
©Noor/Bal
Sabtu (6-11), Subdirektorat Pengembangan Karakter Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan mengadakan webinar kebangsaan bertajuk “Menciptakan Ruang Kontribusi Generasi Muda di Era Disrupsi”. Pelaksanaan webinar ini bertujuan untuk memberikan wawasan bagi generasi muda dalam kontribusinya menghadapi Indonesia Emas 2045. Acara ini diisi oleh tiga narasumber, yakni Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan; Ahmad Agus Setiawan, alumnus Fakultas Teknik UGM; dan Analisa Widyaningrum, alumnus Fakultas Psikologi UGM. Webinar ini menjadi salah satu dari rangkaian acara Festival Karakter UGM 2021.
Analisa berpendapat bahwa era disrupsi membuat beberapa aspek dalam kehidupan berubah. “Karena banyak pekerjaan yang tergantikan oleh mesin, banyak pekerjaan yang dulu ada dan sekarang menjadi tidak ada,” ucapnya. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, pada tahun 2045 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi.
Menambahkan pernyataan di atas, Analisa menyatakan bahwa fenomena tersebut akan menjadi tantangan tersendiri mengingat perkembangan teknologi semakin pesat pada era disrupsi. Ia berpendapat, pengaturan pola pikir begitu dibutuhkan oleh generasi muda agar bisa menghadapi perubahan dalam era revolusi industri 4.0. “Sebagai generasi muda kita tidak boleh memiliki pola pikir yang mutlak agar tidak terdisrupsi oleh perkembangan teknologi yang semakin cepat,” ujar Analisa.
Menambahkan argumen Analisa, Anwar menyatakan bahwa era disrupsi merupakan masa yang mengharuskan kita berpikir lebih maju dalam menanggapi revolusi industri 4.0. Ia juga berpendapat bahwa akan ada transformasi kerja bagi pekerja. “Keadaan saat ini telah membawa kita hidup berdampingan dengan kecerdasan buatan dan membuat mesin berpengaruh besar bagi aspek pekerjaan manusia,” ucap Anwar.
Di sisi lain, Anwar menjelaskan bahwa adanya transformasi pekerjaan membutuhkan pengembangan keterampilan secara spesifik bagi pekerja. Bagi Anwar, peningkatan keterampilan penting untuk dilakukan sebagai modal untuk menanggapi era disrupsi. Menurutnya pula, pengembangan kemampuan dapat dilakukan melalui peningkatan keterampilan dasar yang dibutuhkan dan kolaborasi antarmasyarakat. “Keberadaan revolusi industri 4.0 mewajibkan kita untuk menyiapkan modal kemampuan sebagai solusi dalam menanggapi era disrupsi,” tegas Anwar.
Membahas tentang generasi muda, Ahmad mengatakan bahwa di tahun 2045 nanti, pada saat kemerdekaan Indonesia genap 100 tahun, merupakan masa bagi generasi muda menjadi pemeran utama. “Dalam kurun waktu tersebut generasi muda lah yang akan melanjutkan dan mengisi kegiatan pembangunan,” tuturnya. Ia mengatakan bahwa memang generasi-generasi yang saat ini sedang atau sudah menjabat yang meletakkan batunya, tetapi yang akan mengerjakan adalah para generasi muda Indonesia.
Lebih lanjut, Ahmad memaparkan bagaimana generasi muda dapat berkontribusi untuk masa mendatang, terkhusus pada kompetisi bidang energi. Ia mempertegas bahwa pembahasan mengenai kompetisi energi ini mengacu pada energi berkelanjutan sebagai penunjang masa depan. Sebagai salah satu kontribusi generasi muda untuk masa mendatang, pengadaan kompetisi ini mampu menjadi wadah penyaluran ide. “Hari-hari ini banyak kegiatan kompetisi di bidang energi terbarukan untuk menyuplai kepulauan, idenya cerdas dan hebat,” puji Ahmad.
“Banyak nahkoda gagal dalam mengendalikan arah angin,” ucap Analisa. Ia berargumen banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan dalam hidup, hanya karakter dan mental yang kuat yang mampu membawa kita sampai ke tujuan. Selanjutnya, Analisa berpesan jika nantinya manusia digantikan oleh teknologi, generasi muda harus siap untuk berkontribusi dalam hal-hal baru. Hal tersebut, bagi Analisa, menunjukkan bahwa generasi muda memerlukan bekal sebagai modal kesiapan agar tidak terdisrupsi oleh perkembangan teknologi.
Penulis: Ria Agem Safitri, Sumayya Nur Hanifah, Tiara Nabila (Magang)
Penyunting: Valentino Yovenky
Fotografer: Noor Risa Isnanto (Magang)