
©Fairuz/Bal
Rabu (28-10), Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bekerja sama dengan Gerakan Anti Korupsi Lintas Perguruan Tinggi (GAK LPT) mengadakan webinar dengan tajuk “Sumpah Pemuda Anti Korupsi, Grand Corruption: Masa Depan Indonesia dan Peran Pemuda.” Webinar ini menghadirkan empat narasumber, yakni Yudi Purnomo Harahap, Ketua Wadah Pegawai (WP) KPK; Rimawan Pradiptyo, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada; Febri Diansyah, pegiat anti korupsi; dan Fajar Adi Nugroho, Ketua BEM Universitas Indonesia.
Selain itu, ada pula keynote speech yakni Andre Rahadian sebagai Ketua Umum ILUNI UI, dan Suwidi Tono sebagai Ketua GAK LPT. Webinar ini diselenggarakan secara daring dan disiarkan secara langsung di channel youtube ILUNI UI. Webinar ini membahas tentang grand corruption dan peran pemuda dalam pemberantasan korupsi. Jalannya webinar dipandu oleh Halimah Tunsyakdiah dari policy center ILUNI UI. Webinar ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, khususnya pemuda, dalam upaya pemberantasan korupsi dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda.
Yudi, sebagai narasumber pertama, mengatakan pemuda berperan sangat penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi karena memiliki tiga hal yang tidak dimiliki oleh generasi tua, yaitu intelektualitas, idealisme, dan integritas. “Itulah yang membuat pemuda menjadi harapan bagi bangsa ini untuk bisa melawan korupsi,” jelas Yudi. Ia juga menambahkan bahwa pemberantasan dan pencegahan korupsi hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.
Sebagai mahasiswa, Fajar justru merasa ada miss implementasi dalam proses pendidikan tinggi karena fakta bahwa korupsi dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan. Hal-hal ideal yang seharusnya dipelajari di kampus malah dijadikan alat untuk mengelabui dan menciptakan ruang keserakahan. Ia mengingatkan bahwa menjadi mahasiswa adalah sebuah privilege, sehingga bentuk-bentuk ideal yang dipelajari di kampus itu harus serta merta dapat diperuntukkan untuk hal hal yang ideal, sebagaimana yang dipelajari di kampus. “Karena memang hal itulah yang diharapkan saat mahasiswa mengenyam pendidikan tinggi,” pungkasnya.
Febri juga menambahkan pentingnya pendidikan anti korupsi sejak dini karena saat ini ada banyak generasi muda yang justru ikut terlibat dalam tindak pidana korupsi. Ia menjelaskan bahwa di beberapa kasus korupsi yang ditangani KPK, baik di level nasional maupun daerah, ditemui cukup banyak melibatkan anak muda. Keterlibatan mereka bukan hanya terlibat sebagai supporting system saja, tetapi mereka juga menjadi mastermind dari sebuah kasus korupsi. “Nah ini menjadi tantangan yang serius.” jelas Febri. Selain itu, Febri juga menyampaikan persoalan serius lainnya terkait kasus korupsi, yaitu kerugian besar yang disebabkan oleh kasus korupsi dikarenakan ketidakmampuan pelaku untuk mengembalikan kerugian negara.
Rimawan mencatat kerugian negara akibat korupsi sejak tahun 2001–2019 sebesar 203,9 triliun rupiah dan kerugian ekonominya sebesar 509,75 triliun rupiah. Sedangkan akumulasi denda yang didapat dari terpidana korupsi hanya 21,3 triliun rupiah. Artinya ada defisit 488,5 triliun rupiah. Menurutnya hal ini terjadi karena adanya subsidi terhadap koruptor. Rimawan menjelaskan bahwa uang 488 triliun rupiah itu bisa dialihkan untuk hal lain, misalnya menguliahkan 600.000 orang selama lima tahun secara gratis sebesar 150 triliun rupiah, mengalokasikan 2 rel kereta cepat sebesar 200 triliun rupiah, dan menutup defisit BPJS kesehatan dari tahun 2001–2017 sebesar 138, 5 triliun rupiah. “Artinya apa? Ini adalah opportunity cost yang hilang gara-gara korupsi,” ujar Rimawan.
Webinar ini kemudian dilanjutkan oleh orasi dari beberapa perwakilan BEM Fakultas Universitas Indonesia. Mereka bersepakat untuk memerangi korupsi dan mendukung penuh perjuangan untuk memberantas korupsi. Pada akhir webinar terdapat pembacaan deklarasi sumpah pemuda anti korupsi oleh Devandra Maula Zakki dari ILUNI UI.
Penulis: Arsy Ranah Malaya Suhada, Akbar Bagus Nugroho
Penyunting: Maghvira Arzaq Karima
Fotografer: Fairuz Azzura