Selasa (18-02) sebuah map merah diacungkan dari kursi audiens oleh Iqbal Khatami, Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadyah Yogyakarta (UMY), kepada Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah (Jateng), dalam acara “Government Gathering on Good and Green Governance” (G5) di Sportorium UMY. Map merah tersebut ia acungkan setelah Ganjar selesai menyampaikan materi bertema “Good Governance”. Tak direspons oleh Ganjar, Iqbal maju ke atas panggung untuk memberikan map tersebut. Gayung tak bersambut, Iqbal justru diminta untuk turun panggung oleh panitia. Map merah tersebut merupakan simbol dari “Rapor Merah” yang menjadi atribut dalam aksi “Rapor Merah untuk DKI Jakarta dan Jawa Tengah”. Map itu berisi satu bendel kajian yang disusun oleh Aliansi UMY Bergerak dalam menanggapi berbagai permasalahan lingkungan di Jateng dan DKI Jakarta.
Sesaat sebelum aksi pemberian rapor merah, Ganjar diberondong pertanyaan oleh peserta dalam diskusi tanya jawab terkait permasalahan lingkungan yang terjadi di Jateng. Salah satu pertanyaan muncul dari seorang mahasiswa terkait sikap Pemerintah Provinsi Jateng dalam menyelesaikan permasalahan limbah PT Rayon Utama Makmur (PT RUM) Sukoharjo. Menanggapi hal tersebut, Ganjar menyatakan tidak akan menutup PT RUM. Ia berdalih untuk mempertahankan buruh yang bekerja di sana. “Tiga puluh ribu buruh nganggur, oke?” tanya Ganjar kepadanya. Gubernur Jateng itu kemudian memalingkan badan sambil melambaikan tangan dan menggelengkan kepala.
Bersamaan dengan aksi pemberian rapor merah, di halaman depan Sportorium juga terdapat puluhan massa aksi yang berdemonstrasi menolak kedatangan Anies dan Ganjar. Massa aksi mengangkat poster-poster bertuliskan “Tolak Penjahat Lingkungan”, “Gubernur Lamis”, “Ekologi Dikorupsi” dan kalimat-kalimat lain yang mengisyaratkan penolakan. Pasalnya, Aliansi UMY Bergerak menilai bahwa kedua gubernur itu tidak seharusnya diundang oleh Lembaga Kerja Sama UMY untuk menjadi pembicara inti dalam acara G5. Namun, pada pelaksanaannya, Ganjar tetap hadir secara langsung, sedangkan Anies menyampaikan materinya melalui video daring. Ganjar menyampaikan materi mengenai Good Governance, sedangkan Anies menyampaikan tema Green Governance.
Menurut kajian Aliansi UMY Bergerak, Ganjar dan Anies belum bisa menyelesaikan permasalahan lingkungan di daerahnya. “Saya mempertanyakan, mengapa mengundang mereka sebagai pembicara? Apakah UMY ini mengkhianati perjuangan masyarakat di Kendeng, di Bendungan Bener, dan sebagainya?” tegas Iqbal. Dalam siaran pers mereka, Aliansi UMY Bergerak menyoal empat isu lingkungan di Jateng dan tiga isu di DKI Jakarta. Di Jateng, masalah pembangunan Bendungan Bener di Purworejo, konflik petani Urut Sewu dengan TNI, polusi udara akibat limbah PT RUM, dan konflik pembangunan pabrik PT Semen Indonesia menjadi sorotan. Sementara itu, permasalahan DKI Jakarta meliputi reklamasi ala Anies, naturalisasi dan normalisasi sungai, dan konflik Pulau Pari.
Atas dasar banyak persoalan yang belum bisa diselesaikan oleh Gubernur DKI Jakarta dan Jateng tersebut, maka Aliansi UMY Bergerak menyatakan sikapnya. Pertama, menolak pejabat penjahat lingkungan hidup dan penindas rakyat datang ke UMY. Kedua, menuntut Anies dan Ganjar untuk menyelesaikan persoalan lingkungan hidup dan agraria. Ketiga, mendesak Anies dan Ganjar untuk berpihak kepada masyarakat kecil, bukan kuasa modal. Keempat, menuntut pemberhentian proyek pembangunan yang merugikan rakyat dan merusak lingkungan hidup. Kelima, mengecam keras gubernur yang tidak jujur dan tidak responsif terhadap keluhan dan laporan warganya.
Sebelumnya, Iqbal sebagai salah satu perwakilan aliansi mengaku telah beberapa kali mengalami penekanan dari pihak kampus. “Kami sempat dipanggil oleh pihak akademik perihal aksi yang akan kami lakukan hari ini,” lanjutnya. Dia juga menyatakan, meskipun aksi hari tersebut menuai kecaman dari pihak kampus, mereka tetap melaksanakannya sebagai bentuk protes terhadap kedua pembicara inti. Selain itu, perwakilan Aliansi UMY Bergerak ini juga telah meminta kesempatan untuk berdialog secara khusus kepada Ganjar agar dapat menyampaikan kajian mereka sebelumnya. Namun, hingga acara berlangsung, pihak panitia acara belum dapat memberikan jawaban atas permintaan tersebut. Oleh karena itu, massa aksi tetap melancarkan aksi yang telah mereka rencanakan sebelumnya.
Hingga akhir acara, Aliansi UMY Bergerak masih belum mendapatkan hasil yang diharapkan. “Rapor Merah” yang mereka berikan telah diterima oleh ajudan Ganjar. Namun, ketika Iqbal berusaha menindaklanjuti rapor tersebut, ia tidak mendapat respons baik dari Ganjar. “Ganjar bilang mau dibaca dulu, tapi pas saya minta tolong untuk dibaca sebentar dia malah menolak,” imbuhnya. Aksi mahasiswa berakhir pada pukul 17.00 WIB bersamaan dengan kepergian Gubernur Jateng melalui jalan di bagian belakang Sportorium.
Penulis: Anis Nurul Ngadzimah dan Nadia Intan Fajarlie
Penyunting: Rizal Zulfiqri