Gara-Gara Semesta Sembelit
Para cukong berdansa
Di bubungan sumur-sumur licin
Menganaki banyak kilang api
Dari mana arah binasa mereinkarnasi perang
Dengan peluh petani-petani tak berharta
Meratapi kubur panen yang gagal
Meski seribu kematian
Mengetuk-ngetuk wajah
Kelaparan lebih hebat
Buat manusia jadi gusar
Sejak saat itu
Perang dijadikan firman
Pada Seorang Anak yang Menagih Pulang Kepada Ibunya yang Mati di Negeri Orang
Kapan kita pulang, Bu
Pulang pada hari-hari seperti biasa
Bisakah kita menang, Bu
Atau cukupkah sabar menjadikan kita menang
Kata tetangga, ikhlaskan saja
Andai mereka jadi kita, Bu
Bu, tanah airku di air matamu
Tak cukup tempat bagi kita, Bu
Nurani telah menelantarkan sejauh ini
Mau sampai kapan, Bu?
Dewa-dewa sedang tidur pulas
Negara sedang cuti dari penderitaan kita
Bu
Pulanglah
Untuk lebaran kali ini saja
Bawakan aku baju baru
Walau lebaran juga telah grusu
Beranjak lalu begitu saja
Nurul Anisa
Lahir di Pati, 25 Februari 1997. Saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di Prodi Sastra Indonesia UGM. Kritik dan saran atas karya dapat disampaikan melalui anisanrul@gmail.com
Foto dari michael.wrigren via VisualHunt.com / CC BY-SA