Selasa (08-03), puluhan perempuan yang tergabung dalam Wadon Wadas melakukan aksi di depan gerbang Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak. Aksi siang itu digelar dalam rangka menuntut dihentikannya penambangan dan intimidasi aparat di Desa Wadas. Selain itu, bertepatan dengan momentum Hari Perempuan Internasional, aksi tersebut menuntut adanya penanganan, pendampingan, serta pemulihan bagi perempuan dan anak setelah represi yang diberlakukan oleh aparat saat terjadi pengukuran tanah
Setibanya di depan BBWS Serayu-Opak, warga mengawali aksi dengan melakukan mujahadah. Setelah itu, aksi dilanjutkan dengan penyampaian orasi oleh setiap elemen massa aksi. Dalam salah satu orasinya, salah seorang perwakilan Wadon Wadas menyampaikan keresahannya tentang penderitaan para ibu selama berlangsung kekerasan oleh aparat. “Ibu-ibu di sini paling menderita, anaknya ditangkap, tidak satu hari pun bisa tenang,” ujarnya.
Usai menyampaikan orasi, Wadon Wadas beranjak menuju Tugu Pal Putih untuk bergabung dengan massa lain dalam aksi Panggung Perempuan. Sejumlah spanduk dan poster bertuliskan “Wadas Not for Sale”, “Women Struggle for the Better Future” tampak menghiasi aksi sore itu. Sesekali seruan untuk membela perempuan terdengar, yang disahut seruan serupa oleh Wadon Wadas dengan kepalan tangan.
Komitmen Wadon Wadas dalam mempertahankan tanahnya, tampak terwakili oleh sebuah spanduk bertuliskan “tanah ini tanah kehidupan, tiap jengkal ada nafas perjuangan”. Senada dengan tulisan tersebut, dalam sebuah orasi, salah seorang anggota Wadon Wadas bertanya, “Jika tanah sudah tidak subur lagi, kita akan hidup dengan apa?”
Penulis: Han Revanda Putra
Penyunting: Bangkit Adhi Wiguna
Fotografer: Winda Hapsari