Di tengah memanasnya hubungan antara Rusia-Ukraina, “Atlantis” membayangkan dampak tak terelakkan dari perang antara kedua negara di masa depan.
Judul : Atlantis
Sutradara : Valentyn Vasyanovych
Pemain : Andriy Rymaruk, Liudmyla Bileka, Vasyl Antoniak
Durasi : 1 jam 46 menit
Tahun : 2019
Genre : Drama, Distopia, Post-apocalypse
Perang geopolitik yang terjadi terus-menerus antara Rusia dengan Ukraina memberikan bekas tersendiri bagi sumber daya di daerah perang. Bekas-bekas peperangan tertinggal di setiap inci wilayah saat perang berlangsung. Tentara-tentara yang terlibat menjadi seorang pencabut nyawa. Valentyn Vasyanovych dengan film distopia dan post-apocalypse berjudul “Atlantis” mencoba untuk melihat masa depan daerah konflik di Ukraina satu tahun pascaperang menghadapi Rusia.
Film ini berlatar tempat di Ukraina Timur pada tahun 2025. “Atlantis” menjadi film yang menceritakan sisa-sisa yang tertinggal dari perang panjang antara Rusia dengan Ukraina. Sisa-sisa perang yang tertinggal dituntun oleh karakter utama film, Sergey, seorang mantan tentara perang yang menderita post-traumatic stress disorder (PTSD) setelah berpartisipasi dalam perang di Ukraina Timur. Ia mencoba untuk beradaptasi dengan menerima dirinya sebagai bagian yang tersisa dari perang. Tidak hanya itu, “Atlantis” juga menyuguhkan narasi bayaran yang harus ditanggung setelah perang usai berupa masifnya kerusakan ekologi yang terjadi di wilayah bekas perang. Film ini menggambarkan secara dramatis masa depan Ukraina yang diakibatkan perang panjang dengan Rusia.
Tentara dan Trauma yang Melekat Pascaperang
Satu tahun setelah perang berakhir pada tahun 2025, Sergey dan Ivan, teman sejawatnya, masih belum bisa melepaskan masa lalu mereka saat masih menjadi seorang tentara perang. Satu tahun perang telah usai, mereka tetap melatih kemampuan menembak kepada sasaran logam di dekat tebing yang penuh dengan salju layaknya menghadapi musuh. Tidak hanya belum bisa melepaskan diri dari kebiasaan di masa lalu, perasaan dihantui oleh trauma dan kecemasan juga dituangkan dalam percakapan antara Ivan dengan Sergey. “Aku pergi berperang dan berpikir sesuatu akan berubah. Mereka ingin Tsar untuk datang dan menyelesaikan semua masalah mereka. Lalu aku sadar, aku lebih baik menghilang sendiri,” ucap Ivan kepada Sergey. Ivan juga mengaku bahwa dirinya tidak dapat mengingat kapan terakhir kali dirinya dapat tertidur.
Perasaan putus asa, depresi, dan kesulitan tidur yang dialami oleh Ivan merupakan gejala-gejala yang sering dialami oleh penderita PTSD. PTSD sendiri merupakan gangguan kecemasan terhadap pengalaman atau penyaksian peristiwa traumatis (seperti pertempuran, bencana alam, atau serangan fisik) yang memiliki respons perasaan ketakutan yang intens, ketidakberdayaan, dan horor (Kokun, Agayev, Pischko, & Stasiuk. 2020). Perasaan cemas, depresi, apatis, kehilangan minat, kelesuan psikomotor, parasomnia, hingga memiliki keinginan bunuh diri, merupakan gejala yang umum dimiliki oleh penderita PTSD (Sas, L. M., & Yastremska, S. O. 2016). PTSD dapat diderita oleh siapa pun yang pernah mengalami pengalaman traumatis, termasuk para anggota militer yang pergi berperang dengan intensitas peperangan yang tinggi.
Salah satu adegan menunjukkan ketika Sergey merasa depresi. Saat itu Sergey ditinggal oleh Ivan. Sergey yang belum bisa lepas dari trauma dan kecemasannya membuat situasi bertambah buruk. Awalnya, Sergey berniat menyetrika celananya yang sudah ia siapkan di atas meja. Lalu, secara impulsif mencoba untuk menyentuh bagian bawah setrika yang panas dengan jarinya. Ada sedikit jeda ketika Sergey termenung, lalu menempelkan setrika di pahanya. Setelah itu, Sergey membanting dan membuang meja serta kursi yang ada di kamarnya.
Di luar adegan itu, karakter Sergey secara baik menggambarkan penderita PTSD dengan memperlihatkan dirinya yang monoton dan apatis dengan sekitarnya. Ia menyadari bahwa tidak ada tempat yang tepat untuk ia tinggali selain di tanah bekas perang yang ia tinggali. Baginya, hidup di antara orang-orang biasa pun merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
Ecocatastrophe sebagai Bayaran untuk Perang
Film ini tidak hanya menggambarkan mantan tentara perang yang sedang berusaha berdamai dengan trauma. “Atlantis” memberikan gambaran kerusakan ekologis akibat terjadinya perang yang panjang. Kerusakan ekologis, ecocatastrophe merupakan gangguan atau kerusakan sistem ekologis akibat aktivitas manusia. Ecocatastrophe yang terjadi di wilayah Ukraina Timur terpotret dalam setiap babak di dalam film.
Penggambaran kerusakan ekologi akibat perang berkepanjangan dalam film dihadirkan dalam perjalanan Sergey sebagai pengemudi truk air bersih. Sergey harus mengantarkan air bersih ke daerah yang masih terdapat penduduk dan pos pemeriksaan militer. Dalam perjalanannya mengantarkan air, Sergey selalu mendapati keadaan jalanan yang buruk dan membuatnya selalu berhati-hati agar tidak terkena ranjau darat sisa perang yang tertanam di tanah.
Kondisi buruk lingkungan akibat perang semakin jelas saat seorang anggota organisasi pemantau ekologis, yang terkena ledakan ranjau darat, ditolong oleh Sergey. Dalam pertemuan kedua mereka, anggota organisasi ekologis tersebut menjelaskan kondisi lingkungan Ukraina Timur saat ini semakin rusak akibat perang yang terjadi. “Karena perang, wilayah ini menjadi sangat tidak cocok untuk hidup … Sekarang kamu harus membersihkan air dan tanah untuk dapat ditinggali, dan itu membutuhkan waktu berdekade-dekade bahkan ratusan tahun,” ucap anggota organisasi ekologis kepada Sergey.
Tidak hanya disebabkan oleh perang, kerusakan ekologi di wilayah Ukraina Timur juga disebabkan oleh aktivitas penambangan yang sudah ada sejak masa Uni Soviet. Aktivitas penambangan ini menjadi sektor industri utama bagi wilayah Ukraina Timur yang ditangkap dengan jelas pada babak pertama dalam film. Kemudian, pada film disebutkan bahwa ratusan tambang tak terpakai yang mengalami kebanjiran dan pabrik-pabrik yang telah hancur menimbulkan pencemaran, khususnya pencemaran terhadap air, “Air di sungai sudah menjadi asin” ucap Sergey kepada rekan kerjanya setelah tambang tempat kerja mereka ditutup.
Air yang sudah tercemar–dengan kandungan garam yang tinggi dan memiliki campuran logam berat–sangat tidak layak untuk dikonsumsi manusia dan untuk ekosistem di sekitar (Bilous-Osin, Kozachuk, & Vasylkivska. 2019). Air yang tercemar polutan beracun, terutama mengandung logam berat dan memiliki kemungkinan terkontaminasi radioaktif, sangatlah berbahaya. Hal ini pula yang menjadi alasan pekerjaan Sergey harus mengirimkan air bersih di daerah tercemar polusi tersebut.
Potret Perang dalam Sinema Valentyn Vasyanovych
Penggambaran PTSD dan kerusakan ekologi di dalam film Atlantis tidak hanya sebagai simbol untuk menunjukkan dampak perang berkelanjutan. Namun, hal tersebut juga merupakan gambaran nyata keadaan di Ukraina Timur. Keadaan yang digambarkan pada tahun 2025 sudah dapat terlihat di masa sekarang.
Saat ini, Rusia sedang menginvasi Ukraina. Titik awal dari invasi ini adalah daerah Donbass, yang meliputi Donetsk dan Luhansk, daerah paling timur Ukraina. Awalnya, daerah Donbass merupakan daerah konflik antara kelompok separatis pro-Rusia dan militer Ukraina. Dilansir dari Kyiv Post, Rusia memiliki peran dalam perang antara kelompok separatis dan militer ukraina, salah satunya adalah menembakkan artileri dari dalam Rusia untuk menyerang posisi militer Ukraina.
Selanjutnya, pada 2022, Rusia menginvasi Ukraina. Selain titik awal di Donbass, Rusia juga mulai masuk ke beberapa daerah lain, termasuk Kyiv. Putin dalam pidatonya yang disiarkan di televisi Rusia, beralasan bahwa masuknya Rusia ke daerah Donbass sudah sesuai dengan Piagam PBB, “Donbass meminta bantuan kepada Rusia. Dalam hal ini, sesuai dengan pasal 51, bagian 7 Piagam PBB, dengan sanksi Dewan Federasi dan sesuai dengan perjanjian persahabatan yang diratifikasi oleh Federal Musyawarah dan gotong royong dengan Donetsk dan Luhansk, saya putuskan untuk melakukan operasi militer khusus.”
Valentyn Vasyanovych, dalam wawancaranya dengan Mubi, melihat perang ini sebagai bencana, khususnya penurunan kualitas air di wilayah Ukraina Timur. Wilayah Ukraina Timur dikenal sebagai wilayah industri pertambangan. Di wilayah Ukraina Timur, bahkan sebelum terjadi konfrontasi militer, telah memiliki sekitar 5.500 industri yang secara bersamaan menyumbang emisi bagi Ukraina sekitar 44% (UNEP. 2018). Industri pertambangan memiliki efek buruk bagi kualitas air permukaan dan aliran air permukaan (Yakovliev, Y. & Chumachenko. S. 2017). Hal ini semakin diperburuk dengan pecahnya konflik di wilayah tersebut.
Masalah penurunan kualitas air di wilayah Donbass disebabkan pemberhentian sistem pemompaan air di tambang yang sudah tidak terpakai yang dilakukan secara tiba-tiba sehingga menyebabkan tambang terendam banjir dan tidak dapat digunakan (Hook. K & Marcantonio. 2022). Sumber daya yang telah terkontaminasi polutan berbahaya menjadikan Donbass menjadi area yang tidak layak huni. Bahkan Donbass dapat berpotensi menjadi “Chernobyl Kedua” (Shashkina. 2020). Isu ecocatastrophe ini yang menjadi fokus utama Valentyn dalam filmnya, Atlantis.
Terlepas dari ecocatastrophe, Valentyn juga ingin memasukkan unsur manusia, yang tidak lepas dari lingkungan tempat tinggalnya, dalam filmnya. Unsur manusia ini yang Valentyn coba pahami, manusia yang kehilangan segalanya dalam perang, tetapi masih ingin bertahan dalam tempat tinggalnya yang segera mati. Valentyn melihat persentase yang tinggi dari orang-orang terkena PTSD terkait perang dan memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Seperti pada kasus perang di Chechnya, Rusia, ada sekitar 98% personel militer yang berpartisipasi di dalam perang menderita PTSD (Sas, L. M., & Yastremska, S. O. 2016). Di dalam film, simbol manusia ini hadir dalam pemeran utama yaitu Sergey.
Dua hal tersebut yang menjadi nyawa dari film Atlantis. Atlantis menggambarkan konsekuensi dari perang Rusia-Ukraina yang dampak utamanya bukanlah degradasi ekonomi, melainkan ecocatastrophe dan trauma. Valentyn ingin penonton sadar akan hal itu, “Saya ingin melihat ke depan dan memusatkan perhatian penonton pada hasilnya. Tentang apa yang akan terjadi pada orang-orang di wilayah ini dan apakah mereka akan dapat bertahan hidup di sana.”
Penulis : Elsya Dewi Arifah dan Ryzal Catur Ananda Sandhy Surya
Penyunting : Alfi Sakti Alamsyah
Referensi
Bilous-Osin T, Kozachuk D, & Vasylkivska V. (2019) Ecocatastrophe in Donbass Region and its Effect on the Public Administration Entity. Ekoloji 28(107): 6007-6011.
Hook, Kristina & Marcantonio Richard (2022). Environmental dimensions of conflict and paralyzed responses: the ongoing case of Ukraine and future implications for urban warfare, Small Wars & Insurgencies, DOI: 10.1080/09592318.2022.2035098
Kokun O, Agayev N, Pischko I, & Stasiuk V. (2020). Characteristic Impacts of Combat Stressors on Posttraumatic Stress Disorder in Ukrainian Military Personnel Who Participated in the Armed Conflict in Eastern Ukraine. International Journal of Psychology & Psychological Therapy, 20, 3, 315-326.
Sas, L. M. & Yastremska, S. O. (2016). Main Features of Mental Disorders in Individuals Participating in Armed Conflict in the East of Ukraine. Social, Health, and Communication Studies Journal, 2(1), 38–51.
Shashkina, Olga. (2020). Environmental Governance in Armed Conflicts: A Case Study in Eastern Ukraine. Division of Risk Management and Social Safety. Lund University.
UNEP. (2018). Ukraine’s Donbas bears the brunt of toxic armed conflict. Diakses melalui <https://www.unep.org/news-and-stories/story/ukraines-donbas-bears-brunt-toxic-armed-conflict>
Yakovliev, Y. & Chumachenko, S.: With contribution from HD staff. (2017). Ecological threats in Donbas, Ukraine. Assessment of ecological hazards in Donbas impacted by the armed conflict in eastern Ukraine. Centre for Humanitarian Dialogue.