
©Fairuz/Bal
Senin (26-10), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) berkolaborasi bersama Huawei Indonesia menyelenggarakan talkshow daring berjudul “Cyber Scout Hunt: Cyber Attack Countermeasures”. Talkshow tersebut diselenggarakan di Museum Sandi Yogyakarta dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube BSSN serta akun Instagram @bssn_ri. Talkshow ini merupakan pembukaan dari kegiatan Product Security Incident Response Team (PSIRT) dan Computer Security Incident Response Team (CSIRT) Management Workshop yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas BSSN dalam bidang keamanan siber serta memberikan edukasi kepada masyarakat dalam bentuk kesadaran dan inisiasi budaya keamanan siber. Talkshow ini menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Kepala BSSN Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, Chief Executive Officer Huawei Indonesia Jacky Chen, Deputi Bidang Penanggulangan dan Pemulihan BSSN Mayjen TNI Yoseph Puguh Eko Setiawan, S.E., M.H., CTO Widya Security Tri Febrianto, Penghageng Tepas Tandhas Yekti Kraton Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Hayu, dan Direktur Deteksi Ancaman BSSN Dr. Sulistyo, serta Masayu Dewi selaku moderator.
BSSN telah mencatat lebih dari 325.500.000 serangan siber ke Indonesia dalam periode Januari hingga Oktober 2020. Dalam usahanya untuk mengamankan ruang siber Indonesia, BSSN sedang mendorong upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia di BSSN maupun organisasi lainnya melalui CSIRT & PSIRT Management Workshop. Beberapa daerah telah mendirikan CSIRT-nya masing-masing, salah satunya Yogyakarta, yang bertugas mengamankan siber di berbagai institusi dan lembaga.
“Kini, gawai pintar seperti smartphone dapat dieksploitasi tanpa disadari oleh penggunanya. Hal ini tentunya sangat berbahaya,” ujar Alvin Devara Lesmana dari Direktorat Deteksi Ancaman BSSN dalam sebuah video cyber attack countermeasures yang ditayangkan saat acara berlangsung. Video tersebut juga memaparkan salah satu jenis serangan siber yaitu serangan zero-day yang mampu mengambil alih gawai serta mentarget penggunanya secara spesifik. Sejauh ini, belum ditemukan proteksi yang sesuai untuk menanggulangi serangan tersebut. “Untuk itu peningkatan kemampuan personil ataupun sistem yang mendeteksi serangan merupakan investasi yang harus dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan. Di sisi lain, mekanisme komunikasi dan kolaborasi juga diperlukan,” tambah Alvin.
Dr. Sulistyo turut memaparkan bahwa ancaman keamanan siber yang sedang menjadi tren saat ini adalah kebocoran data dalam layanan media sosial seperti Facebook dan Instagram. Ia menjelaskan bahwa kedua media sosial tersebut menjadi salah satu contoh dari korporasi yang mengumpulkan informasi dari pelanggannya lalu kemudian dianalisis tingkah lakunya. Secara hukum, tindakan ini dibenarkan karena sebenarnya sudah ada persetujuan di awal antara layanan media sosial dengan pengguna untuk memanfaatkan data seperti aktivitas, lokasi, dan lain-lain. Namun, yang menjadi permasalahan adalah ketika data-data tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan di luar perusahaan tersebut, seperti kasus yang melibatkan Cambridge Analytica pada tahun 2018 silam.
Dr. Sulistyo juga berpendapat bahwa siapapun bisa menjadi target dari ancaman keamanan siber. “Pencegahan dapat dilakukan dengan memasang antivirus, anti-malware, atau firewall; rutin memperbarui aplikasi; serta bijak dalam berbagi informasi melalui media sosial,” ungkapnya. Namun, jika sudah terlanjur diretas, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan, yakni memastikan apakah perangkat yang digunakan milik institusi atau pribadi. Jika milik institusi, segera laporkan ke bagian keamanan teknologi informasi karena bagian tersebut sudah memiliki protokol permasalahan siber. Akan tetapi, jika milik pribadi, carilah informasi pertolongan melalui website terpercaya tentang keamanan siber, atau kepada orang maupun lembaga yang dapat membantu permasalahan siber agar dapat teratasi secara baik dan profesional.
Penulis: Avicenna Shahnaz Nuraini, Gracia Christabella, Jovita Agnes Glorya (Magang)
Penyunting: Naufal Ridhwan Aly
Fotografer: Fairuz Azzura Salma (Magang)