diberi judul “Timba”, ia melukiskan kebahagiaan kecil yang tiba-tiba menghampirinya saat periode Kuliah Kerja Nyata (KKN). Ulya mengatakan, “Murid-muridku yang antusias ketika belajar, mendapatkan sesuatu yang baru, wawasan baru, itu ternyata sebuah kesenangan baru buatku.”
Ulya menuangkan ekspresi kebahagiaan itu pada karyanya yang tercetak di atas kanvas dengan di bawahnya terkait ember berisi surat-surat kecil. Sebuah surat yang berisi apresiasi dan doa-doa manis kepada Ulya. Surat-surat tersebut ia dapat dari murid-murid yang diajarnya semasa KKN. “Sebuah senyuman bisa tumbuh dari tarikan senyuman-senyuman yang lain” jelas Ulya berujar kepada kami.
Di sisi lain, Danar, kontributor seniman dari kalangan alumni SERUFO, membagikan hal serupa. Dengan karya yang dipajang pada pameran ini, ia memberi gambaran mengenai kebahagiaan versinya. Bagi Danar, layaknya keindahan, kebahagiaan adalah kesementaraan. “Bagiku, suka cita adalah kesementaraan, hal yang tetap adalah pergantian di antara suka dan duka.” Lebih jauh, alumni Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta itu juga mengatakan bahwa keindahan justru datang dari sesuatu yang tidak sempurna.
Dalam hidup, menurut Danar, kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti, mengingatkan bahwa hidup tidaklah ada yang sempurna. Namun, sambung Danar, justru itulah keindahan dalam hidup manusia. Danar mengejawantahkan itu pada karya berupa sebuah kanvas rusak yang terkesan tidak memiliki nilai estetika sama sekali. Sebab, ia ingin mendobrak unsur keindahan dalam kriteria estetika dan lebih bermain ke rasa. “Seni rupa itu kan soal mengolah rasa, jadi tidak hanya tentang pendekatan secara visual saja tapi juga rasa,” Ujar Danar.
Penulis : Aisha Dinda, Gayuh Waskito, dan Aderia Pradita (Magang)
Penyunting : Novia Pangestika
Fotografer : Muhammad Adrian Firmansyah (Magang)