Jumat (04-11) Jaringan Intelektual Berkemajuan mengadakan diskusi daring yang bertajuk “Capitalocene: Modernitas, Kehancuran Lingkungan, dan Kita.” Diskusi ini dipantik oleh Musa Maliki, dosen Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, dan Fathun Karib, dosen Sosiologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ditayangkan pada platform YouTube, diskusi ini berfokus pada realitas isu lingkungan dan keterkaitannya dengan kehidupan sosial ekonomi.
Membuka sesi diskusi, Karib membahas mengenai dampak modernisasi terhadap kerusakan lingkungan. Ia mengatakan bahwa modernisasi mengakibatkan kondisi bumi yang semakin hari semakin rusak. Argumen tersebut diperkuat dengan fakta yang ada di lapangan yang didukung berbagai kajian yang selama ini ia telusuri.
Kemudian, Musa menambahkan terkait modernitas yang memengaruhi berbagai tuntutan hidup sesuai dengan peradaban materialisme barat atau kapitalisme global. Dua hal tersebutlah yang dianggapnya telah memengaruhi laju kerusakan lingkungan. Menimpali pendapat Musa, Karib menyebut adanya dua pendapat terkait penyebab kerusakan lingkungan, yaitu oleh manusia dan bukan hanya manusia. “Kapitalisme bukan hanya menyangkut tenaga kerja dan kerja, tetapi bagaimana alam dipaksa untuk turut bekerja,” ucapnya.
Karib juga menyebutkan bahwa lingkungan dijadikan sebagai sebuah masalah dalam penyangkalan sistematik. Ia juga menuturkan, dalam mengatasi masalah penyangkalan sistematik tersebut, dibutuhkan tiga penyangkalan. Penyangkalan itu terdiri dari penyangkalan keseharian, politik, dan ilmu pengetahuan.
Lebih lanjut, Karib memberi contoh terkait penyangkalan keseharian yang dapat dilihat dari masalah sampah di Sidoarjo. “Sampah tersebut digunakan oleh orang Sidoarjo untuk bahan bakar dalam memasak tahu, padahal sampah tersebut sebelumnya hasil pembuangan dari Eropa ke Indonesia,” ungkapnya. Pada kesimpulannya, Karib turut mengungkapkan bahwa secara tidak langsung, dalam pembakaran sampah, akan terjadi percampuran mikroplastik sehingga berdampak buruk bagi kesehatan manusia yang mengonsumsinya.
Pada akhir diskusi, Karib menyebutkan ada berbagai komunitas yang berfokus pada isu-isu lingkungan. Melalui pernyataan tersebut, Karib mempertanyakan eksistensi partai politik dalam mengambil andil, bahkan cenderung tidak ada satu pun partai yang menyinggung isu politik lingkungan. “Jika ada satu partai politik yang membahas soal lingkungan, maka hal itu sangat mengakibatkan perubahan yang sangat baik,” tungkas Karib sebagai pernyataan akhir diskusi.
Penulis: Siti Fatria Pelu, Francois Ryansher Mamarimbing, dan Vita Zulfidayanti (Magang)
Penyunting: Lindra Prastica
Fotografer: Logissa Sukmana (Magang)