Orang-orang memenuhi kursi kosong yang disediakan di Warung Mojok, Jumat (5-10) lalu dalam peluncuran buku karya Prima Hidayah. Peluncuran buku kumpulan cerita pendek berjudul Aku Doakan Kamu Mati dengan Sepenuh Hati tersebut dihelat oleh Komunitas Kutub, komunitas anak muda yang bergerak di bidang literasi. Eka Y. Saputra, Olive Hateem, dan Alfin Rizal, dihadirkan untuk membedah buku tersebut. Acara dimulai dengan sesi tanda tangan, kemudian dilanjutkan dengan cerita Prima tentang proses penulisan bukunya.
Buku Aku Doakan Kamu Mati dengan Sepenuh Hati ini terdiri dari dua belas cerita pendek dan diambil dari catatan-catatan yang selama ini ditulis Prima. Keinginan Prima untuk menjadikan catatan-catatan itu sebagai cerita dimulai sejak Januari lalu. “Proses itu sempat terhenti dari bulan Maret hingga Agustus karena ada pekerjaan lain untuk layouting, menyunting, dan KKN,” tutur Prima. Tahap akhir penulisan berupa penyuntingan, penggarapan sampul, dan pencetakan diurus sendiri olehnya.
Prima memilih untuk mencetak bukunya sendiri karena terbantu dengan pihak percetakan yang memberikan keringanan bagi calon penulis indie. Ia juga sudah berniat sejak awal bahwa dana yang terkumpul dari hasil penulisan akan dialokasikan untuk membantu mereka-mereka yang membutuhkan uang. “Buat yang pesan saat pre-order kemarin uangnya sudah dikirim ke Lombok, kalau yang pesan setelahnya akan dikirim untuk bantu Sulawesi,” ujar Prima.
Selanjutnya, Prima mengatakan bahwa tujuannya menulis buku adalah untuk kesembuhan dirinya. Hal itu ditegaskan oleh Muhidin M. Dahlan, penulis buku Tuhan Izinkan Aku Jadi Pelacur (2006), yang turut menghadiri acara tersebut. Pemilik sapaan akrab Gusmuh ini menyebutkan bahwa menulis memang merupakan upaya penyembuhan diri. “Jadi, kalau pembacanya tidak paham, bukan masalah untuk Prima,” sahutnya.
Melengkapi apa yang diutarakan oleh Gusmuh, Eka berpendapat bahwa proses penyembuhan dalam kepenulisan bisa berlaku bagi pembacanya juga. “Ini juga bisa menjadi tantangan bagaimana cara merehabilitasi diri sendiri dengan obat orang lain,” papar Eka. Ia juga mendoakan Prima agar setelah acara peluncuran bukunya ini ia dapat sehat kembali.
Acara peluncuran ditutup dengan pembacaan salah satu cerpen dalam buku oleh Prima yang berjudul “Sebuah Janji Makan Malam”. Alfin menjelaskan bahwa kegiatan tersebut sekaligus menandakan bahwa buku itu secara resmi telah diluncurkan. Selain itu, menurut Alfin, pembacaan cerpen ini juga dapat menjadi upaya lain dari Prima untuk menyembuhkan diri. “Jadi walaupun ini tidak sepenting itu bagi kita, tapi didengarkan saja,” kelakar Alfin yang kemudian menutup acara.
Penulis: Rasya SwarnastaÂ
Penyunting: Cintya Faliana