Kamis pagi (7-3), di kediamannya yang tenteram, seorang pria berumur 64 tahun menyambut kedatangan BALAIRUNG. Instrumen dan piagam-piagam musik yang tersusun rapi di ruang depannya menampakkan profesinya di bidang musik. Dikenal dengan nama Pieter Lennon, ia merupakan pengamen ikonis dari Yogyakarta yang tak jarang ditemukan mengamen dengan membawakan lagu The Beatles sepanjang Jalan Kaliurang.
Walau baru mulai menyanyikan lagu The Beatles secara eksklusif sekitar tahun 1990, pria bernama asli Pieter Budie Yatmo ini telah mengamen sejak menjadi mahasiswa. Sebagai mahasiswa, dia masih mengamen secara sembunyi-sembunyi karena mengira orang tuanya tidak akan menyetujui profesinya tersebut. Meski menyadari bahwa kemampuannya bukan di bidang akademik, Pieter tetap memanfaatkan kemampuan berpikirnya untuk menyukseskan dirinya sebagai seorang pengamen.
Hal tersebut merupakan alasan Pieter memilih The Beatles sebagai ciri khasnya. Pada saat itu, lagu-lagu The Beatles memiliki daya jual yang tinggi di dunia. Sebagai mahasiswa ekonomi, ia melihat dan memanfaatkan daya jual tersebut untuk mengukuhkan namanya sebagai pengamen yang unik. “Sekarang dapat dilihat Pak Pieter berani hidup cuma dari menyanyikan lagu-lagu beatles,” ujarnya.
Dijuluki sebagai pengamen yang unik, tentu saja Pieter memiliki penampilan yang unik juga. Layaknya vokalis The Beatles, John Lennon, Pieter memiliki penampilan serupa. Mulai dari kacamata bundarnya, gaya rambut, hingga skinny jeans-nya. Dengan bermodalkan gitar dan harmonika, ia dapat membius para pendengar khususnya pecinta The Beatles.
Keunikan lain yang dimiliki Pieter adalah ia akan menolak dibayar sebelum lagunya selesai. Beliau menyadari bahwa pengamen pada umumnya memiliki image di mata masyarakat sebagai orang yang semata-mata hanya mencari uang. Pieter melawan pandangan ini dengan konsistensinya untuk selalu menyelesaikan lagu. Menurutnya, ini adalah salah satu alasan ia dapat mencapai posisinya saat ini sebagai pengamen yang ikonis di wilayah Jogja. “Menyelesaikan lagu itu nomor satu. Kalau uang itu nomor sepuluh,” tegasnya.
Posisinya tersebut tidak dicapai semudah membalik telapak tangan. Sebelum mulai menetapkan rutenya di Jalan Kaliurang, Pieter sempat mengamen dari kampung ke kampung. Saat itu, Pieter terpaksa tidur di tempat yang berbeda tiap harinya, dan hanya kembali ke rumah di akhir pekan. Ia juga menjelaskan sulitnya mengamen di kampung, dari rumah ke rumah. Tidak seperti warung makan, rumah bukan tempat umum, sehingga ia tidak bisa mengamen dengan bebas.
Bahkan setelah mengamen di Jalan Kaliurang, Pieter masih menemui tantangan lain. Ia menjelaskan bahwa tidak sedikit tempat makan dan kafe di sekitar Jalan Kaliurang yang melarang masuknya pengamen. Meski tidak menyetujui kebijakan tersebut, Pieter tetap menghormati pilihan mereka dan hanya mendatangi tempat yang ramah pengamen. Pieter tidak sekadar mendatangi tempat untuk mencari uang, tetapi juga untuk menghibur.
Di balik tantangan itu, Pieter selalu berkepala dingin dan tidak ingin mencari masalah. Dengan santai ia mengatakan, “Tidak ada yang sulit. Selama kita menjalani dengan ikhlas dan selalu bersyukur kepada Tuhan semua akan berjalan dengan lancar.” Rasa ikhlas dan selalu bersyukur itulah kunci Pieter menghadapi hidup. Baginya, Tuhan akan memberi lebih kalau ia semangat dan terus bekerja keras.
Saat mengamen, Laju Kopi adalah salah satu lokasi yang sering dilalui Pieter. Salah satu pekerjanya, Mubit, menceritakan bahwa Pieter telah aktif mengamen di kafe tersebut sejak hari pertama kafe tersebut buka. Walau ada sejumlah pengamen lain yang sering melewati kafe ini, Pieter menonjol karena sifatnya yang sopan dan selalu menyelesaikan lagunya. Ia juga tidak lupa memberitahukan judul lagu yang dibawakannya. Tidak sedikit pula yang ikut bernyanyi bersama, bahkan beberapa merekam Pieter saat sedang mengamen dan menandainya di media sosial. “Pak Pieter orangnya sopan dan asik, dia juga memperkenalkan lagu-lagu The Beatles ke anak muda di sini,” tambah Mubit.
Pieter memang aktif di media sosial, di antaranya Instagram, Facebook, dan Twitter. Di sana ia juga mencantumkan nomor telepon genggamnya untuk mempermudah orang yang ingin menghubungi. Di akun tersebut, Pieter sering membagikan kegiatan bermusiknya. “Saya punya media sosial hanya untuk membagikan kegiatan saja. Bukan untuk popularitas,” jelasnya.
Kecintaan Pieter terhadap The Beatles itu membawanya bertemu dengan komunitas Beatlemania Jogja. Komunitas yang didirikan pada tanggal 29 September 2002 ini memiliki anggota dari berbagai latar belakang dengan kesamaan minat terhadap The Beatles. Selain itu, komunitas ini cukup sering melakukan berbagai macam kegiatan menyangkut The Beatles, salah satunya menyiarkan lagu-lagu The Beatles di Sonora FM setiap Selasa dari pukul 20.00-22.00. Hal ini dilakukan untuk mempererat hubungan antar penggemar dan mengobati kerinduan akan hadirnya The Beatles.
BALAIRUNG berkesempatan bertemu dengan Ketua Beatlemania Jogja, Pungky Starr, dan beberapa anggotanya, salah satunya Juni Kwan. Juni bercerita bahwa Pieter merupakan tetangganya di Terban pada saat kuliah dulu. Walau Pungky telah mengenal Pieter lewat temannya itu, mereka baru akrab setelah ia bergabung di Beatlemania.
Mereka mengapresiasi dedikasi Pieter untuk selalu menyelesaikan lagu sepanjang karirnya mengamen. Juni menceritakan salah satu pengalamannya yang menggambarkan dedikasi tersebut. Pieter kebetulan memiliki tanggal ulang tahun yang sama dengan tanggal terbentuknya Beatlemania. Saat bernyanyi di panggung ketika mengisi acara ulang tahun Beatlemania, anak Pieter dan beberapa anggota Beatlemania mengejutkannya dengan membawa kue dan menyanyikan Happy Birthday ke atas panggung. Namun, Pieter tetap melanjutkan lagunya hingga selesai. “Jadi kami ingin mengejutkan dia, tapi malah kami yang terkejut,” tutur Pungky.
Penulis: M. Attoriq Zayzda dan Afifah Fauziah S.
Penyunting: Rizal Zulfiqri
1 komentar
Saya saluuut dgn dedikasi sobat saya wkt SMP 5 Yogya ini kpd Seni musik…
Dan yg saya kagumi adalah Rasa percaya dirinya yg luar biasa, selalu menghargai semua org., Dan sgt menyayangi cucu2 nya…
Bravo Pieter….. Ayoo..sukses selalu bersamamu…