Sepintas, angkringan di Jl. Pakel Baru Selatan, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta, ini terlihat seperti angkringan pada umumnya, gerobak di bagian depan dan meja lesehan di belakangnya. Namun, sejak dua tahun yang lalu, Angkringan Mbah Hadi ini mulai digunakan sebagai markas Komunitas Hipnotis Jogja (KHJ) setiap malam minggu. Mereka meramaikan angkringan tersebut dengan obrolan-obrolan ringan, cerita hidup dan pengalaman, serta diskusi-diskusi seputar hipnosis. Tak hanya menjadi tempat bertukar pikiran, tempat ini pun menjadi wadah bagi komunitas untuk melakukan praktik hipnoterapi kepada para klien mereka.
Komunitas Hipnotis Jogja merupakan komunitas yang mewadahi para praktisi hipnosis di Yogyakarta. Komunitas yang berdiri pada tahun 2013 ini bermula dari empat mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Ahmad Dahlan yang mengalami krisis kepercayaan diri. Mereka kemudian dirangkul oleh seorang dosen hukum dan diajarkan teknik hipnosis. Berbekal ilmu tersebut, mereka mengadakan seminar-seminar dan pelatihan hipnosis di berbagai tempat. Sampai akhirnya, tercetuslah ide untuk mendirikan Komunitas Hipnotis Jogja.
Komunitas Hipnotis Jogja, yang saat ini beranggotakan 80 orang, telah memasuki generasi ketiga dalam kepengurusannya. “Pertengahan 2013, saya masuk komunitas ini lalu saya bentuk kepengurusan di dalamnya,” kata Eko Widiyanto, Ketua KHJ periode 2013-2017, sekaligus salah satu hipnoterapis di komunitas ini. Saat ini, KHJ diketuai oleh Wahyu.
Dalam mempertahankan eksistensinya, KHJ membagi anggotanya ke dalam empat divisi, yaitu divisi perform, street, hipnoterapi, dan pengembangan diri. Divisi perform memfokuskan hipnosis sebagai media hiburan panggung. Sedangkan divisi street menyajikan hiburan di jalanan Yogyakarta untuk memperkenalkan komunitas kepada masyarakat. “Divisi street biasanya mengadakan pertunjukkan hipnosis di titik nol kilometer,” jelas Eko.
Divisi selanjutnya adalah divisi hipnoterapi. Divisi ini memfungsikan hipnosis sebagai media terapi. “Masalah kesehatan mental adalah masalah yang sering diadukan klien, seperti kurang percaya diri dan fobia,” ungkap Eko. Berbeda dengan ketiga divisi lainnya, divisi ini diisi oleh hipnoterapis. Pengalaman para hipnoterapis ini juga dibuktikan dengan lisensi yang mereka miliki. Lisensi tersebut dapat diperoleh dari berbagai lembaga yang mengatur tentang hipnoterapi di Indonesia, salah satunya The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH).
Eko menyebutkan beberapa hal yang membedakan hipnoterapis dengan psikiater maupun psikolog. Pertama, hipnoterapis tidak berhak memberikan obat kepada kliennya, yang berhak adalah psikiater. Kedua, hipnoterapis bekerja di alam bawah sadar klien, sedangkan psikolog bekerja di alam sadar klien. “Seorang hipnoterapis juga tidak berhak mendiagnosis kliennya. Pemberian diagnosis masuk ke ranah psikolog,” jelas Eko.
Eko menjelaskan, proses hipnoterapi biasanya memakan waktu dua jam yang terbagi dalam dua sesi, 90 menit untuk konsultasi dan 30 menit untuk terapi. Sebelum memasuki tahap terapi, klien perlu melalui tahap konsultasi dengan hipnoterapis. Tahap ini sangat penting karena berpengaruh terhadap metode terapi yang akan diambil oleh hipnoterapis saat memasuki alam bawah sadar klien. Hipnoterapis juga harus cermat dalam menganalisis masalah klien untuk menghindari kesalahan saat proses hipnoterapi. “Saat konsultasi, kami akan membenarkan paradigma-paradigma yang salah di dalam pikiran klien,” ungkap Eko. Di akhir konsultasi, hipnoterapis akan melakukan tes imajinasi terhadap klien untuk mengukur tingkat sensitivitasnya terhadap sugesti dari hipnoterapis. “Hipnoterapis juga perlu memastikan klien paham dengan kata-kata yang akan diucapkan hipnoterapis saat klien memasuki alam bawah sadarnya,” tambah Eko.
Berdasarkan hasil konsultasi tersebut, hipnoterapis akan menentukan metode terapi yang sesuai. “Metode terapi yang diterapkan KHJ mengacu pada standar yang ditetapkan IBH,” jelas Eko. Metode-metode tersebut meliputi conditioning, forgiveness therapy, submodality interventions, dan sebagainya. Conditioning merupakan metode pertama dalam hipnoterapi. “Pada tahap ini, klien dihipnosis agar dapat memasuki alam bawah sadarnya. Barulah hipnoterapi dapat dilakukan,” jelas Eko. Dalam penanganan kasus trauma, hipnoterapis memberi sugesti untuk memaafkan sosok yang menyebabkan trauma pada klien. Metode ini dinamakan forgiveness therapy. Ada juga metode submodality interventions yang membuat suatu trauma atau ketakutan menjadi sesuatu yang tidak menakutkan lagi. “Terapi diakhiri dengan berdoa. Kemudian hipnoterapis akan menguji keberhasilan terapinya,” tutur Eko. Dia juga menambahkan bahwa pascaterapi, hipnoterapis akan terus berkomunikasi dengan kliennya untuk memastikan adanya kemajuan pada kondisi klien tersebut.
Raden, salah satu klien hipnoterapi yang memiliki masalah kepercayaan diri, mengatakan bahwa dia merasakan manfaat dari hipnoterapi yang pernah dia jalani. “Sebelum saya diterapi, saya sangat gugup ketika akan tampil di depan umum. Setelah diterapi, saya merasa lebih baik,” ungkap Raden. Dia juga menambahkan bahwa hipnoterapi yang dia alami berbeda dengan pandangan umum masyarakat mengenai hipnosis. Alih-alih dibuat tak sadarkan diri, dia justru diminta berkonsentrasi untuk menemukan solusi dari permasalahannya tersebut.
Terlepas dari manfaat hipnoterapi, Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MMedSc., Dosen Fakultas Psikologi UGM, mengatakan perlu adanya kebijaksanaan sebelum memutuskan untuk berkonsultasi kepada pihak yang tidak menempuh studi psikologi maupun psikiatri. Dia mengatakan bahwa hipnoterapi akan membawa manfaat apabila digunakan dengan prosedur yang tepat, tetapi akan menjadi sumber bahaya jika digunakan sembarang orang. “Hipnoterapi adalah terapi dengan teknik hipnosis. Pikiran sadar kita hanya sekitar 3-5%, sedangkan 97% sisanya merupakan pikiran bawah sadar,” jelas Prof. Kwartarini. Menurutnya, peranan pikiran bawah sadar yang begitu besar tersebut mampu membuat efek sekecil apapun dapat berdampak pada kondisi mental orang yang bersangkutan.
Sementara itu, dr. Wahyudi, Psikiater Klinik Mitra Keluarga Hypnotherapy Yogyakarta, berpendapat bahwa peranan pikiran bawah sadar yang besar tersebut justru membuat hipnoterapi lebih efektif dalam menangani masalah kesehatan mental dibandingkan jenis psikoterapi lain. Wahyudi juga mengatakan bahwa hipnoterapi tidak memiliki efek samping sama sekali. “Tapi ada satu masalah kesehatan mental yang tidak dapat ditangani melalui hipnoterapi, yaitu skizofrenia,” ungkap Wahyudi. Dia menjelaskan bahwa penderita skizofrenia akan sulit berkonsentrasi dan berkomunikasi padahal keduanya adalah kunci dari hipnoterapi.
Selain hipnoterapi, Komunitas Hipnotis Jogja juga memiliki acara-acara di luar hipnosis. Acara-acara ini diatur oleh divisi pengembangan diri. Beberapa acara tersebut diantaranya analisis kepribadian melalui garis tangan dan tulisan tangan (grafologi). Selain itu, divisi ini juga mengadakan kelas bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Acara-acara tersebut biasanya dilaksanakan di markas mereka dan terbuka untuk umum. “Adanya divisi ini membuktikan bahwa komunitas hipnotis tidak terbatas pada kegiatan hipnosis saja,” tegas Eko.
Pada 14 September 2019 lalu, KHJ mengadakan hipnoterapi gratis di Angkringan Mbah Hadi yang diikuti oleh sebelas orang. “Dari sebelas orang kemarin, masalah yang diadukan meliputi masalah kepercayaan diri, ketakutan, kecemasan, dan masalah orientasi seksual,” jelas Eko. KHJ memang tak jarang mengadakan hipnoterapi gratis. Namun, meskipun gratis, komunitas biasanya akan menyediakan kotak infak bagi siapapun yang ingin memberikan sumbangan untuk komunitas.
Penulis: Bangkit Adhi Wiguna, Salwa Azzahra Fadilah (Magang)
Penyunting: Hanifatun Nida