
©Istimewa
“Bila ada musuh datang pasti akan kita serang, apapun risikonya,” nyanyian Mars Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa) mengiringi kedatangan Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, di Masjid Nurul Huda, Desa Wadas pada Minggu (13-02). Di samping nyanyian, Ganjar Pranowo juga disambut dengan hasil bumi Desa Wadas dan berbagai spanduk penolakan penambangan. Sambutan tersebut dalam rangka dialog terbuka antara warga Wadas yang kontra penambangan dengan Ganjar selaku gubernur. Anak-anak pun ikut hadir di pelataran masjid dengan melakukan kegiatan mewarnai bersama Yayak Yatmaka, seniman serta aktivis yang vokal mendukung perjuangan warga Wadas.
Pada pukul 13.00 WIB, Ganjar membuka ruang dialog dengan permintaan maaf sekaligus menyatakan bahwa ia bertanggung jawab atas represifitas aparat tempo hari. Ganjar menyebut pula kunjungannya ke Desa Wadas pada 9 Februari 2022 adalah kesalahan lantaran ia menemui warga yang setuju penambangan. Ganjar menyadari kejadian tersebut menuai kecaman publik serta amarah dari warga kontra karena dianggap tidak adil. “Saya ternyata diblasukke (dijebak). Mau ke warga kontra malah salah alamat,” ungkap Ganjar.
Sebanyak enam perwakilan warga menyampaikan aspirasi dan menguraikan kronologi represi aparat kepolisian terhadap mereka. Salah satunya adalah Ana, seorang ibu yang ditangkap secara paksa di makam ayahnya ketika sedang bermujahadah. Ana mengaku diseret dan ditarik paksa oleh oknum preman. Sebelumnya, suami Ana juga ditangkap secara paksa. Seraya menahan isak tangis, ia menggambarkan situasi saat itu yang kacau seperti suara perang. “Tidak terbayang ketika anak saya sampai rumah dan tidak bisa menemukan orang tuanya,” ujarnya di tengah tangisan.
Jika Ana menceritakan kronologi represifitas yang dialaminya, lain dengan Siswanto. Ia lebih menyoroti berlimpahnya hasil bumi Wadas. Namun, ia menekankan bahwa aset tersebut akan hilang sejalan dengan rencana pengadaan tambang di Desa Wadas. Oleh karena itu, Siswanto menuntut Ganjar untuk mencabut Izin Penetapan Lokasi (IPL) Desa Wadas. “Kami akan terus mempertahankan tanah kami, apapun yang terjadi,” ucap Siswanto di akhir pernyataannya.
Menanggapi tuntutan warga, Ganjar mengaku masih butuh waktu untuk memutuskan tentang IPL. ia merasa masih harus mendengarkan lebih banyak aspirasi dari kedua belah pihak warga. Alih-alih menjawab pertanyaan warga mengenai IPL, Ganjar justru berpesan supaya antara warga pro dan kontra tetap menjaga kerukunan.
Lebih lanjut, Ganjar menyampaikan tentang berbagai opsi yang dapat terjadi. Ia masih akan merumuskan metode pendekatan kepada warga hingga membahas akar permasalahan di Wadas selama ini. Agar lebih dekat dengan warga serta memperoleh lebih banyak aspirasi, Ganjar berniat menginap di Wadas. “Ini bukan hanya masalah cabut atau tidak dicabut, tapi mesti ada evaluasi teknis yang harus dibicarakan,” terangnya.
Mukti selaku perwakilan dari Gempa Dewa, menghargai niat baik Ganjar untuk datang ke Wadas. Ia sedikit meragukan ucapan Ganjar selama dialog sebab konflik di Wadas sudah terjadi selama enam tahun. Meskipun begitu, Mukti tetap menaruh harapan pada Ganjar. Ia menerima permintaan maaf Ganjar dengan syarat pembatalan penambangan dan pencabutan IPL Wadas. Untuk langkah selanjutnya yang akan ditempuh Gempa Dewa, Mukti menjelaskan komitmen tetap warga dalam melestarikan alam. “Dari awal sampai akhir, apapun risikonya, kami akan tetap menolak penambangan,” tegasnya.
Sementara itu, langkah hukum selanjutnya diterangkan oleh Daniel, tim advokasi LBH Yogyakarta yang mengawal warga kontra penambangan. Ia menyatakan bahwa sembari menunggu putusan Mahkamah Agung, akan dilakukan pengujian terkait putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dan bedah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Bendungan Bener oleh para akademisi. Selain itu, Daniel mengonfirmasi bahwa wilayah Wadas tidak memiliki Izin Usaha Pertambangan. “Mau menggunakan alasan apapun, Wadas bukan tempat untuk penambangan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Daniel mengapresiasi Ganjar yang merespons adanya gejolak yang terjadi di Wadas. Kendati demikian, ia menyayangkan tindakan Ganjar yang baru pertama kali ke Wadas. “Apakah harus nunggu warga babak belur dulu, baru kesini?” sindir Daniel.
Penulis: Dhestia Arrizqi Haryanto
Penyunting: Viola Nada Hafilda